Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bahaya Minum Air yang Terkontaminasi Paracetamol dan Amoxicillin

ilustrasi mengambil air minum dari sungai (pexels.com/Darina Belonogova)
ilustrasi mengambil air minum dari sungai (pexels.com/Darina Belonogova)
Intinya sih...
  • Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendeteksi kontaminasi paracetamol dan amoxicillin di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu, Jawa Barat.
  • Jika dosisnya kecil, ini kemungkinan tidak memberikan efek signifikan bagi kesehatan. Akan tetapi, paracetamol dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan hati yang serius.
  • Paparan residu antibiotik, seperti amoxicillin, pada manusia atau bakteri resistan/kebal antibiotik secara langsung melalui air minum yang terkontaminasi dapat meningkatkan potensi risiko infeksi dan kolonisasi bakteri resistan antibiotik terhadap kesehatan.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendeteksi kontaminasi bahan aktif obat atau active pharmaceutical ingredient (API), yaitu paracetamol dan amoxicillin, di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu, Jawa Barat.

Apa risiko bahayanya jika manusia sampai mengonsumsi air yang terkontaminasi paracetamol dan amoxicillin?

Risiko bahaya minum air yang tercemar paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang umum digunakan untuk meredakan demam dan nyeri. Ini digunakan pada banyak merek obat bebas dan bisa dikombinasikan dengan obat lain dalam beberapa obat pereda nyeri yang diresepkan.

Jika dosisnya kecil, ini kemungkinan tidak memberikan efek signifikan bagi kesehatan. Akan tetapi, paracetamol dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan hati yang serius.

Untuk rata-rata orang dewasa yang sehat, dosis harian maksimum absolut tidak lebih dari 4.000 miligram (mg) dari semua sumber. Namun, pada beberapa orang, dosis yang mendekati batas harian 4.000 mg untuk orang dewasa masih bisa menjadi racun bagi hati. Yang paling aman adalah mengonsumsi hanya yang kamu perlukan, dan jika memungkinkan, tidak melebihi 3.000 mg sehari, terutama jika kamu sering menggunakan paracetamol.

Paracetamol memasuki lingkungan melalui air limbah. Saat seseorang mengonsumsi paracetamol, sebanyak 9 persen paracetamol akan keluar dari tubuh melalui urine. Ini berarti paracetamol akan dibuang ke toilet dan bercampur dengan air limbah.

Paracetamol juga masuk ke air limbah ketika obat yang berlebih atau kedaluwarsa dibuang ke wastafel atau toilet. Sejumlah paracetamol dikeluarkan dari air limbah selama pengolahan dan paracetamol pada permukaan air dapat terurai melalui aksi sinar matahari. Namun, paracetamol terus-menerus "diisi ulang" pada air permukaan dari air limbah baru. Para peneliti memperkirakan paracetamol ada pada air permukaan dalam jangka panjang, tetapi dalam konsentrasi rendah.

Risiko bahaya minum air yang tercemar amoxicillin

ilustrasi amoxicillin kapsul (pixabay.com/Brett Hondow)
ilustrasi amoxicillin kapsul (pixabay.com/Brett Hondow)

Paparan residu antibiotik, seperti amoxicillin, pada manusia atau bakteri resistan/kebal antibiotik secara langsung melalui air minum yang terkontaminasi dapat meningkatkan potensi risiko infeksi dan kolonisasi bakteri resistan antibiotik terhadap kesehatan manusia, dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian, serta biaya layanan kesehatan bagi individu, sistem kesehatan, dan negara.

Akan tetapi, sejauh mana peningkatan risiko kesehatan manusia akibat paparan tersebut tidak dijelaskan secara memadai dan oleh karena itu besarannya tidak dapat dipastikan.

Meskipun terdapat residu antibiotik pada tingkat subterapeutik dalam air minum, tetapi standar air minum untuk antibiotik belum ditetapkan. Oleh karena itu, potensi risiko kesehatan manusia akibat paparan residu antibiotik secara terus-menerus melalui air minum yang terkontaminasi antibiotik belum diteliti dengan baik.

Beberapa penelitian telah menunjukkan risikonya terhadap kesehatan manusia, termasuk efek toksikologi, gangguan mikrobioma usus, dan peningkatan populasi bakteri resistan dalam mikrobioma usus.

Gangguan mikrobioma usus komensal manusia akibat paparan antibiotik berpotensi memengaruhi kesehatan manusia dalam jangka panjang dan dapat memicu penyakit jangka panjang.

Lebih lanjut, mikrobioma usus manusia merupakan reservoir dan pengangkut gen resistansi antibiotik yang penting, dan gen ini dapat ditransfer dari satu bakteri ke bakteri lain di dalam usus, termasuk ke patogen manusia.

Penyebaran bakteri resistan juga dapat terjadi antar individu, yang selanjutnya dapat meningkatkan prevalensi resistansi antibiotik dalam suatu populasi.

Selain itu, kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatnya prevalensi resistansi antibiotik dan hal ini memerlukan perhatian khusus di wilayah-wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.

Sebagai tambahan, potensi dampak buruk gabungan akibat paparan kronis terhadap campuran antibiotik yang dapat terbentuk di lingkungan perairan dan selama proses pengolahan yang digunakan di instalasi pengolahan air limbah masih belum diketahui. Paparan kronis terhadap campuran antibiotik berpotensi dikaitkan dengan peningkatan risiko kesehatan manusia.

Lebih lanjut, potensi risiko kesehatan manusia melalui paparan atau jalur penularan yang berbeda, seperti penyerapan kulit (atau mata), konsumsi (misalnya, melalui mandi atau mencuci, budidaya perikanan, irigasi tanaman, dan pekerjaan di instalasi pengolahan air limbah), atau penghirupan udara belum pernah dinilai. Ini menjadi perhatian khusus di beberapa negara yang mana masyarakatnya menggunakan sistem perairan seperti sungai dan danau untuk mandi, mencuci, serta sebagai sumber air untuk persediaan air minum.

Cara mengurangi limbah medis berakhir di perairan

ilustrasi obat-obatan (pixabay.com/Jan)
ilustrasi obat-obatan (pixabay.com/Jan)

Lakukan cara-cara ini untuk mengurangi kontribusi limbah medis berakhir di perairan:

  • Batasi pembelian obat dalam jumlah besar. Pembelian berlebihan dalam jumlah banyak, misalnya karena diskon, dapat membuat obat yang tidak terpakai berakhir di perairan.
  • Cek program pengembalian obat. Cek apotek terdekat mengenai program pembuangan atau pengembalian obat yang tidak terpakai atau kedaluwarsa.
  • Jangan membuang obat-obatan yang tidak terpakai ke saluran pembuangan air. Tanyakan kepada apoteker langkah tentang cara membuang obat yang benar.
  • Berhati-hatilah dalam membuang obat ke tempat sampah. Obat-obatan yang dibuang ke tempat sampah akhirnya dibakar atau dikubur di tempat pembuangan sampah, yang lebih baik daripada membuangnya ke saluran air. Jika membuang obat ke tempat sampah, keluarkan dari kemasannya, hancurkan, dan masukkan ke dalam kantong plastik berisi air. Tambahkan serbuk gergaji, kotoran kucing, bubuk kopi, atau bahan kotor lainnya ke dalam kantong. Ini bukan karena alasan lingkungan, tetapi untuk mengurangi kemungkinan anak-anak atau hewan memakan isinya. Jangan lupa untuk menghilangkan informasi identitas apa pun dari wadah obat resep.

Referensi

Harvard Health Publishing. Diakses pada Juli 2024. Acetaminophen safety: Be cautious but not afraid.
Minnesota Department of Health. Diakses pada Juli 2024. Acetaminophen in Drinking Water (PDF).
Hanna, Nada, Ashok J Tamhankar, dan Cecilia Stålsby Lundborg. “Antibiotic concentrations and antibiotic resistance in aquatic environments of the WHO Western Pacific and South-East Asia regions: a systematic review and probabilistic environmental hazard assessment.” the Lancet. Planetary Health 7, no. 1 (1 Januari 2023): e45–54.
EU Science Hub. Diakses pada Juli 2024. Antibiotics in water and the risk of drug-resistant bacteria.
Harvard Health Publishing. Diakses pada Juli 2024. Drugs in the water.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us