7 Dampak Fatal Polusi untuk Kesehatan, dari Alzheimer hingga Diabetes

Penyakit Alzheimer adalah penyakit progresif pada lansia yang ditandai dengan menurunnya daya ingat, kemampuan berpikir, dan motorik. Karena bersifat progresif, kondisi penderita akan kian memburuk seiring dengan berjalannya waktu. Hingga saat ini penyebab pastinya masih belum diketahui.

Meski demikian, polusi udara bisa jadi salah satu faktor pemicunya. Berdasarkan sebuah penelitian dalam jurnal BMJ Open tahun 2018 menunjukkan bahwa paparan polusi udara terus-menerus dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer hingga sebesar 40 persen. Penyebabnya adalah kandungan nitrogen dan partikel halus di udara yang tercemar.

Udara yang tidak bersih ternyata juga bisa berdampak buruk pada jantung kita. Studi dari American Heart Association tahun 2010 menunjukkan bahwa keduanya memiliki hubungan yang kuat.

Lebih jelasnya, paparan polusi dalam jangka pendek dapat meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan aritmia. Risiko tersebut akan jauh lebih besar pada orang lanjut usia. Sementara dalam jangka panjang, paparan polusi akan merusak jantung.

Studi di Tiongkok yang dipublikasikan dalam jurnal PNAS menunjukkan bahwa menghirup polusi terlalu lama dapat mengurangi kepintaran yang setara dengan satu tahun masa belajar. Ini adalah dampak yang sangat besar. 

“Efek ini lebih buruk untuk para lansia, terutama yang berusia di atas 64 tahun, laki-laki, dan mereka yang kurang berpendidikan.” ujar Xi Chen, salah satu peneliti dari Yale School of Public Health, Amerika Serikat (AS).

Dampak buruk polusi berikutnya adalah meningkatkan risiko keguguran bagi perempuan yang sedang hamil muda. Risiko dapat menjadi 10 persen lebih besar jika ibu hamil terus-menerus terpapar polusi.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Dilansir MNN, kandungan radikal bebas dalam polusi dapat menyebabkan inflamasi dan stres pada fetus dan plasenta. Tak hanya itu, zat toksin yang dikandungnya juga bisa terserap ke dalam rahim ibu. 

Tak hanya meningkatkan risiko keguguran, polusi juga bisa memicu bayi lahir dengan prematur. Penelitian dari University of New York, AS, tahun 2010 mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh partikel halus bernama PM2.5 yang ada di dalam udara. Tercatat bahwa zat tersebut menyebabkan setidaknya 2,7 juta kelahiran prematur di dunia. 

PM2.5 ternyata merupakan debu yang biasa dihasilkan oleh pembakaran sampah agrikultur, kebakaran hutan, dan gas kendaraan bermotor. Selain menyebabkan kelahiran prematur, zat tersebut juga sangat berbahaya untuk pernapasan.

Tak disangka-sangka, polusi juga memiliki hubungan erat dengan diabetes. Washington School of Medicine, AS, menemukan bahwa secara global, polusi berkontribusi terhadap 3,2 juta kasus diabetes di seluruh dunia. 

“Riset kami menemukan hubungan yang signifikan antara polusi udara dan diabetes secara global. Kami menemukan peningkatan risiko, bahkan ketika paparan polusi cukup rendah sekalipun,” jelas Dr. Ziyad Al-Aly, salah satu tim peneliti. 

Penyebab dari masalah ini sebenarnya sulit untuk ditentukan. Namun, menurut spekulasi, zat polutan yang terhirup dapat masuk sampai ke pembuluh darah dan berinteraksi dengan jaringan di sana. 

Dilansir The Guardian, orang yang sering terpapar polusi ketika kecil berpotensi untuk memiliki gangguan psikologis saat dewasa. Ini termasuk gangguan bipolar, skizofrenia, dan depresi. 

Walaupun begitu, untuk masalah ini, para peneliti masih belum bisa menjelaskan di mana letak korelasi keduanya. Namun, menurut hipotesis ini dapat terjadi karena polutan mencapai otak dan memengaruhi cara kerjanya dalam membentuk kemampuan kognitif. 

Ternyata dampak polusi bisa begitu berbahaya bagi kesehatan tubuh kita, baik fisik hingga mental. Ada baiknya mulai sekarang minimalkan paparannya, yaitu dengan menggunakan masker, tidak membakar sampah, tidak merokok, dan tentunya menerapkan pola hidup sehat. Semoga kita terhindar dari semua gangguan kesehatan di atas, ya!