Dulu Sangat Populer, Ini 5 Obat Teraneh & Berbahaya Sepanjang Sejarah

Obat merupakan salah satu item penting dalam dunia medis. Bentuk obat ada bermacam-macam, mulai dari obat oral hingga salep, tergantung pada kegunaannya.
Kita semua sangat beruntung karena di abad ini, ada banyak sekali pilihan obat. Bahkan, hampir semua penyakit sudah ada obatnya. Ditambah, semua obat telah melewati uji klinis sehingga aman digunakan.
Zaman dahulu, obat tidak selalu dipasarkan setelah uji klinis. Bahkan, tak jarang obat yang terlanjur dipakai banyak orang, ternyata memiliki efek samping berbahaya, sehingga memakan banyak korban.
Inilah beberapa obat paling aneh sepanjang sejarah.
1. Minyak ular

Dulu, minyak ular pernah menjadi obat yang populer. Obat tersebut diambil dari minyak ular air Tiongkok, kemudian dibawa hingga ke Amerika Serikat pada tahun 1800-an, bersama dengan masuknya pekerja Tiongkok yang bekerja di jalur kereta lintas benua.
Minyak ular dipercaya kaya akan asam omega-3, dan digunakan untuk mengurangi inflamasi serta mengobati radang sendi dan bursitis. Minyak ini biasanya dioleskan pada persendian pekerja setelah seharian bekerja di kereta api.
Menurut laman National Public Radio, masalah dimulai saat seorang koboi bernama Clark Stanley, mengaku telah belajar dengan dukun dan membuat obat yang ia klaim sebagai minyak ular dan dapat mengobati semua jenis penyakit. Padahal, FDA sendiri telah mengkonfirmasi bahwa produknya tidak mengandung minyak ular. Tetapi, hal tersebut tidak menghentikan dirinya maupun banyak dokter curang lainnya untuk menjual produk tersebut.
2. Pil penurun berat badan instan

Pil penurun berat badan ternyata sudah diminati sejak zaman dahulu. Pada tahun 1880-an, pil penghilang lemak yang populer ialah Fen-Phen. Awalnya produk ini diluncurkan ke pasar sebagai dua obat terpisah, Fenfluramine sebagai penekan nafsu makan dan Phentermine sebagai amfetamin, tetapi terbukti tidak efektif jika diminum sendiri-sendiri.
Pada akhir 1970-an, kedua produk itu digabungkan dan dikenal sebagai Fen-Phen. Dalam waktu singkat, pengguna Fen-Phen kehilangan berat rata-rata 30 pon tanpa efek samping dan segera digunakan oleh jutaan orang Amerika.
Pada tahun 1990-an, laporan tentang efek samping yang parah mulai berdatangan. Sebanyak 24 perempuan yang mengonsumsi fen-phen telah mengembangkan kelainan katup jantung yang serius. Kemudian, menurut laporan media CNN, ini diikuti laporan ratusan kasus lain dan lebih dari 50.000 tuntutan hukum hingga akhirnya pada September 1997 FDA secara resmi menarik fen-phen.
3. Merkuri untuk sifilis

Ada masa ketika diagnosis sifilis menjadi berita yang sangat suram. Pada transisi abad ke-20, sebagian besar pengobatan sifilis melibatkan pemberian merkuri kepada pasien tanpa batas waktu, menurut laman Mental Floss.
Bahkan, ketika pengetahuan medis semakin maju pada awal tahun 1900-an, perawatan masih melibatkan tindakan yang mengerikan, seperti melibatkan arsenik atau dengan sengaja menyuntik pasien dengan malaria, supaya suhu tubuh pasien meningkat dan diharapkan dapat membunuh sifilis. Untungnya, semua perawatan mengerikan ini berhasil ditinggalkan dengan pengenalan penisilin pada tahun 1943.
4. Bensin untuk membersihkan kutu rambut

Dikutip dari laman Mental Floss, pada awal abad ke-20, seseorang yang memiliki masalah dengan kutu rambut yang parah akan menyiram kepalanya dengan bensin atau minyak tanah untuk membersihkan kulit kepala dari kutu. Meskipun pengobatan ini mungkin cukup efektif, namun juga sangat berbahaya mengingat bensin adalah bahan yang sangat mudah terbakar. Sehingga, pengobatan ini sangat berbahaya bagi siapa saja yang berjalan di dekat api terbuka.
Saat ini, pengobatan modern untuk kutu rambut biasanya menggunakan sampo. Cara ini dapat mengatasi kutu rambut jauh lebih aman dan efektif.
5. Heroin sebagai obat batuk

Pada akhir tahun 1880-an, heroin diperkenalkan sebagai pengganti morfin yang aman dan tidak membuat ketagihan. Dikenal sebagai diamorfin, obat ini dibuat oleh pada tahun 1870-an, tetapi baru dipasarkan pada tahun 1895.
Dilansir dari laman History, karena pembuat obat ini merasa bahwa diamorfin lima kali lebih efektif daripada morfin, si pembuat mulai mengiklankan aspirin yang mengandung heroin pada tahun 1898, yang dipasarkan kepada anak-anak yang menderita sakit tenggorokan, batuk, dan pilek. Produk ini terus mendapat penolakan dari para dokter dan cerita negatif tentang efek samping heroin yang menumpuk. Beberapa tahun kemudian, FDA melarang heroin sama sekali.
Untungnya, saat ini setiap jenis obat harus melewati proses pengujian dan perizinan yang ketat sebelum dipasarkan, sehingga obat yang beredar di pasaran aman digunakan.