Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Kamu Yakin Benar Stress Eating Bisa Mengurangi Stres?

ilustrasi orang makan (unsplash.com/Szabo Viktor)

Pernah tidak menemui teman yang makan dengan porsi besar, ketika ditanya jawabannya malah jawaban dia, "Iya sedang stres!" Hal ini wajar, karena ketika kamu stres tanpa sadar cara makanmu bisa berubah. Ada orang yang kehilangan nafsu makannya. Tapi ada juga orang yang justru stress eating, yaitu nafsu makannya lebih besar.

Menurut American Psychological Association yang dilansir dari HuffPost, orang yang stress eating merasa makanan mampu menenangkan dan membuat mereka merasa lebih baik. Padahal sebenarnya, stress eating jika dibiarkan akan menjadi pola makan yang tidak sehat dan konsekuensinya jangka panjang. Namun mengapa banyak orang yang mengklaim stress eating bisa menyelesaikan masalahnya? Dan apa yang bisa dilakukan selain makan untuk mengatasi stres?

1. Penyebab umum stress eating

ilustrasi orang makan (unsplash.com/Artem Labunsky)

Rata-rata, stress eating dipicu oleh sifat emosional manusia. Rasa stres, kecemasan, kesedihan, dan kebosanan merupakan pemicu stress eating yang sering terjadi. Akibatnya, orang mencari hiburan dalam makanan untuk menekan sifat emosional tersebut. Belum lagi ketika stres, tubuh secara tidak sadar mencari makanan yang berkalori tinggi, manis, atau berlemak. Melansir Mayo Clinic, hal ini karena makanan tersebut bisa memberikan energi tinggi dan membuat diri semangat.

Norma dan kebiasaan umum juga mengajarkan orang untuk mencari hiburan dalam makanan. Ketika kamu senang atau sedang ulang tahun, yang dicari biasanya makanan enak. Makanan juga sering dijadikan hadiah usai kerja keras. Gak heran orang juga mengasosiasikan makanan dengan kesedihan, karena makanan biasa dijadikan respon terhadap suatu emosi. Dan kebanyakan, orang yang sudah memiliki pola stress eating, hal ini sudah menjadi kebiasaan yang susah untuk diubah.

2. Namun, apakah stress eating benar-benar bisa mengurangi stres?

ilustrasi orang makan (unsplash.com/Allison Shaw)

Melansir Harvard Health, ada beberapa alasan kenapa stress eating bisa disebut mengurangi stres. Pertama, makan makanan tertentu seperti karbohidrat dan lemak, memicu pelepasan hormon serotonin. Hormon ini memberi efek senang dan menenangkan secara langsung. Yang kedua, bagi sebagian orang, rutinitas menyiapkan dan menyantap makanan adalah praktik yang menenangkan.

Ketiga, makan bersama orang lain itu dapat membantu meningkatkan suasana hati. Jika sedang stres dan makan sendiri, emosi negatif lebih mungkin meninggi. Dan yang terakhir, makan menu apapun dapat membantu mengatur gula darah, yang berdampak positif pada suasana hati. Jadi memang benar, stress eating dapat mengurangi stres. Namun efeknya tidak bertahan lama. Hal itu karena hormon serotonin yang dihasilkan dari makanan itu sifatnya hanya sementara, dan tidak mengatasi penyebab stres. 

3. Efek jelek dari mengandalkan stress eating

ilustrasi orang makan (unsplash.com/Tamas Pap)

Psikolog Avigail Lev yang dilansir dari Huffpost mengatakan, saat stress eating pasti makan tanpa berpikir. Dengan kata lain, kebanyakan pasti mengonsumsi makanan tidak sehat. Hal ini bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan, termasuk diabetes, kolesterol, penyakit jantung, dan sebagainya. Selain itu, stress eating yang berturut-turut juga bisa menyebabkan peningkatan berat badan karena asupan kalori yang tidak terkontrol.

Berat badan yang terus bertambah bisa mengakibatkan timbulnya rasa cemas, rasa bersalah, dan malu. Seperti siklus yang negatif, semakin stres maka akan semakin makan, dan menyesal karena badan semakin berat, dan kembali stres lagi. Stress eating juga membuat kamu susah mempertahankan pola makan yang sehat. Jika stress eating dibiarkan dalam jangka waktu panjang, dapat menjadi kebiasaan buruk dan memperpanjang akar penyebab stres.

4. Cara mengelola stress eating agar tak keterusan

ilustrasi orang makan (unsplash.com/Matt Seymour)

Cara berhenti dari stress eating itu bisa dilakukan siapa saja. Namun harus mulai dari diri sendiri. Mulailah membuat jurnal yang dapat mengenali pemicu emosional untuk makan, lengkap dengan daftar makanan yang kamu konsumsi. Dari situ, pelan-pelan ganti makanan menjadi pilihan yang lebih sehat. Mulailah menyimpan snack sehat, dark chocolate 70% ke atas, dan buah-buahan untuk bisa tetap memberikan kenyamanan dan energi yang dibutuhkan tanpa rasa bersalah.

Ganti juga caramu mengatasi stres dengan cara yang lebih sehat. Misalnya, berolahraga, latihan teknik pernapasan, atau mencari hobi yang bisa memberi rasa relaksasi. Terapkan rutinitas yang positif yang bisa membantu mengatur rasa lapar. Terakhir, carilah dukungan biar kamu tidak kembali ke stress eating. Berbicaralah dengan keluarga dan teman yang dapat mendukungmu. Jika dirasa tidak cukup, kamu bisa berbicara dengan tenaga profesional untuk mengurangi ketergantungan kenyamanan pada makanan.

Meski terdengar menakutkan, namun sebenarnya stress eating ini cukup umum. Memang stress eating bisa menenangkan dirimu dari stres, namun efeknya tidak lama. Ada orang yang bisa berhenti dengan mudah, tapi ada juga orang yang susah sampai mengancam kesehatan dan kesejahteraan mental mereka. Jika memang sudah dirasa tak mudah berhenti makan, akan lebih baik jika langsung berkonsultasi dengan dokter gizi atau terapis untuk menemukan cara mengalihkan stres yang terbaik. Lakukan lebih cepat, lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Liem Ling
EditorLiem Ling
Follow Us