Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Stres Berpengaruh terhadap Kesehatan, Lemahkan Imun

ilustrasi mengalami stres (freepik.com/jcomp)

Keadaan darurat di masa pandemik COVID-19 saat ini menyebabkan banyak orang merasa lebih stres. Selain itu, sebagian orang mungkin menghadapi banyak tuntutan setiap hari, seperti menanggung beban kerja yang besar, membayar tagihan, dan mengurus keluarga.

Akibatnya, kita mungkin merasa seolah-olah terus-menerus diserang dan terancam sehingga menimbulkan stres. Padahal, stres bukan hanya dapat mempengaruhi keadaan emosional kita, tapi juga fisik kita.

Stres terkadang bisa menjadi motivator yang membantu kita untuk bangkit dan berlalu dalam waktu yang cukup singkat. Di lain waktu, kondisi ini juga mampu menjadi sesuatu yang sulit untuk diterima.

Apa pun masalahnya, jika stres telah memasuki kondisi kronis, itu dapat merusak sistem kekebalan. Berdasarkan beberapa sumber dan riset, berikut ini beberapa alasan mengapa stres sangat berpengaruh pada kesehatan kita.

1. Meningkatkan produksi hormon stres yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tubuh

ilustrasi mengalami sakit kepala (pexels.com/andrea piacquadio)

Saat mengalami stres kita cenderung lebih mudah lelah dan merasa cemas. Hal ini disebabkan, saat stres, tubuh memproduksi lebih banyak hormon stres yakni hormon adrenalin dan hormon kortisol.

Adrenalin akan meningkatkan detak jantung, meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan pasokan energi. Sementara itu, kortisol yang merupakan hormon stres utama mampu meningkatkan glukosa dalam aliran darah.

Kortisol mampu mengubah respons sistem kekebalan, menekan sistem pencernaan, sistem reproduksi, dan proses pertumbuhan. Sistem alami yang kompleks ini juga berkomunikasi dengan daerah otak yang mengontrol suasana hati, motivasi, dan ketakutan. Itu sebabnya kita lebih mudah merasa cemas.

2. Menurunkan limfosit dalam darah

ilustrasi sampel darah untuk tes antibodi GAD (freepik.com/freepik)

Sistem kekebalan tubuh terdiri dari miliaran sel darah putih. Sel ini terdiri dari limfosit dan fagosit memiliki fungsi untuk melawan bakteri, virus, dan sel kanker di dalam tubuh. Akan tetapi, saat mengalami stres, peran limfosit dalam sel darah putih akan berkurang.

Ini terjadi karena peningkatan akut kortisol berhubungan dengan berkurangnya jumlah sirkulasi sel darah putih. Semakin rendah tingkat limfosit, semakin besar risiko kita untuk terpapar virus, termasuk pilek dan berbagai penyakit lainnya.

3. Menurunkan produksi antibodi

ilustrasi flu (pexels.com/andrea piacquadio)

Tingkat sel darah putih dan hormon sangat berhubungan dengan fungsi imun. Beberapa studi menemukan bahwa stres terkait dengan perubahan, baik dalam sirkulasi jumlah sel darah putih dan jumlah antibodi dalam darah.

Terlebih lagi, stres dikaitkan dengan perubahan dalam berfungsinya sel imun. Artinya, peningkatan kortisol berhubungan dengan berkurangnya jumlah sirkulasi sel darah putih pada individu yang mengalami stres. Dengan lebih banyak stres dan kecemasan lebih sedikit antibodi yang dihasilkan.

4. Mampu meningkatkan peradangan

ilustrasi sakit kepala (freepik.com/tirachardz)

Walaupun pada dasarnya kortisol dapat meningkatkan kekebalan dengan membatasi peradangan. Namun seiring waktu, saat tubuh menghasilkan terlalu banyak kortisol dalam darah, ini dapat membuka pintu untuk peradangan lebih lanjut. 

Dalam jangka panjang dan berkelanjutan, tingkat peradangan yang tinggi akan membuat sistem kekebalan tubuh bekerja terlalu keras dan lelah. Akibatnya, sistem tersebut tidak dapat melindungi kita secara maksimal dan akhirnya menyebabkan peradangan.

5. Stres cenderung menimbulkan gaya hidup tak sehat

ilustrasi memakan donat (pexels.com/andres ayrton)

Ketika sedang stres, orang cenderung kurang tidur, jarang berolahraga, memiliki pola makan yang buruk, serta lebih banyak merokok. Bahkan, beberapa orang menggunakan alkohol dan obat-obatan lainnya untuk mengatasi stres.

Padahal, semua perilaku tersebut telah terbukti mempengaruhi sistem kekebalan tubuh untuk merespons infeksi. Akibatnya, pada akhirnya hal ini meningkatkan risiko kondisi kesehatan lain seperti sakit kepala, flu, penyakit kardiovaskular, diabetes, asma, dan maag.

Stres dalam situasi akut tidak semuanya buruk bagi kita. Namun stres kronislah yang harus kita kendalikan. Lakukan berbagai kegiatan positif, seperti tidur yang cukup, menghabiskan waktu bersama keluarga, menjadi volunteer, berbagi informasi yang akurat, serta meditasi. Jika stres tak kunjung mereda, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us