"Flood safety information for parents". UNICEF. Diakses pada Desember 2025.
"lash Flood Safety & Recovery Information for Families". Healthy Children. Diakses pada Desember 2025.
"Keeping children safe during a flood". Nidirect. Diakses pada Desember 2025.
"After a Flood: How Families Can Stay Safe". KidsHealth. Diakses pada Desember 2025.
5 Tips Menjaga Kesehatan Anak saat Banjir Melanda

Banjir sering membuat rutinitas keluarga berubah total, terutama soal kesehatan anak yang lebih mudah terganggu saat lingkungan tidak stabil. Mulai dari akses makan yang terbatas sampai kebersihan yang sulit dijaga, semuanya bisa memengaruhi kondisi fisik anak.
Situasi seperti ini memang tidak ideal, tetapi ada langkah sederhana yang tetap bisa dilakukan meski di tempat pengungsian. Di bawah ini ada beberapa cara yang praktis dan relevan untuk menjaga kesehatan anak di kala banjir. Berikut beberapa pendekatan yang bisa kamu gunakan.
1. Menjaga asupan anak meski makanan terbatas

Asupan yang berubah saat banjir membuat tubuh anak cepat lelah dan rentan sakit. Tidak semua orang bisa menyediakan menu lengkap, apalagi kalau terisolasi atau bergantung pada dapur umum. Dalam kondisi seperti itu, yang penting adalah memastikan anak tetap makan dengan jadwal yang teratur. Makanan sederhana seperti bubur, roti, atau mi instan tetap bermanfaat selama porsinya tidak berlebihan.
Jika berada di posko, usahakan memilih makanan yang paling aman untuk pencernaan anak. Biasanya anak lebih mudah merasa kembung saat pola makan tidak teratur, jadi berikan porsi kecil tapi lebih sering. Bila ada buah seperti pisang atau jeruk dari bantuan, prioritaskan untuk anak karena lebih mudah dicerna.
2. Mengatur kebersihan tubuh anak dengan sumber air minim

Air bersih sering menjadi barang langka saat banjir sehingga mandi bisa terasa mustahil. Sementara itu, kulit anak lebih sensitif sehingga mudah iritasi. Kamu bisa membersihkan tubuh anak menggunakan air sedikit saja dengan bantuan kain bersih. Bagian leher, ketiak, lipatan tangan, dan area selangkangan cukup dilap dengan sabun ringan lalu dikeringkan.
Jika air benar-benar tidak tersedia, tisu basah tanpa parfum atau air mineral kemasan bisa membantu menjaga kebersihan dasar. Pastikan area kulit yang mudah lembap mendapat perhatian lebih agar tidak muncul ruam. Bila pakaian anak mulai lembap karena hujan atau keringat, gantilah sesegera mungkin agar jamur tidak tumbuh.
3. Mengurangi risiko infeksi dari lingkungan yang tidak stabil

Lingkungan banjir menyimpan banyak bakteri dan kotoran yang dapat menyebabkan diare atau infeksi kulit. Anak biasanya sulit menahan diri untuk tidak menyentuh air banjir, jadi arahkan secara perlahan agar tetap menjaga jarak. Bila mereka harus berjalan melewati area kotor, pakaikan alas kaki yang tertutup. Setelahnya, bersihkan tangan anak dengan sabun atau hand sanitizer.
Di posko yang ramai, infeksi pernapasan juga sering meningkat karena udara lembap dan ventilasi terbatas. Cobalah menjaga jarak anak dari area yang terlalu padat, terutama bila ada orang lain yang sedang batuk atau flu. Jika anak memiliki masker ukuran kecil, manfaatkan saat kondisi sekitar sangat berisiko.
4. Menjaga anak tetap hangat di tengah cuaca tidak menentu

Cuaca setelah banjir biasanya berubah cepat, mulai dari hujan terus-menerus sampai angin dingin. Tubuh anak lebih cepat kehilangan panas dibanding orang dewasa sehingga mudah menggigil. Lapisi pakaian mereka dengan bahan yang kering dan ringan agar tidak menahan kelembapan. Bila selimut terbatas, kamu bisa menggulung pakaian kering sebagai lapisan tambahan di sekitar tubuh anak.
Di posko yang terbuka, cari titik yang tidak langsung terkena angin. Bila lantai terlalu dingin, letakkan kardus atau alas apa pun di bawah anak ketika mereka duduk atau tidur. Pastikan kepala dan kaki tetap tertutup agar suhu tubuh lebih terjaga. Cara sederhana ini membantu menurunkan risiko masuk angin atau demam yang sering muncul setelah lama berada di tempat pengungsian.
5. Memperhatikan kesehatan mental anak saat situasi tidak pasti

Anak mudah merasa takut saat melihat rumah terendam atau mendengar berita banjir yang belum mereda. Kondisi ini bisa membuat mereka sulit tidur, rewel, atau kehilangan nafsu makan. Beri ruang bagi anak untuk bercerita meski hanya dalam kalimat pendek. Tanggapi dengan tenang agar mereka merasa aman meski suasana sekitar tidak kondusif.
Aktivitas kecil dapat membantu anak mengalihkan rasa cemas. Misalnya menggambar di buku bekas, bermain tebak-tebakan, atau memeluk boneka yang dibawa dari rumah. Bila berada di posko, kamu bisa mengajak anak bermain dengan tiga atau empat anak lain saja agar tetap terpantau. Dukungan emosional sederhana seperti ini membantu anak tetap stabil di tengah keadaan darurat.
Menjaga kesehatan anak saat banjir memang membutuhkan penyesuaian, tetapi langkah kecil yang teratur dapat membuat situasi jauh lebih terkendali. Setiap kondisi keluarga berbeda, jadi pilih cara yang paling mungkin dilakukan tanpa membebani diri. Dari semua pendekatan tadi, mana yang menurutmu paling relevan untuk diterapkan saat situasi darurat?
Referensi


















