Penyakit Respirasi Meningkat, Pelayanan Puskesmas Harus Ditingkatkan

Polusi udara bisa picu serangan asma

Merujuk data situs pemantau kualitas udara IQAir, Sabtu (19/9/2023), indeks kualitas udara (AQI) Jakarta berada di angka 157 (kategori tidak sehat), dengan tingkat PM2.5 66.6µg/m³, 13,3 kali lebih tinggi dari nilai panduan kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan bahwa kasus penyakit respirasi di Jabodetabek meningkat dalam enam bulan terakhir. Ini merujuk dari laporan dari puskesmas maupun rumah sakit di wilayah Jabodetabek.

"Dalam enam bulan terakhir menunjukkan terjadi peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang dilaporkan di puskesmas maupun di rumah sakit Jabodetabek. Untuk wilayah DKI Jakarta mencapai 100 ribu kasus persen bulan," papar Maxi dalam keterangan pers, Senin (28/8).

1. Polusi udara bisa picu serangan asma

Penyakit Respirasi Meningkat, Pelayanan Puskesmas Harus DitingkatkanIlustrasi asma (pixabay.com/Victoria_rt)

Ketua Pokja Asma dan PPOK dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Budhi Antariksa, SpP(K), menjelaskan bahwa polusi udara bisa menjadi salah satu pencetus penyakit respirasi.

Ia menjelaskan kondisi ini juga cukup menghawatirkan, yang mana prevalensi penyandang asma di Indonesia per tahun 2022 mencapai 7 persen atau 18 juta orang.

"Pasien asma adalah penyakit penyempitan saluran napas karena ada pencetusnya. Dari luar adalah polusi udara, asap rokok hingga stres yang merupakan faktor harus dikontrol," kata dr. Budhi.

2. Puskesmas sebagai lini pertama diagnosis dan pengobatan

Penyakit Respirasi Meningkat, Pelayanan Puskesmas Harus Ditingkatkanilustrasi puskesmas (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Menurut dr. Budhi, puskesmas perlu ditingkatkan sebagai lini pertama untuk diagnosis dan pengobatan penyakit respirasi, termasuk asma. Selain persiapan spirometer sebagai alat pendukung diagnosa, pasien juga perlu diberikan obat sesuai tata laksana medis terkini.

Contohnya, obat asma saat ini yang tersedia di puskesmas adalah obat pelega oral. Jika obat ini digunakan dalam jangka panjang, justru dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan asma.

“Supaya serangan asma tidak sering terjadi, pasien perlu diberikan obat pengontrol asma inhalasi di tingkat puskesmas supaya asmanya terkontrol, tidak hanya gejalanya,” ujar dr. Budhi.

Baca Juga: Polusi Berdampak Buruk pada Kesehatan Kulit, Ini Saran Dokter

3. Pemerintah berencana tingkatkan layanan puskesmas

Penyakit Respirasi Meningkat, Pelayanan Puskesmas Harus Ditingkatkanilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Isu polusi udara juga sudah menjadi perhatian Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Untuk mengurangi dampak buruk polusi udara terhadap masyarakat, Jokowi meminta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, sebagai pemimpin penanganan polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Ia mengimbau agar puskesmas siap melayani masyarakat dengan gejala asma dan penyakit respirasi lainnya. Terlebih lagi, agar puskesmas menjadi garda terdepan, Menkes Budi Sadikin akan menyiapkan spirometer di seluruh puskesmas untuk menilai fungsi paru dan mendiagnosis penyakit pernapasan.

Masalah polusi udara di banyak kota di Indonesia menimbulkan kekhawatiran. Salah satu cara untuk mengurangi dampak dari polusi udara adalah dengan meningkatkan pelayanan puskesmas dalam mengatasi penyakit respirasi. 

Baca Juga: Polusi Berdampak Buruk pada Kesehatan Kulit, Ini Saran Dokter

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya