Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada Bahaya Obesitas Mengintai. Ini Saran Pencegahannya!

Seseorang dengan berat badan berlebih (Shutterstock/Motortion Films)

Kasus dua pasien obesitas ekstrem warga kota Tangerang, Banten yang mencapai berat ratusan kilogram sempat heboh diberitakan. Tambahan pula, di kota Tangerang pada Mei 2023 diketahui sekitar 20.000 warganya termasuk obesitas. Obesitas ternyata sudah menjadi masalah yang belum mendapatkan perhatian penuh dari kita. Hal ini terbukti dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang mencatat bahwa prevalensi obesitas di Indonesia untuk usia 18 tahun ke atas dalam kurun waktu 2013-2018 mengalami peningkatan dari 14,8 persen menjadi 21,8 persen.

Pertanyaannya, apakah ada cara pencegahannya? Berikut pemaparan dari Sequis.

1. Orang dengan obesitas lebih rentan terkena penyakit

Seseorang dengan kelebihan berat badan (Pixabay/Bru-nO)

Obesitas adalah kondisi tubuh yang memiliki tumpukan lemak berlebih akibat ketidakseimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu yang lama. Fenomena obesitas meningkat terjadi oleh banyak faktor, seperti riwayat keluarga dan lebih banyak karena faktor gaya hidup. Terutama pada masyarakat modern dan urban yang semakin sedikit kesempatan dan keinginan melakukan aktivitas fisik, lebih banyak yang mengadopsi sedentary living (kurang bergerak), dan banyak mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula dan lemak. 

Orang dengan obesitas mudah terkena sindrom metabolik, yakni peningkatan trigliserida, menurunnya kolesterol HDL, mengalami peningkatan tekanan darah. Maka dari itu, dokter Fridolin Seto selaku Head of Department Underwriting Sequis menyarankan agar masyarakat menjaga berat badan ideal dan menurunkan berat badan sebab selain sindroma metabolik, orang dengan obesitas sangat mudah terserang berbagai penyakit.

“Penyakit yang seringkali menyerang orang obesitas antara lain  asma, infertilitas, osteoartritis lutut dan pinggang, henti nafas saat tidur, nyeri pinggang, fatty liver, hipertensi,  diabetes dan memicu terbentuknya batu empedu. Penyakit kritis lainnya juga berpotensi mengganggu kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian, seperti  stroke, penyakit jantung koroner. Sebelum terserang berbagai penyakit ini maka mari kita bersama melakukan tindakan pencegahan sebelum berat badan terus naik hingga menjadi obesitas,” sebut dr. Seto.

2. Butuh adanya perhatian ekstra terhadap obesitas

Anak dengan kelebihan berat badan (Dok. Pinterest)

Keluarga Indonesia perlu memberi perhatian pada berat badan anggota keluarga termasuk untuk anak dan remaja karena kelebihan berat badan hingga kegemukan biasanya dimulai sejak usia muda. Semakin usia bertambah tua, metabolisme akan menurun sehingga mudah terjadi obesitas. Selain itu, obesitas tahap awal sering tidak disadari hingga pakaian mulai terasa sempit dan berat badan terus bertambah hingga  Indeks Massa Tubuhnya (BMI) di atas 30 atau lebih. 

“Anda dapat mulai dengan mengurangi kebiasaan ngemil, membatasi jumlah makanan tinggi asupan gula, garam dan lemak. Jika sering dan banyak mengonsumsi makanan yang tinggi kalori dan processed food dapat meningkatkan obesitas. Saat makan, perbanyak sayur, buah, dan biji-bijian. Jika sudah terlanjur kegemukan hingga obesitas dan sudah memiliki riwayat gangguan kesehatan dapat berkonsultasi ke dokter gizi untuk mendapatkan saran diet dan perawatan yang sesuai dengan kondisi tubuh, “ sebut dr. Seto.

3. Tips membakar kalori berlebih

Seorang wanita sedang minum air setelah berolahraga (eatthis.com)

Selain soal asupan, dr. Seto juga memberikan tips untuk membantu membakar kalori, yakni dengan membatasi screen time (penggunaan gawai) dan membiasakan aktivitas fisik,  kegiatan luar ruang, dan bersosialisasi dengan lingkungan terutama untuk anak. Jadikan olahraga sebagai gaya hidup setidaknya dapat dijalankan 3 kali seminggu atau olahraga bersama pada Sabtu atau Minggu. Cukup istirahat dan tidur berkualitas juga penting untuk mencegah kenaikan berat badan. Jangan lupa melakukan pemeriksaan kesehatan (medical checkup) setidaknya satu tahun sekali untuk mengetahui kondisi kesehatan.

4. Asuransi kesehatan sebagai langkah preventif kesehatan

ilustrasi obesitas (unsplash.com/ehimetalorakhereunuabona)

Selain mencegah kenaikan berat badan dan mengubah gaya hidup. Masyarakat juga sebaiknya melengkapi keluarga dengan asuransi kesehatan sebagai solusi untuk membantu kondisi finansial saat memerlukan biaya pengobatan medis. Dengan memiliki asuransi kesehatan maka saat memerlukan perawatan medis, asuransi kesehatan akan menanggung biaya pengobatan selama sesuai dengan ketentuan polis. Jika sudah memiliki polis asuransi, dapat membaca risiko penyakit apa saja yang ditanggung dan tidak ditanggung, besaran pertanggungan, manfaat apa saja yang bisa didapat nasabah, apa saja hak dan kewajiban, pengecualian proteksi, hingga tata cara klaim. 

“Bagi Anda yang masih sehat, memiliki berat badan ideal, dan berusia muda sebaiknya berasuransi karena banyak yang berminat pada asuransi tapi belum tentu bisa mendapatkan perlindungan asuransi atau dikenakan premi lebih mahal karena masalah berat badan. Tidak banyak yang tahu bahwa berat badan juga menjadi pertimbangan underwriting asuransi selain faktor riwayat medis. Hal ini karena kelebihan berat badan terkait dengan masalah kesehatan. Artinya, jika sudah obesitas akan cenderung lebih banyak membutuhkan perawatan medis,” jelas dr. Seto. 

5. Manfaat dari Sequis Q Infinite MedCare Rider Series Plan Lite

Asuransi dari Sequis (Dok. Sequis)

Good news untuk kamu yang lagi baca artikel ini. Kini, Sequis sudah menyediakan asuransi kesehatan tambahan yang bermanfaat mendukung upaya kamu menjaga kesehatan sekaligus berjaga-jaga bila terjadi sakit, yakni Sequis Q Infinite MedCare Rider Series Plan Lite yang memberikan manfaat rawat inap, rawat jalan, dan manfaat pelengkap yang melindungi tertanggung dari risiko sakit dan/atau kecelakaan, serta memberikan limit tahunan sampai Rp10 miliar per tahun. Sequis Q Infinite MedCare Series Plan Lite bahkan memberikan manfaat konsultasi gizi, konsultasi psikologis, dan osteopati. w

Literasi kesehatan ini merupakan dukungan terhadap program Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2023 yang digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) demi tercapainya keuangan inklusif hingga 90 persen pada tahun 2024. Salah satunya adalah memastikan masyarakat dapat mengakses produk dan layanan asuransi jiwa dan kesehatan yang berkualitas serta terjangkau dengan dengan cara yang mudah dan dapat diakses secara luas. (WEB)

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anastasia Desire
EditorAnastasia Desire
Follow Us