Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyakit yang Ditandai dengan Bercak Putih di Kulit

ilustrasi bercak putih pada kulit (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi bercak putih pada kulit (pexels.com/Ron Lach)

Kemunculan bercak putih pada kulit mungkin pernah dialami beberapa orang. Ini sering kali bisa memengaruhi penampilan dan membuat seseorang kurang percaya diri.

Walaupun umumnya ini bukan kondisi berbahaya, tetapi penyebab bercak putih tersebut juga perlu diketahui karena bisa menjadi gejala dari kondisi atau penyakit tertentu. Nah, inilah beberapa penyakit yang memicu munculnya bercak putih di kulit.

1. Panu

ilustrasi bercak panu di kulit (nhs.uk)

Panu, atau istilah medisnya adalah tinea versicolor atau pityriasis versicolor, adalah salah satu penyebab paling umum timbulnya bercak putih pada kulit.

Dilansir Healthline, panu terjadi akibat pertumbuhan jamur Malassezia yang berlebihan di permukaan kulit. Sebenarnya, jamur ini dapat ditemukan di permukaan kulit dan biasanya tidak menimbulkan masalah. Namun, kadang jamur ini dapat tumbuh di luar kendali dan memengaruhi warna alami atau pigmentasi kulit.

Panu termasuk penyakit yang tidak menular. Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan jamur ini di kulit antara lain cuaca panas dan lembap, keringat berlebih, kulit berminyak, sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan perubahan hormon.

Bercak panu umumnya muncul di lengan, dada, leher atau punggung. Bercak ini dapat berwarna lebih terang atau lebih gelap dari kulit di sekitarnya, berwarna merah muda, merah, cokelat, atau putih serta terasa kering, gatal, dan bersisik.

2. Pityriasis alba

ilustrasi pityariasis alba (healthjade.com)

Pityriasis alba merupakan kelainan kulit yang paling banyak menyerang anak-anak dan remaja. Kondisi ini menimbulkan bercak merah muda atau merah yang berbentuk bulat, lonjong atau tidak beraturan di kulit. Bercak ini biasanya bersisik dan kering serta muncul di area tubuh, seperti wajah (paling umum), lengan atas, leher, dada, punggung.

Bercak merah muda atau merah dapat memudar menjadi berwarna lebih terang atau putih setelah beberapa minggu. Bercak ini biasanya hilang dalam beberapa bulan, tetapi pada sebagian kasus juga dapat bertahan selama beberapa tahun. Selain itu, bercak lebih terlihat selama musim panas ketika kulit di sekitarnya menjadi kecokelatan.

Pityriasis alba tidak menular. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini dikaitkan dengan dermatitis atopik, sejenis eksem atau kondisi kulit yang menyebabkan ruam gatal dan bersisik.

3. Vitiligo

ilustrasi vitiligo (pexels.com/Armin Rimoldi)

Vitiligo merupakan kondisi yang menyebabkan kulit kehilangan warna atau pigmennya. Kondisi ini menyebabkan munculnya bercak yang tampak lebih terang dari kulit di sekitarnya atau menjadi putih. Area kulit yang memudar biasanya makin besar seiring waktu.

Vitiligo bukan penyakit menular. Kondisi ini dapat memengaruhi orang dari semua jenis kulit, tetapi mungkin lebih terlihat pada orang dengan kulit yang berwarna lebih gelap.

Menurut laman Mayo Clinic, vitiligo terjadi ketika sel penghasil pigmen atau melanosit berhenti memproduksi melanin. Melanin merupakan pigmen yang memberi warna pada kulit, rambut, dan mata. Belum diketahui secara pasti penyebab dari vitiligo. Adapun beberapa faktor risiko yang diduga terkait dengan masalah kulit ini, yaitu:

  • Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh atau kondisi autoimun.
  • Faktor keturunan atau riwayat keluarga dengan vitiligo.
  • Faktor pemicu lainnya, seperti stres, paparan sinar matahari yang berlebihan atau cedera kulit akibat paparan bahan kimia.

Kondisi ini dapat memengaruhi kulit di bagian tubuh mana pun. Gejala vitiligo ditandai dengan hilangnya warna kulit secara tidak merata, yang biasanya pertama kali muncul di tangan, kaki, wajah, dan alat kelamin. Rambut di kulit kepala, bulu mata, alis atau janggut menjadi putih atau abu-abu serta hilangnya warna pada jaringan yang melapisi bagian dalam mulut dan hidung.

4. Morfea

ilustrasi kulit (freepik.com/freepik)

Morfea tergolong kondisi yang langka dan diperkirakan terjadi pada sekitar 1 hingga 3 dari 100.000 orang. Kondisi ini lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki, mengutip DermNet NZ.

Pada morfea, biasanya perubahan warna kulit muncul di perut, dada atau punggung, tetapi juga dapat terjadi di wajah, lengan, dan kaki. Gejala morfea bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Beberapa gejala yang umumnya muncul, seperti:

  • Bercak kulit oval kemerahan atau keunguan di perut, dada atau punggung.
  • Bercak kulit yang secara bertahap menjadi lebih terang atau keputihan di bagian tengah.
  • Bercak linier, terutama di lengan atau tungkai dan mungkin di dahi atau kulit kepala.
  • Perubahan bertahap pada kulit yang terkena menjadi kencang, menebal, kering dan berkilau.

Dilansir Mayo Clinic, penyebab pasti dari morfea belum diketahui. Kondisi ini diduga disebabkan oleh reaksi yang tidak biasa dari sistem kekebalan tubuh. Morfea dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti cedera pada area yang terkena, obat-obatan, bahan kimia, infeksi atau terapi radiasi. Selain itu, kondisi ini juga berisiko terjadi pada seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat morfea atau penyakit autoimun lainnya.

5. Lichen sclerosus

ilustrasi seseorang dengan lichen sclerosus (freepik.com/jcomp)

Lichen sclerosus merupakan masalah kulit langka yang biasanya muncul di area genital atau anus. Kondisi ini juga dapat memengaruhi bagian tubuh lain, seperti leher, dada, punggung, lengan atas.

Lichen sclerosus paling sering menyerang perempuan sebelum pubertas atau setelah menopause. Walaupun jarang, kondisi kulit ini juga dapat dialami oleh laki-laki yang belum disunat.

Gejala lichen sclerosus adalah bintik putih kecil yang muncul di alat kelamin. Saat bercak putih tumbuh, kulit menjadi putih, halus, berkilau, menipis. Terkadang, area tersebut mungkin terlihat “berkerut".

Selain itu, kondisi ini juga menimbulkan rasa gatal dan tidak nyaman, kulit mudah memar, pecah-pecah, dan berdarah. Penderitanya mungkin mengalami masalah buang air kecil atau buang air besar (sembelit) dan rasa sakit saat berhubungan seksual.

Mengutip Cleveland Clinic, penyebab pasti lichen sclerosus belum diketahui. Para ahli percaya bahwa lichen sclerosus berkaitan dengan gangguan autoimun. Faktor genetik dan perubahan hormon juga dapat meningkatkan risiko kondisi ini. Dalam beberapa kasus, lichen sclerosus berkembang setelah trauma atau cedera pada kulit.

Selain lima penyakit di atas, masih ada masalah kesehatan lainnya yang juga menimbulkan bercak putih pada kulit. Sebaiknya periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebab pastinya agar dapat ditangani dengan tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rifa
EditorRifa
Follow Us