Apa Saja Faktor Risiko Obesitas pada Anak?

Belakangan beredar kabar bayi berusia satu tahun yang memiliki berat badan melebihi bayi pada umumnya. Bayi tersebut disebut mengalami obesitas karena memiliki berat badan mencapai 27 kilogram.
Bagi sebagian orang, bayi yang gemuk mungkin terlihat menggemaskan. Namun, banyak pakar yang mengatakan bahwa obesitas termasuk pada bayi dapat mengganggu kesehatannya. Lantas, apa saja faktor risiko obesitas pada anak? Apa saja dampak yang muncul jika bayi mengalami obesitas? Berikut pembahasannya!
1. Obesitas dapat mengganggu kemampuan anak dan berisiko mengalami obesitas saat dewasa

Selain masalah stunting, Indonesia juga dihadapkan masalah obesitas. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada balita sebesar 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,9 persen.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kegemukan dan obesitas adalah akumulasi lemak berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Meski ada anggapan di masyarakat bahwa bayi yang gemuk itu lucu dan menggemaskan, akan tetapi kenaikan berat badan yang berlebih pada bayi juga perlu menjadi perhatian.
Mayo Clinic menjelaskan, bahwa berat badan berlebih pada bayi dapat menunda kemampuan merangkak atau berjalan. Padahal, kemampuan tersebut sangat penting untuk perkembangan fisik dan mental bayi. Selain itu, bayi yang obesitas berisiko mengalami obesitas saat berusia dewasa.
2. Beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh bayi

Mengutip penjelasan laman Kemenkes, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan melakukan aktivitas fisik penting dilakukan oleh semua kelompok umur. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan bahwa saat bayi berusia enam sampai 12 bulan, ASI dan/atau susu formula masih menjadi sumber nutrisi utama bagi mereka. Akan tetapi, pada usia tersebut makanan padat sudah mulai dikenalkan secara bertahap.
Meski sudah mulai mengonsumsi makanan padat dengan tekstur bertahap, jenis makanan yang diberikan tetap harus diperhatikan. Sebab tidak semua jenis makanan yang dikonsumsi orang dewasa boleh dikonsumsi oleh anak. Beberapa jenis makanan yang sebaiknya dibatasi menurut National Health Service (NHS) antara lain:
- Garam: Bayi sebaiknya tidak mengonsumsi makanan tinggi garam. Hindari makanan tinggi garam, seperti sosis, keripik kentang dengan tambahan garam, dan lainnya.
- Gula: Bayi tidak memerlukan makanan dengan tambahan gula. Sebisa mungkin menghindari memberikan makanan ringan dan minuman yang mengandung gula tambahan untuk mencegah gigi berlubang.
- Lemak jenuh: Sebaiknya menghindari memberikan anak makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti kue, biskuit, dan keripik.
- Madu: Madu bisa mengandung bakteri penghasil racun yang berbahaya untuk usus bayi. Oleh sebab itu, bayi berusia kurang dari 1 tahun tidak disarankan diberikan madu.
3. Faktor risiko obesitas pada anak
Menurut Healthline, jumlah berat badan dan kecepatan kenaikan berat badan bayi dipengaruhi banyak faktor. Tidak semua faktor tersebut bisa dikendalikan. Sebagian diantaranya tidak dapat dikendalikan, seperti faktor genetik yang juga dapat memengaruhi tinggi maupun berat badan bayi.
Kondisi ibu selama kehamilan dapat memengaruhi berat badan bayinya. Wanita hamil yang memiliki berat badan berlebih, obesitas, perokok, atau mengalami diabetes gestasional lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat badan berlebih.
Pemberian ASI juga dapat memengaruhi berat badan bayi. Biasanya, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif kenaikan berat badannya cenderung tidak secepat bayi yang diberikan susu formula atau kombinasi keduanya.
Faktor lainnya yang dapat memicu kenaikan berat badan bayi, yaitu:
- Usia pemberian makanan padat.
- Apabila bayi diberikan makanan cepat saji atau makanan olahan.
- Apabila bayi diberikan jus buah atau minuman manis.
- Apabila bayi sering melihat televisi atau bermain video game.
- Apabila bayi diberikan banyak camilan di antara makanannya.
4. Apa saja bahaya obesitas pada anak?

Seseorang yang obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap kondisi kesehatan dan penyakit serius jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan sehat. Menurut CDC, anak-anak dan orang dewasa yang mengalami obesitas meningkatkan risiko beberapa kondisi kesehatan, seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, dimana keduanya merupakan faktor risiko dari penyakit jantung. Selain itu, obesitas pada anak dan dewasa juga meningkatkan risiko diabetes tipe 2, masalah pernapasan, seperti asma dan sleep apnea, masalah persendian, dan batu empedu.
Selain memengaruhi aspek kesehatan fisik, kegemukan pada anak juga dapat menimbulkan dampak psikososial pada anak. Seperti dijelaskan pada laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, kegemukan dapat menurunkan kepercayaan diri anak. Kegemukan juga dapat berpengaruh pada prestasi akademik dan menimbulkan diskriminasi sosial, seperti bullying.
5. Cara menjaga berat badan bayi tetap sehat

Mengutip penjelasan Mayo Clinic, beberapa cara agar berat badan bayi tetap sehat antara lain memonitor kenaikan berat badan ibu selama kehamilan. Sebab, kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan dapat meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan berat badan berlebih.
Selain itu, memberikan ASI pada bayi juga dapat memengaruhi berat badan anak. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian ASI dapat menurunkan risiko obesitas pada anak.
Menambahkan penjelasan Verywell Family, orang tua ataupun pengasuh juga penting untuk mengenalkan makanan padat pada anak dengan hati-hati. Sebisa mungkin membatasi atau menghindari makanan atau minuman manis dan minim gizi. Dengan mengenalkan anak makanan sehat sejak dini dapat menjadi kebiasaan anak hingga mereka dewasa.
Kenaikan berat badan yang berlebih pada bayi juga perlu menjadi perhatian karena dapat meningkatkan risiko obesitas saat dewasa, hingga berbagai penyakit seperti diabetes tipe 2. Beberapa faktor risiko obesitas pada anak, seperti faktor genetik, kondisi ibu selama kehamilan memiliki berat badan berlebih atau mengalami diabetes gestasional, bayi tidak mendapatkan ASI, pemberian makanan cepat saji, dan sebagainya.