Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Red Flag buat Kamu yang Sedang Menjalani Program Diet 

ilustrasi diet (pexels.com/andres ayrton)
ilustrasi diet (pexels.com/andres ayrton)

Bagi yang sedang menjalankan program diet, pasti kamu mengharapkan hasil yang maksimal, bukan?

Keberhasilan program diet tidak bisa dicapai secara instan, tetapi memerlukan proses melalui kebiasaan hidup sehat.

Orang yang menurunkan berat badan secara bertahap melalui pola makan sehat dan olahraga teratur adalah mereka yang paling berhasil mempertahankan berat badan barunya. Mereka tidak terlalu fokus pada defisit kalori dan lebih fokus pada hidup sehat.

Meskipun begitu, sayangnya tidak sedikit orang yang mempraktikkan diet yang menyiksa dan berisiko bagi kesehatan. Misalnya, mengurangi porsi makan secara drastis dengan asupan nutrisi yang tidak seimbang.

Berikut empat "red flag" bagi kamu yang sedang menjalani program diet. Baca terus jangan ada yang terlewat, ya!

1. Tidak makan nasi sama sekali

ilustrasi nasi putih (pixabay.com/juemi)
ilustrasi nasi putih (pixabay.com/juemi)

Diet dengan membatasi atau bahkan sama sekali tidak makan nasi mungkin menjadi pilihan beberapa orang untuk menurunkan berat badan dengan cepat.

Alasannya, karena nasi putih memiliki kalori yang cukup tinggi dan mengandung lebih sedikit serat dan nutrisi daripada nasi merah, misalnya. Padahal kalori nasi masih aman dikonsumsi saat diet, asalkan dengan takaran yang sesuai.

Jika kamu stop makan nasi, apalagi tanpa pengganti asupan karbohidrat lain, ini justru bisa berbahaya. Ini bisa memicu turunnya berat badan secara drastis dan menyebabkan kamu mudah lelah.

Maka dari itu, kamu tidak harus berhenti konsumsi nasi, tetapi batasi porsi dan penuhi kebutuhan nutrsi lainnya. Salah satunya yaitu dengan konsumsi makanan yang mengandung protein.

Dilansir Healthline, sebuah penelitian tahun 2012 mengamati efek makan makanan berprotein tinggi terhadap perasaan kenyang. Peserta makan makanan dengan 20–30 persen kalori dari protein.

Para peneliti menemukan bahwa individu yang mengonsumsi makanan tinggi protein merasa lebih kenyang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dibandingkan ketika makanan yang dikonsumsi mengandung setengah dari jumlah protein tersebut.

2. Berhenti makan makanan kesukaan

ilustrasi pria duduk (unsplash.com/louis hanse)l
ilustrasi pria duduk (unsplash.com/louis hanse)l

Apakah kamu juga membatasi atau berhenti konsumsi makanan kesukaan saat diet?

Jika iya, pikir-pikir lagi. Sebab, meskipun sekilas tampak bisa menunjang diet, tetapi ini bisa berdampak pada psikologis. Kenapa?

Berhenti mengonsumsi makanan kesukaan nantinya bisa memicu keinginan untuk melampiaskan atau balas dendam untuk makan makanan tersebut secara berlebihan di lain waktu.

Di sisi lain jika harapan kamu tidak terpenuhi, ada risiko ini bisa menghilangkan motivasi diet.

Kamu boleh, kok, tetap makan makanan kesukaan asalkan tetap dikontrol. Misalnya, batasi mengonsumsinya hanya sebulan atau dua minggu sekali.

Selain itu, kamu juga bisa menyiasatinya dengan melengkapi menu makanan dengan lebih banyak sayuran.

Dilansir Health, memperbanyak asupan sayuran adalah salah satu cara mudah dan sehat untuk mengurangi asupan kalori sekaligus membuat kamu merasa kenyang. Dalam hal ini, kamu bisa memulainya dengan cara paling simpel.

Misalnya, makan sayuran mentah seperti lalapan atau salad, atau menambahkan lebih banyak wortel saat membuat sup ayam

3. Terlalu sedikit atau jarang minum air putih

ilustrasi minum air putih (pexels.com/Lisa Fotios)
ilustrasi minum air putih (pexels.com/Lisa Fotios)

Red flag lainnya yaitu terlalu sedikit atau jarang minim air putih. Pasalnya, ini bisa mengacaukan sistem metabolisme tubuh, termasuk dalam pembakaran kalori. Meskipun kelihatannya sepele, tetapi ini bisa menggagalkan diet kamu.

Minum air yang cukup membantu menurunkan berat badan karena mendukung proses metabolisme.

Di sisi lain, minum air putih memberikan efek kenyang, sehingga nafsu makan menjadi lebih terkontrol.

Menurut sebuah penelitian pada orang dewasa yang lebih tua, orang yang minum sekitar dua gelas (500 ml) air sebelum sarapan makan sekitar 13 persen lebih sedikit dibandingkan dengan peserta yang tidak minum air sebelum makan.

Akan tetapi, itu tampaknya tidak memberikan efek yang sama pada kelompok dewasa muda. Tetap saja, mengganti minuman berkalori tinggi dengan air putih bisa mengurangi asupan kalori total saat makan.

4. Tidak membuat jadwal makan teratur

ilustrasi makan makanan sehat (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi makan makanan sehat (pexels.com/Kampus Production)

Bukan hanya kurang motivasi, diet juga bisa menjadi kurang efektif atau justru berisiko berbahaya jika kamu mempraktikkan kebiasaan makan yang keliru.

Misalnya, kamu sengaja melewatkan sarapan. Eating Well melansir, sebuah studi tahun 2020 terhadap 21.972 mahasiswa di bidang diabetes, sindrom metabolik, dan obesitas menemukan bahwa melewatkan sarapan secara teratur dan sarapan tidak teratur berkaitan dengan rendahnya kebahagiaan, depresi, dan gangguan stres pasca trauma.

Untuk meminimalkan risikonya, sebaiknya jangan melewatkan sarapan saat diet. Makanlah teratur, dari sarapan, makan siang, dan makan malam.

Untuk mengontrol rasa lapar di antara waktu makan besar, kamu bisa makan camilan sehat seperti potongan buah atau segenggam kacang-kacangan.

Menjalani diet tidak boleh sembarangan, apalagi sampai yang ekstrem. Seperti selain mengurangi porsi makanan misalnya, kamu juga perlu memperhatikan kebutuhan dan pola makan yang sehat. Hal yang tak kalah penting adalah rutin berolahraga. Kamu pasti bisa!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us