Studi: Belajar dari Rumah Perbaiki Kualitas Tidur Anak

Belajar online lebih baik daripada belajar tatap muka?

Pandemik COVID-19 telah mengubah dunia dalam berbagai aspek. Bukan cuma kesehatan dan ekonomi, pendidikan pun ikut berubah. Pelajar pun harus beradaptasi dengan melakukan pembelajaran dari rumah secara daring atau online.

Melihat pandemik COVID-19 dari dua sisi, ternyata generasi muda diuntungkan oleh aktivitas belajar di rumah. Salah satu keuntungannya adalah bisa memperbaiki kualitas tidur yang sebelumnya mungkin terbengkalai. Yuk, simak faktanya berikut ini!

1. Penelitian melibatkan lebih dari 5.000 anak

Studi: Belajar dari Rumah Perbaiki Kualitas Tidur Anakilustrasi belajar online selama pandemik COVID-19 (aqi.co.id)

Dilansir Healthline, sebuah studi di Amerika Serikat (AS) mencari tahu hubungan instruksi belajar, waktu mulai belajar-mengajar, dan kualitas tidur pada para pelajar selama pandemik COVID-19. Studi ini dimuat dalam jurnal Sleep yang terbit Agustus 2021 lalu.

Total, para peneliti berhasil mengumpulkan 5.245 siswa dan siswi AS kelas 6 SD hingga kelas 12 (setara dengan kelas 3 SMA). Dari populasi tersebut, sekitar 50 persen adalah siswi. Diamati pada 14 September 2020 hingga 26 Desember 2020, para partisipan siswa dan siswi kemudian dibagi menjadi tiga kelompok:

  • Tatap muka
  • Daring dan sinkron (kelas langsung dan menyertakan interaksi guru)
  • Daring dan asinkron (tanpa kelas langsung dan tanpa interaksi guru)

2. Hasil studi: studi online tanpa kelas langsung dan interaksi guru bikin anak tidur lebih nyenyak

Studi: Belajar dari Rumah Perbaiki Kualitas Tidur Anakilustrasi remaja sedang tidur (futurity.org)

Hasilnya, para peneliti AS memaparkan bahwa:

  • Tatap muka: 20,4 persen siswa/i sekolah menengah pertama (SMP) dan 37,2 persen siswa/i sekolah menengah atas (SMA) mengaku cukup tidur
  • Online/sinkron: 38,7 persen siswa/i SMP dan 56,9 persen siswa/i SMA mengaku cukup tidur
  • Online/asinkron: 62 persen siswa/i SMP dan 81 persen siswa/i SMA mengaku cukup tidur

Waktu mulai belajar-mengajar juga menjadi faktor penting. Penelitian tersebut mencatat kalau kelompok online/asinkron menikmati waktu tidur lebih dari 1,5 jam lebih lama dibandingkan kelompok tatap muka. Jika dimulai di jam yang sama pun, kelompok online/sinkron mendapatkan waktu tidur lebih dibandingkan tatap muka.

Baca Juga: 10 Potret Kelakuan Anak saat Belajar dari Rumah Ini Kocak Banget

3. Masalahnya, jam mulai belajar-mengajar selama ini "tidak memihak" para siswa/i

Studi: Belajar dari Rumah Perbaiki Kualitas Tidur Anakilustrasi belajar online di masa pandemik COVID-19 (weforum.org)

Pemimpin studi tersebut dari National Jewish Health, Lisa J. Meltzer, PhD., menyatakan bahwa tidur memengaruhi aspek kesehatan dan kesejahteraan anak, baik sebelum, selama, atau sesudah COVID-19. Hal ini memengaruhi kesehatan fisik dan mental generasi muda.

"Saat anak-anak tak cukup tidur, terlihat hasil negatif dalam hal kesehatan jasmani dan rohani. Selain itu, perhatian, memori, proses informasi baru, dan menyelesaikan pekerjaan rumah pun jadi terbengkalai," ujar Lisa mengutip Healthline.

Akan tetapi, selama ini, Lisa mengatakan bahwa waktu mulai belajar-mengajar masih belum "ramah" untuk para siswa/i. Padahal, selama masa pubertas, jam tidur internal pada tubuh kita tertunda 1-2 jam. Dengan kata lain, remaja memang butuh tidur lebih awal dan bangun lebih siang.

"Saat waktu mulai belajar-mengajar terlalu awal, hal ini dapat membatasi jam tidur, sehingga remaja tidak cukup tidur," imbuh Lisa.

4. Jam tidur yang baik menurut riset

Studi: Belajar dari Rumah Perbaiki Kualitas Tidur Anakilustrasi remaja sedang tidur (raisingchildren.net.au)

Penelitian merekomendasikan waktu mulai belajar-mengajar yang berbeda bagi jenjang-jenjang siswa/i, yaitu 08.30 - 09.00 pagi untuk siswa/i SMP dan 08.00 - 08.30 pagi untuk siswa/i SMA.

Lisa sendiri merekomendasikan jam mulai belajar-mengajar sesuai dengan pedoman American Academy of Pediatrics (AAP) tahun 2014, yaitu tidak kurang dari 08.30 pagi. Jam ini juga didukung oleh berbagai ahli medis dan edukasi agar para siswa/i mendapatkan jam tidur optimal, yaitu 8,5-9,5 jam.

"Sejumlah besar penelitian terkini telah membuktikan bahwa memundurkan waktu mulai belajar-mengajar adalah tindakan pencegahan efektif untuk mencegah kurang tidur kronis dan bermanfaat untuk kesehatan jasmani dan rohani, kesejahteraan, serta prestasi anak," tulis AAP.

5. Apa yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu siswa/i di masa pandemik COVID-19

Studi: Belajar dari Rumah Perbaiki Kualitas Tidur Anakilustrasi remaja tidur di kelas (rochester.edu)

AAP mencatatkan risiko seperti obesitas, depresi, hingga risiko kecelakaan saat berkendara sebagai konsekuensi kurang tidur pada para siswa/i. Oleh karena itu, selain para siswa/i, para orangtua diharapkan untuk terlibat dalam mengatur waktu dan praktik tidur anak.

Salah satu yang kiat yang bisa dilakukan adalah membatasi penggunaan gawai (gadget) sebelum tidur. AAP menyarankan para orangtua untuk bisa menetapkan waktu kapan para siswa/i harus berhenti bermain media elektronik dan kegiatan media sosial para siswa/i sebelum tidur.

Selain bermain media elektronik, media sosial, dan gadget, AAP mengatakan bahwa orangtua harus memeriksa pola tidur anak. Jika siswa/i mengonsumsi kafein dan zat stimulan lainnya untuk menangkal kantuk, maka AAP menyarankan orangtua harus memberi tahu risiko kelebihan senyawa stimulan.

Studi: Belajar dari Rumah Perbaiki Kualitas Tidur Anakilustrasi belajar online (pexels.com/Julia M Cameron)

Kesimpulannya, kualitas tidur amat penting untuk para siswa/i, terutama karena mereka sedang masa pubertas. Jika tidak cukup tidur, mereka bisa menghadapi risiko gangguan fisik dan mental. Konsekuensinya, prestasi akademik siswa/i ikut menurun.

Di masa pandemik COVID-19 ini, kegiatan belajar di rumah secara online terbukti meningkatkan kualitas tidur para siswa/i karena lebih fleksibel. Meski pandemik COVID-19 sudah selesai pun, orangtua diharapkan memantau kualitas tidur anak agar lebih sehat dan berprestasi!

Baca Juga: Psikolog: Belajar dari Rumah Gak Bikin Anak Jadi Individualis

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya