Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Risiko Pakai Thong atau G-String, Nyaman tapi Bisa Sebabkan Masalah

Celana dalam thong.
ilustrasi thong (pexels.com/Victor Candiani)
Intinya sih...
  • Thong memiliki potongan kain tipis yang menghubungkan bagian depan dengan pinggang belakang, sementara G-string lebih minimalis lagi.
  • Kain tipis di bagian belakang thong dan G-string bisa memindahkan bakteri dari area anus ke vagina, meningkatkan risiko infeksi bakteri atau jamur.
  • Gesekan antara kain tipis thong dan G-string dengan lipatan kulit bisa menimbulkan iritasi, terutama saat bergerak atau berolahraga.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Thong dan G-string merupakan pilihan favorit banyak orang karena tampilannya yang minimalis dan tidak terlihat di balik pakaian ketat. Desainnya yang simpel dianggap seksi dan praktis, terutama untuk outfit yang butuh hasil “mulus” tanpa garis celana dalam. Namun, di balik tampilannya, jenis pakaian dalam ini ternyata bisa membawa beberapa risiko kesehatan.

Baik thong maupun G-string memiliki fungsi yang sama, yaitu memberikan penutup minimal. Namun, potongan kainnya yang sangat tipis di bagian belakang bisa memicu masalah kebersihan dan kesehatan tertentu, apalagi kalau dipakai terlalu lama atau tidak diganti secara rutin. Di sini akan dibahas beberapa risiko kesehatan dari thong dan G-string.

1. Desain thong vs G-string

Secara anatomi, thong memiliki potongan kain tipis yang menghubungkan bagian depan dengan pinggang belakang, sementara G-string lebih minimalis lagi, hanya berupa tali atau kain super tipis.

Karena minim kain, keduanya memang terasa ringan dan nyaman untuk beberapa orang. Namun, desain inilah yang membuat area sensitif menjadi lebih rentan terhadap gesekan, kelembapan, dan perpindahan bakteri.

2. Risiko infeksi bakteri dan jamur

Salah satu risiko paling umum dari penggunaan thong dan G-string adalah meningkatnya kemungkinan terkena infeksi bakteri atau jamur. Kain tipis di bagian belakang bisa berfungsi seperti “jembatan” yang memindahkan bakteri dari area anus ke vagina. Akibatnya, keseimbangan pH dan flora alami di area genital bisa terganggu, sehingga dapat memicu masalah kesehatan seperti vaginosis bakterialis atau infeksi jamur.

Masalah ini bisa makin parah jika bahan thong terbuat dari kain sintetis seperti nilon atau poliester yang tidak menyerap keringat. Kurangnya sirkulasi udara membuat area intim lembap dan hangat, kondisi ideal bagi bakteri dan jamur untuk berkembang.

Kalau kamu sering memakai thong berbahan sintetis dalam waktu lama tanpa ganti, risiko infeksi bisa meningkat drastis.

3. Iritasi dan lecet di kulit

Aneka celana dalam model G-string.
ilustrasi G-string (pexels.com/Intima lingerie)

Gesekan antara kain tipis thong dan G-string dengan lipatan kulit bisa menimbulkan iritasi, terutama kalau kamu banyak bergerak, duduk lama, atau berolahraga. Kulit bisa mengalami kemerahan, gatal, bahkan luka kecil akibat gesekan. Keringat dan pakaian ketat memperparah kondisi ini, apalagi jika kamu punya kulit sensitif atau masalah seperti eksim.

Sebaiknya hindari memakai jenis celana dalam ini saat cuaca panas, sedang olahraga, atau aktivitas berat lain.

4. Risiko infeksi saluran kemih

Penggunaan thong dan G-string juga dikaitkan dengan sedikit peningkatan risiko infeksi saluran kemih (ISK). Ini karena bakteri dari area anus bisa lebih mudah berpindah ke saluran kencing. Mengingat anatomi tubuh perempuan yang memang lebih rentan terhadap ISK (karena jarak antara uretra dan anus sangat dekat), thong dan G-string bisa memperburuk kemungkinan bakteri berpindah.

Bukan berarti thong dan G-string langsung menyebabkan ISK, tetapi menjaga kebersihan bisa sangat membantu mencegahnya.

5. Tips aman dan higienis saat memakai thong atau G-string

Bukan berarti kamu harus berhenti total memakai thong dan G-string. Asal tahu cara merawatnya, kamu masih bisa merasa nyaman dan sehat. Berikut tips penting:

  • Pilih bahan katun. Katun lebih menyerap keringat dan memungkinkan kulit bernapas, berbeda dengan bahan sintetis yang mudah lembap.
  • Ganti setiap hari. Sama seperti kaus kaki, thong dan G-string juga harus diganti setiap hari, terutama setelah beraktivitas berat atau berkeringat.
  • Cuci dengan sabun lembut. Gunakan detergen hipoalergenik untuk menghindari iritasi kulit di area sensitif.
  • Hindari pemakaian dalam waktu lama. Jangan pakai thong dan G-string terlalu lama, apalagi saat tidur atau berolahraga.
  • Perhatikan ukuran. Pilih yang pas di tubuh, tidak terlalu ketat, tetapi juga tidak longgar.
  • Berikan waktu bernapas. Sesekali biarkan area intim tanpa pakaian dalam saat tidur agar kulit bisa “beristirahat”.
  • Ganti secara berkala. Kalau memungkinkan, perbarui koleksi pakaian dalammu setahun sekali karena karet dan kain bisa menurun kualitasnya.

Thong dan G-string memang memberikan tampilan yang mulus dan rasa bebas, tetapi tetap ada risiko kesehatan yang perlu diperhatikan. Infeksi bakteri, iritasi kulit, hingga ISK bisa muncul kalau kamu tidak hati-hati. Kuncinya adalah menjaga keseimbangan antara gaya dan kesehatan. Pilih bahan celana dalam yang nyaman, jaga kebersihan, dan beri waktu istirahat untuk area sensitif. Dengan begitu, kamu tetap bisa tampil percaya diri tanpa harus mengorbankan kesehatan tubuhmu.

Referensi

"Underwear Hygiene." Boots HealthHub. Diakses pada November 2025.

"Best Material for Underwear." Cleveland Clinic. Diakses pada November 2025.

"Can Thongs Cause UTIs and Yeast Infections?" Health. Diakses pada November 2025.

"Can Thongs Cause Hemorrhoids?" Healthline. Diakses pada November 2025.

"The Pros and Cons of Wearing a G-String: A Balanced Look at the Stylish Underwear." NATV Basics. Diakses pada November 2025.

"Underwear, Men & Women, Health: Fabric, Fit, Dyes, Dirt." RTE Brainstorm. Diakses pada November 2025.

Share
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Risiko Pakai Thong atau G-String, Nyaman tapi Bisa Sebabkan Masalah

17 Nov 2025, 23:05 WIBHealth