Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dua Jenis Junk Food yang Paling Merusak Otak, Menurut Riset

Seorang perempuan membuka kaleng minuman bersoda.
ilustrasi buka kaleng minuman soda (pexels.com/Anna Shvets)
Intinya sih...
  • Daging olahan dan soda menempati peringkat teratas junk food yang paling berisiko menurunkan fungsi otak.
  • Konsumsi satu porsi daging olahan per hari bisa menaikkan risiko gangguan kognitif hingga 17 persen.
  • Masyarakat diimbau untuk lebih sadar membaca label makanan, lebih sering memasak di rumah, dan mengurangi konsumsi minuman berpemanis.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Daging olahan (deli meat) dan minuman bersoda bukan cuma bisa bikin berat badan naik, tetapi keduanya juga bisa mempercepat penurunan fungsi otak seiring waktu.

Dua peneliti dari Virginia Tech, Ben Katz dan Brenda Davy, menemukan bahwa konsumsi daging olahan dan minuman manis berlebihan berhubungan dengan risiko gangguan kognitif yang lebih tinggi, termasuk penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir.

Temuan ini berasal dari studi besar yang mengikuti 4.750 orang Amerika berusia 55 tahun ke atas selama tujuh tahun, menggunakan data dari Health and Retirement Study. Hasilnya dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition.

Temuan studi

Makanan ultra proses (ultra-processed food/UPF), yang sarat dengan pengawet, pewarna, dan bahan aditif buatan, sudah lama diketahui berisiko bagi kesehatan jantung dan metabolisme. Namun, penelitian ini berfokus pada dampaknya terhadap fungsi otak.

Temuan para peneliti cukup mengejutkan.

Konsumsi satu porsi daging olahan setiap hari meningkatkan risiko gangguan kognitif hingga 17 persen, sementara minum satu porsi soda per hari menambah risiko sekitar 6 persen.

Para peserta menjalani serangkaian tes untuk menilai daya ingat jangka pendek dan panjang, serta kemampuan berhitung. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi makanan olahan tertentu berhubungan erat dengan penurunan kognitif, mulai dari tahap ringan (pra demensia) hingga lebih serius.

“Tidak ada yang ingin punya risiko lebih tinggi terhadap Alzheimer atau demensia,” kata Katz, mengutip laman Virginia Polytechnic Institute and State University. “Hasil ini menjadi peringatan penting bahwa pilihan makanan sehari-hari sangat berpengaruh.”

Temuan ini memberi peringatan bahwa menjaga otak tak kalah penting dari menjaga jantung. Davy menyarankan masyarakat untuk lebih sadar membaca label makanan, lebih sering memasak di rumah, dan mengurangi konsumsi minuman berpemanis.

“Bukan berarti kita harus berhenti makan enak,” ujarnya. “Kuncinya adalah keseimbangan dan moderasi.”

Sebagai langkah lanjutan, para peneliti berencana mengembangkan program pelatihan memasak sehat agar masyarakat tak hanya tahu makanan apa yang baik, tetapi juga bisa menyiapkannya sendiri.

“Mengikuti pola makan sehat satu hal, tetapi punya kemampuan memasak untuk menerapkannya, itu kunci sebenarnya,” kata Katz.

Referensi

Elayna R Seago et al., “Differential Association of Ultra-processed Food Categories With Risk of Developing Cognitive Impairment in Middle-Aged and Older Adults in a Longitudinal Panel Study,” American Journal of Clinical Nutrition, February 1, 2025, https://doi.org/10.1016/j.ajcnut.2025.02.008.

"Certain processed foods and beverages linked to declines in brain health." Virginia Polytechnic Institute and State University. Diakses Oktober 2025.

Share
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Apakah Olahraga Malam Bisa Menurunkan Berat Badan?

31 Okt 2025, 22:54 WIBHealth
ilustrasi batuk (freepik.com/Racool_studio)

Bolehkah Dahak Ditelan?

30 Okt 2025, 19:02 WIBHealth