Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansia

Vaksin Sinovac turunkan keparahan hingga mencegah kematian

Sejak Indonesia memulai vaksinasi COVID-19 pada Januari 2021 lalu, pemerintah pusat dan setempat terus berupaya untuk memperluas cakupan vaksinasi. Masuknya varian yang lebih menular seperti varian Delta (B.1.617.2) adalah salah satu alasan percepatan vaksinasi.

Vaksin COVID-19 yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah CoronaVac dari perusahaan biofarmasi China, Sinovac Biotech. Di tengah keraguan akan efektivitas vaksin terhadap varian baru, laporan dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyatakan kalau vaksin Sinovac tidak perlu diragukan. Simak ulasan selengkapnya!

1. Saat ini, varian Delta dominan di Indonesia

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansiailustrasi virus corona SARS-CoV-2 (imi.europa.eu/Image courtesy of the NIH CC 0)

Badan Penelitian & Pengembangan Kemenkes (Balitbangkes) merilis studi untuk melihat efektivitas vaksin Sinovac terhadap kelompok lansia dan tenaga kesehatan. Dalam studi tersebut, Balitbangkes juga memaparkan statistik COVID-19 dalam beberapa bulan terakhir.

Diumumkan pada akhir 2020, varian Delta terkenal lebih mudah menular dengan keganasan yang sama. Balitbangkes memaparkan bahwa sejak Januari 2021 hingga Juni 2021, varian Delta mendominasi kasus COVID-19 di Tanah Air dengan persentase sekitar 90 persen.

2. Kelompok lansia berkontribusi pada kasus COVID-19 di Indonesia

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansiailustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Balitbangkes mencatat bahwa dari 2 Maret 2020 sampai 20 Juni 2021 telah tercatat 1.989.909 kasus positif COVID-19. Kemudian, cakupan vaksinasi lengkap mencapai 11,79 persen.

Namun, dari statistik tersebut, terlihat kelompok lansia di atas 50 tahun berkontribusi 30 persen dalam jumlah kasus. Jumlah kasus COVID-19 pada lansia memuncak pada Februari 2021. Sempat turun, kasus COVID-19 pada lansia kembali naik setelah Idulfitri pada Mei 2021.

Per 31 Mei 2021, dari 430.057 kasus, Balitbangkes mencatat 40.784 berasal dari kelompok lansia. Dari angka tersebut, 70 persen berasal dari kelompok usia 60-60 tahun dan 25 persen dari usia 70-79 tahun.

3. Masuk ICU dan kematian tinggi pada kelompok lansia akibat COVID-19

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansiailustrasi proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 di TPU. (IDN Times/Aldila Muharma-Fiqih Damarjati

Dari 2 Maret 2020 sampai 30 April 2021, Balitbangkes juga mencatat bahwa terdapat 65.667 pasien COVID-19 berusia 18 tahun ke atas dirawat di unit perawatan intensif (ICU). Dari angka tersebut, 30 persen berusia 50-59 tahun dan 42 persen berusia di atas 60 tahun.

Kelompok lansia juga berkontribusi pada angka kematian akibat COVID-19. Dari 2 Maret 2020 sampai 20 Juni 2021, tercatat 54.662 kematian akibat COVID-19. Dari angka tersebut, 79 persen terjadi pada pasien COVID-19 berusia 50 tahun ke atas. Pada 31 Mei 2021, dari 7.199 kasus kematian COVID-19, 4.979 berasal dari kelompok lansia:

  • 59,7 persen berusia 70-79 tahun
  • 25,2 persen berusia 60-69 tahun

Balitbangkes menyimpulkan kalau tingkat fatalitas (fatality rate) pada pasien COVID-19 lansia berkisar pada 20,70 persen per Mei 2021.

4. Studi terhadap lansia mencakup hampir 100.000 peserta

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansiailustrasi penyuntikan vaksin (ANTARA FOTO/REUTERS/Johanna Geron)

Untuk meneliti vaksin Sinovac terhadap COVID-19 pada kelompok lansia, Balitbangkes merekrut 86.915 peserta berusia 60 tahun ke atas yang belum pernah terkena COVID-19. Dari angka tersebut, 40.245 lansia telah menyelesaikan vaksinasi COVID-19 pada 4-29 Maret 2021.

Para peserta kemudian dibagi menjadi dua kelompok, divaksinasi dan tidak divaksinasi. Kemudian, selama Maret-Mei 2021, Balitbangkes memantau kasus COVID-19, masuk rumah sakit, hingga mortalitas pada populasi tersebut.

5. Hasil: vaksin Sinovac berhasil menekan efek negatif COVID-19 pada lansia

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansiailustrasi vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Herka Yanis).

Pada dosis pertama, vaksin Sinovac dapat mencegah COVID-19 bergejala hingga 65 persen dalam 7 hari pertama. Tak bisa mencegah risiko ICU dan kematian, efektivitas mencegah COVID-19 bergejala pun turun hingga 35 persen setelah 14 hari.

Kemudian, 14 hari setelah penyuntikan vaksin COVID-19 dosis kedua pada lansia 60 tahun ke atas, vaksin Sinovac terbukti mencegah:

  • COVID-19 bergejala hingga 92 persen
  • Masuk ICU akibat COVID-19 hingga 92 persen
  • Meninggal akibat COVID-19 hingga 95 persen

Dipantau selama 28 hari setelah dosis kedua, efektivitas vaksin Sinovac mengalami perubahan. Sementara efektivitas vaksin Sinovac terhadap risiko masuk ICU dan kematian tetap bertahan, efektivitasnya terhadap COVID-19 bergejala turun hingga 52 persen.

6. Studi efektivitas Sinovac pada populasi tenaga kesehatan

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansiailustrasi vaksin Sinovac (IDN Times/Andri NH)

Pada 13 Januari-18 Maret 2021, Balitbangkes melakukan studi efektivitas vaksin Sinovac pada populasi tenaga kesehatan (nakes). Dalam penelitian ini, sebanyak 25.374 nakes berusia 18 tahun ke atas dari DKI Jakarta turut serta.

Para peserta dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok vaksin satu dosis, kelompok vaksin dua dosis, dan kelompok non-vaksin. Balitbangkes memantau infeksi COVID-19, risiko ICU, dan kematian pada ketiga kelompok tersebut

7. Hasil: vaksin Sinovac juga ampuh untuk melindungi para nakes

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan LansiaCoronaVac, vaksin asal perusahaan biofarmasi China, Sinovac (theedgemarkets.com)

Pada kelompok vaksin dosis pertama, efektivitas CoronaVac untuk mencegah COVID-19 dan risiko masuk ICU terlihat di angka masing-masing 13 persen dan 53 persen setelah 7 hari. Sementara angka pencegahan COVID-19 bertahan, efektivitas vaksin Sinovac dalam mencegah perawatan ICU dan kematian dianggap tidak signifikan dalam 14 hari.

Dalam pemantauan selama 28 hari setelah vaksinasi dosis kedua, Balitbangkes menemukan bahwa CoronaVac ampuh untuk mencegah:

  • Terkena COVID-19 hingga 94 persen
  • Risiko masuk ICU akibat COVID-19 hingga 100 persen
  • Kematian akibat COVID-19 hingga 100 persen

Berbeda dengan populasi lansia, efektivitas CoronaVac tetap bertahan di persentase tersebut bahkan setelah 28 hari. Dengan kata lain, tidak mengalami penurunan.

8. Kenapa hasil efektivitas vaksin Sinovac bisa berbeda antara lansia dan nakes?

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansiailustrasi vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Herka Yanis).

Dihubungi pada Sabtu (7/8/2021) oleh IDN Times, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., mengomentari penurunan efektivitas pada kelompok lansia yang tak terlihat pada nakes. Pertama, dr. Nadia mengingatkan kalau risiko COVID-19 pada lansia berbeda dengan nakes.

"Kita lihat dulu, sekarang kan sudah ada varian Delta juga yang cepat penularannya. Dan, lansia bisa terpapar dari anggota keluarga lain yang masih melakukan aktivitas di luar tapi OTG (orang tanpa gejala)," ujar dr. Nadia.

Balitbangkes mengatakan kalau pengelolaan dan logistik vaksin amat penting untuk menjaga efektivitas vaksin. Selain itu, dr. Nadia juga mengingatkan kalau untuk menghadapi pasien COVID-19, nakes menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat. Dari segi risiko, lansia jauh lebih rentan karena paparan yang jauh lebih besar.

"Protokol kesehatan (prokes) dan pembatasan mobilitas sangat berpengaruh. Karena mobilitas lebih tinggi dan interaksi dengan kelompok usia produktif juga tinggi, ini memberikan risiko pada kelompok lansia, sehingga efektivitas vaksin bisa menurun," kata dr. Nadia menjelaskan.

9. Apakah hasilnya efektivitas vaksin Sinovac ini relevan terhadap varian Delta?

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Melindungi Tenaga Kesehatan dan Lansiailustrasi virus corona (pixabay.com/Cassiopeia_Arts)

Para peneliti Balitbangkes juga mengatakan kalau efektivitas vaksin Sinovac juga harus tetap dipantau dengan keberadaan varian Delta yang sudah dinyatakan variant of concern (VoC) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Kata dr. Nadia, hasil penelitian Balitbangkes juga berlaku untuk COVID-19 varian Delta.

Meskipun tidak secara spesifik menyebutkan varian Delta, dr. Nadia mengatakan kalau beberapa laporan sudah menyatakan kalau varian Delta adalah yang mendominasi. Oleh karena itu, laporan Balitbangkes dianggap "mencakup" varian Delta juga.

"Karena kita tidak melakukan pemeriksaan mereka terkena varian apa saja. Kalau pada periode tersebut, kita sudah mendeteksi varian Delta. Dari publikasi yang disampaikan, terlihat varian Delta yang sudah mulai mendominasi," tandas dr. Nadia.

Balitbangkes mengingatkan kalau selain vaksinasi lengkap, kepatuhan terhadap prokes amat penting demi keberhasilan menangani pandemi COVID-19. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan budaya dan pemberdayaan masyarakat, serta dukungan agar masyarakat mau melakukan prokes, seperti akses air bersih untuk cuci tangan.

Baca Juga: Studi: Antibodi Vaksin Sinovac Menurun Setelah 6 Bulan, Butuh Booster

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya