Kenali 5 Fakta Demam Lassa, Infeksi Virus yang Ditularkan Tikus

Merupakan virus hemoragik yang dapat menyebabkan pendarahan

Demam Lassa atau Lassa fever adalah penyakit virus akut yang dibawa oleh tikus jenis Mastomys natalensis melalui kotoran atau urine tikus yang terinfeksi. Virus ini merupakan virus hemoragik yang dapat menyebabkan pendarahan.

Demam Lassa merupakan penyakit endemik yang pertama kali ditemukan di Lassa, Nigeria, Afrika Barat, pada tahun 1969. Kini, penyakit ini banyak ditemukan di Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria. Beberapa negara tetangga juga diketahui berisiko karena tikus Mastomys tersebar di seluruh wilayah.

Penyakit ini dapat menyebabkan masalah paru-paru, jantung, neurologis, bahkan dapat mengancam jiwa. Diperkirakan (perkiraan kasar) angka kejadiannya sekitar 100.000 hingga 300.000 kasus setiap tahun, dengan angka kematian mencapai 5.000 kasus.

Apa saja fakta medis seputar demam Lassa? Berikut ulasan lengkapnya, termasuk tanda dan gejala, proses penularan, diagnosis, cara penanganan, hingga cara pencegahannya.

1. Tanda dan gejala demam Lassa

Kenali 5 Fakta Demam Lassa, Infeksi Virus yang Ditularkan Tikusilustrasi orang mengalami sakit kepala dan nyeri dada (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Gejala demam Lassa sangat bervariasi dan sering kali sulit dibedakan dengan kondisi demam berdarah virus lainnya, seperti virus Ebola, malaria, shigellosis, demam tifoid, atau demam kuning.

Kemunculan gejala biasanya bertahap, bisa terjadi dalam 6-21 hari setelah infeksi terjadi. Pada 80 persen kasus, gejala tidak terdiagnosis atau ringan, seperti malaise umum, sakit kepala, dan sedikit demam. Namun, pada sekitar 20 persen kasus, ini bisa menjadi penyakit yang serius dan berakibat fatal.

Gejala dan tahap perkembangan demam Lassa meliputi:

  • Tahap 1 (hari 1-3): kelemahan umum, malaise, demam tinggi lebih dari 39 derajat Celsius, konstan dengan puncak 40-41 derajat Celsius
  • Tahap 2 (hari 4-7): sakit tenggorokan (dengan bercak eksudatif putih), sakit kepala, punggung, nyeri dada, nyeri perut, konjungtivitis (mata merah), mual, muntah, diare, batuk, proteinuria, anemia, tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 100 mmHg)
  • Tahap 3 (setelah 7 hari): pembengkakan wajah, kejang, pendarahan mukosa (mungkin terjadi di mulut, hidung, mata, vagina, atau saluran pencernaan), kebingungan atau disorientasi
  • Tahap 4 (setelah 14 hari): koma dan kematian

Selain yang telah disebutkan di atas, orang dengan demam Lassa mungkin juga menunjukkan gejala seperti:

  • Sulit bernapas
  • Kesulitan menelan
  • Hepatitis
  • Syok
  • Irama jantung tidak normal
  • Perikarditis atau pembengkakan kantung yang mengelilingi jantung
  • Tremor
  • Radang otak (ensefalitis)
  • Komplikasi paling umum adalah menyebabkan gangguan pendengaran, seperti ketulian yang mungkin permanen

Sekitar 15-20 persen pasien yang dirawat inap karena penyakit ini meninggal dunia. Namun, kematian akibat demam Lassa hanya sekitar 1 persen dari semua kasus.

Perempuan hamil di trimester ketiga kehamilan memiliki risiko kematian sangat tinggi. Ini juga dapat menyebabkan kematian janin pada sekitar 95 persen kasus ibu hamil yang terinfeksi.

2. Penyebab dan penularan demam Lassa

Kenali 5 Fakta Demam Lassa, Infeksi Virus yang Ditularkan Tikusilustrasi virus Lassa penyebab demam Lassa (gavi.org)

Demam Lassa terjadi akibat infeksi virus Lassa yang dibawa oleh hewan pengerat yang dikenal sebagai “tikus multimammate”, Mastomys natalensis. Tikus ini umum dijumpai di Afrika Barat dan diketahui sebagai vektor atau inang virus Lassa.

Setelah tikus terinfeksi, virus dapat bertahan di tubuh tikus dalam jangka waktu yang lama, mungkin selama sisa hidupnya. Virus ini kemudian menyebarkan virus melalui kotoran, urine, atau air liur, atau ketika seseorang kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi tersebut.

Penularan virus ke manusia dapat terjadi dalam berbagai cara. Paling sering adalah melalui konsumsi dan inhalasi. Ini bisa terjadi saat seseorang menghirup urine atau feses tikus yang terinfeksi, yang mungkin terjadi ketika membersihkan kotoran; melalui luka dan luka terbuka; atau saat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Selain itu, hewan pengerat ini juga sering kali dikonsumsi sebagai sumber makanan, di mana juga dapat menyebarkan virus melalui kontak langsung saat penangkapan atau selama proses persiapan makanan.

Sementara itu, penularan virus dari orang ke orang, biasanya terjadi melalui darah, jaringan, sekresi atau ekskresi yang dihasilkan tubuh. Ini tidak terjadi melalui kontak fisik biasa (kulit ke kulit) tanpa pertukaran cairan tubuh.

Selain melalui cairan tubuh, penularan antar manusia juga dapat terjadi di tempat perawatan kesehatan, misalnya karena penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tidak sesuai standar atau melalui peralatan medis yang terkontaminasi. Penularan ini disebut dengan penularan nosokomial (infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit).

Baca Juga: Ivermectin Viral Jadi Obat COVID-19, Obat Apa sih Itu?

3. Diagnosis demam Lassa

Kenali 5 Fakta Demam Lassa, Infeksi Virus yang Ditularkan Tikusilustrasi uji PCR (unsplash.com/CDC)

Pada awalnya, demam Lassa mungkin didiagnosis berdasarkan pemeriksaan gejala, riwayat kesehatan, atau mendeteksi kontak pasien. Akan tetapi, sering kali gejala penyakit ini tidak spesifik dan menyulitkan diagnosis secara klinis.

Namun, demam Lassa harus dicurigai pada pasien dengan demam 38 derajat Celsius atau lebih tinggi dan tidak memberikan respons yang baik terhadap obat antimalaria dan antibiotik.

Diagnosis umumnya menggunakan uji serologi imunosorben terkait enzim (ELISA) yang dapat mendeteksi antibodi IgM, IgG, dan antigen Lassa. Tes RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) juga dapat digunakan pada tahap awal penyakit.

4. Pengobatan untuk menangani demam Lassa

Kenali 5 Fakta Demam Lassa, Infeksi Virus yang Ditularkan Tikusilustrasi penelitian obat (pexels.com/Chokniti Khongchum)

Saat ini, tidak ada vaksin yang telah ditemukan untuk mengobati demam Lassa. Akan tetapi, beberapa vaksin potensial sedang dikembangkan.

Pemberian obat antivirus ribavirin diketahui dapat membantu penderita memerangi virus Lassa. Pemberian secara intravena diketahui dua kali lebih efektif daripada oral. Pemberian obat di awal masa penyakit (6 hari sejak awal penyakit) juga diketahui dapat mengurangi kematian hingga 90 persen.

Namun, menurut keterangan di laman Badan Kesehatan Dunia (WHO), tidak ada bukti yang mendukung peran ribavirin sebagai pengobatan untuk demam Lassa. Penggunaan obat ini juga dianggap bukan solusi yang sempurna, karena ribavirin mungkin beracun dan teratogenik, melansir Medical News Today.

Perawatan lain untuk demam Lassa mungkin berfokus untuk pengelolaan gejala dan mempertahankan fungsi tubuh. Ini termasuk mengelola tingkat cairan, keseimbangan elektrolit, oksigenasi, dan tekanan darah.

5. Apakah penularan virus Lassa bisa dicegah?

Kenali 5 Fakta Demam Lassa, Infeksi Virus yang Ditularkan Tikusilustrasi penyimpanan makanan dalam wadah tertutup dan aman dari kontak hewan (pixabay.com/Pexels)

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan atau infeksi virus Lassa, meliputi:

  • Menghindari kontak dengan hewan pengerat Mastomys untuk menghindari penularan utama virus dari inangnya ke manusia, terutama di wilayah geografis di mana wabah terjadi
  • Menyimpan makanan dalam wadah tahan hewan pengerat
  • Menjaga kebersihan rumah untuk mencegah hewan pengerat masuk ke rumah
  • Mencuci tangan secara teratur
  • Menjauhkan sampah dari rumah
  • Tidak menggunakan hewan pengerat ini sebagai bahan makanan
  • Memelihara kucing
  • Menggunakan APD sesuai standar dan mengambil tindakan pencegahan saat kontak atau merawat pasien terinfeksi

Itulah beberapa informasi medis mengenai demam Lassa. Menjaga kebersihan adalah fokus utama yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus tersebut.

Baca Juga: Apakah Hewan Kurban Bisa Tularkan COVID-19? Ini Kata Ahli!

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya