Studi: Polusi Kendaraan Picu Risiko Asma pada Anak-anak

Anak-anak Indonesia pun termasuk dalam bahaya

Berbicara mengenai masalah lingkungan, erat hubungannya dengan masalah kesehatan terutama pernapasan. Masih jadi masalah modern saat ini, polusi udara datang dari berbagai sumber. Akan tetapi, di sekitar kita, polusi udara umumnya berasal dari asap kendaraan.

Meski belum dirasakan dampaknya saat ini, efek negatif polusi udara bak bom waktu yang menumpuk dan baru diketahui saat sudah parah. Dalam sebuah studi terbaru, polusi udara dari asap kendaraan ternyata dapat memengaruhi risiko asma pada kelompok anak-anak!

1. Lebih sering terjadi di daerah perkotaan

Polusi udara nitrogen dioksida (NO2) dari asap kendaraan dikaitkan dengan insiden asma anak. Dimuat dalam jurnal The Lancet Planetary Health pada 1 Januari 2022 lalu, sebuah penelitian yang dipimpin oleh George Washington University (GWU) ingin memastikan hubungan polusi udara dan asma di 13.189 kota di seluruh dunia pada 2000–2019.

Studi di Amerika Serikat (AS) ini menemukan bahwa pada 2019, hampir 2 juta kasus asma anak di seluruh dunia dapat dikaitkan dengan pajanan NO2. Dari angka tersebut, dua pertiga terjadi di daerah perkotaan. Untungnya, terlihat tren penurunan NO2 dari 19,8 persen di 2000 menjadi 16 persen di 2019, terutama di daerah:

  • Negara berpenghasilan tinggi: −41 persen.
  • Amerika Latin dan Karibia: −16 persen.
  • Eropa Tengah, Timur, dan Asia Tengah: −13 persen.
  • Asia Tenggara, Timur, dan Oseania: −6 persen.

Namun, para peneliti mencatat tren kenaikan NO2 di kawasan Asia Selatan (+23 persen), Afrika sub-Sahara (+11 persen), dan Afrika bagian utara serta Timur Tengah (+5 persen). Terlepas dari peningkatan di beberapa kawasan, para peneliti AS tetap yakin NO2 menjadi masalah utama pemicu asma anak di seluruh dunia.

2. Sekitar 4 juta anak di seluruh dunia mengidap asma akibat asap kendaraan

Studi: Polusi Kendaraan Picu Risiko Asma pada Anak-anakilustrasi asma pada anak (texaschildrens.org)

Sebelum studi tersebut, GWU juga mengadakan studi terkait hubungan asap kendaraan dan asma anak. Dimuat di jurnal yang sama pada 2019 silam, para peneliti AS memantau insiden asma anak dari pajanan asap kendaraan di 194 negara dan 125 kota besar di seluruh dunia pada 2010–2015.

"Studi ini jadi yang pertama menghitung beban kasus asma anak secara global yang berhubungan dengan nitrogen dioksida asap kendaraan dengan metode yang mempertimbangkan pajanan tinggi terhadap polutan ini di lalu lintas padat," ujar peneliti senior dari GWU, Dr. Susan C. Anenberg.

Para peneliti menemukan bahwa dalam skala global, sebanyak 4 juta kasus asma anak baru ditemukan berhubungan dengan polusi NO2 dalam 1 tahun. Dari angka tersebut 64 persen ditemukan di kawasan perkotaan, dan berkontribusi 13 persen pada insiden asma anak secara global.

"Temuan kami membuktikan bahwa jutaan kasus asma anak baru dapat dicegah di kota-kota seluruh dunia dengan menurunkan polusi udara," imbuh Dr. Susan.

Baca Juga: Paparan Polusi Udara Tingkatkan Keparahan COVID-19

3. Indonesia termasuk dalam bahaya

Dari kawasannya, para peneliti mencatat bahwa beban kasus asma anak yang terkait dengan pajanan NO2 per 100.000 anak paling tinggi ditemukan di:

  • Amerika Latin dekat Pegunungan Andes: 340 kasus per tahun.
  • Amerika Utara berpenghasilan tinggi: 310 kasus per tahun.
  • Asia Pasifik berpenghasilan tinggi: 300 kasus per tahun.

Dari 125 kota besar, kasus asma baru yang bisa dikaitkan dengan NO2 terlihat paling rendah di Orlu, Nigeria (5,6 persen), dan paling tinggi di Shanghai, China (48 persen). Angka tersebut berkontribusi lebih dari 20 persen kasus asma baru di 92 kota. Di daerah perkotaan, angka beban kasus asma anak akibat NO2 tertinggi terlihat di:

  • Lima, Peru: 690 kasus per tahun
  • Shanghai, China: 650 kasus per tahun
  • Bogota, Kolombia: 580 kasus per tahun 

Para peneliti kemudian menemukan bahwa dalam skala nasional, beban asma anak baru akibat pajanan NO2 terbesar berada di:

  • China: 760.000 kasus per tahun.
  • India: 350.000 kasus per tahun.
  • AS: 240.000 kasus per tahun.
  • Indonesia: 160.000 kasus per tahun.
  • Brasil: 140.000 per tahun.

Meski begitu, China terlihat memiliki populasi anak terbesar kedua dan konsentrasi NO2 di populasi tertinggi ketiga. Sementara melihat kejadian asma anak lebih rendah, India memiliki populasi anak terbesar.

Meskipun AS, Indonesia, dan Brasil memiliki ukuran populasi anak serupa, AS memiliki konsentrasi NO2 pada populasi tertinggi. Di satu sisi, Indonesia memiliki tingkat kejadian asma tertinggi di antara ketiga negara.

4. Sejatinya, kematian anak akibat asma bisa dicegah

Studi: Polusi Kendaraan Picu Risiko Asma pada Anak-anakilustrasi polusi di Jakarta (pexels.com/Alifia Harina)

Dimuat pada 1 Februari 2022, para peneliti GWU kemudian melakukan pemantauan bagaimana salah satu polutan udara (PM2,5) memengaruhi risiko kematian di seluruh dunia. Antara 2000–2019, pemantauan ini dilakukan di 13.160 kota di seluruh dunia.

Para peneliti menemukan bahwa sekitar 2,5 miliar penduduk dunia (86 persen) di perkotaan hidup di daerah kota dengan kadar polusi udara di atas (10 mikrogram/meter kubik) atau melewati batas Badan Kesehatan Dunia (WHO) edisi 2005. Hal ini mengakibatkan 1,8 juta kematian pada 2019.

WHO memperingatkan bahwa paparan polusi udara dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi hingga kematian dini. Dari infeksi pernapasan, penyakit jantung, stroke, hingga kanker paru-paru, semuanya bisa terjadi jika masalah polusi udara tidak segera ditangani.

Menurut Dr. Susan, sejatinya, 1,8 juta kematian tersebut bisa dicegah. Temuan ini mendukung penerapan strategi untuk mengurangi emisi dan kerentanan terhadap PM2,5.

"Meningkatkan akses ke transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti bertenaga listrik atau dengan bersepeda dan berjalan kaki, tidak hanya menekan kadar NO2, tetapi juga mengurangi risiko asma, meningkatkan kebugaran tubuh, dan menekan emisi gas rumah kaca," kata Dr. Susan.

Baca Juga: Bahaya Polusi Udara terhadap Hati, Sebabkan Perlemakan Hati

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya