Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Merupakan fenomena hamil di luar rahim

Kehamilan yang lancar hingga persalinan dan melahirkan bayi yang sehat adalah impian semua perempuan. Sayangnya, karena berbagai faktor, tidak semua kehamilan berjalan lancar.

Salah satu masalah kehamilan yang ditakuti adalah kehamilan ektopik. Kondisi ini adalah keadaan darurat medis yang bisa berdampak fatal bila tidak mendapat penanganan yang tepat dan cepat.

Apa itu kehamilan ektopik dan apa saja penyebab, gejala, penanganan, dan pencegahannya?

1. Apa itu kehamilan ektopik?

Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi kehamilan ektopik (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Dilansir Cleveland Clinic, kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Pada kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim. Sementara itu, kehamilan ektopik terjadi saat telur yang dibuahi ditanamkan dan tumbuh di luar rongga utama rahim.

Seperti yang tertulis di laman Mayo Clinic, kehamilan ektopik biasanya sering terjadi di tuba falopi (yang membawa telur dari ovarium ke rahim). Jenis kehamilan ektopik ini disebut dengan kehamilan tuba. Namun, pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik juga bisa terjadi di bagian lain, seperti ovarium, rongga perut, atau bagian bawah rahim (leher rahim) yang terhubung ke vagina.

Kehamilan ektopik tidak dapat berjalan dengan normal. Telur yang telah dibuahi tidak dapat bertahan hidup, bahkan jaringan yang tumbuh bisa menyebabkan pendarahan yang mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.

Menurut data dari American Academy of Family Physicians (AAFP), kehamilan ektopik terjadi pada sekitar 1 dari setiap 50 kehamilan (20 dari 1.000). Kondisi ini umumnya terdeteksi pada awal kehamilan, yaitu pada trimester pertama. Pada kebanyakan kasus, kehamilan ektopik umumnya ditemukan pada minggu ke-8 kehamilan.

2. Penyebab

Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi penyebab kehamilan ektopik (pixabay.com/Arek Socha)

Penyebab kehamilan ektopik belum diketahui pasti. Namun, dilansir Healthline, ada beberapa kondisi yang dikaitkan dengan kejadian kehamilan ini, yaitu:

  • Faktor hormonal.
  • Peradangan dan jaringan parut pada saluran tuba karena kondisi medis, infeksi, atau pembedahan sebelumnya.
  • Cacat lahir.
  • Kelainan genetik.
  • Kondisi medis yang memengaruhi bentuk dan juga kondisi saluran tuba dan organ reproduksi.

Baca Juga: 10 Fenomena Unik Kehamilan, Bisa sampai 17 Bulan

3. Gejala

Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi gejala kehamilan ektopik (freepik.com/diana.grytsku)

Saat berada dalam tahap awal, perempuan yang mengalami kehamilan ektopik mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Namun, beberapa orang bisa menunjukkan tanda atau gejala awal kehamilan, seperti menstruasi yang terlewat, nyeri payudara, dan mual.

Selain itu, jika melakukan tes kehamilan, hasilnya akan positif. Namun, kehamilan ektopik tidak dapat berlanjut seperti kehamilan normal. Ketika telur yang dibuahi tumbuh di tempat yang tidak seharusnya, maka tanda dan gejala akan menjadi lebih terlihat.

Sering kali kehamilan ektopik menunjukkan tanda awal seperti perdarahan vagina ringan dan juga nyeri panggul. Jika darah bocor dari tuba falopi, maka penderitanya bisa merasakan nyeri di bahu atau terus-menerus ingin buang air kecil. Meski demikian, gejala spesifik bergantung pada lokasi darah berkumpul dan saraf yang mengalami iritasi.

Jika sel telur yang dibuahi terus tumbuh di tuba falopi, maka tuba falopi bisa pecah. Hal ini kemungkinan bisa menyebabkan  pendarahan hebat di dalam perut, dan menimbulkan gejala seperti pusing ekstrem, syok, dan pingsan.

Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala-gejala berikut ini:

  • Nyeri perut atau panggul yang parah dengan disertai perdarahan vagina.
  • Sakit kepala ringan atau pingsan yang ekstrem.
  • Sakit bahu.

4. Faktor risiko

Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi rokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Pada dasarnya semua perempuan yang aktif secara seksual berisiko mengalami kehamilan ektopik. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya, seperti:

  • Usia 35 tahun atau lebih.
  • Merokok saat hamil.
  • Memiliki riwayat kehamilan ektopik .
  • Memiliki riwayat endometriosis.
  • Memiliki riwayat radang panggul.
  • Memiliki riwayat operasi.
  • Memiliki riwayat penyakit menular seksual seperti gonore atau klamidia.
  • Konsepsi dibantu oleh obat atau prosedur kehamilan.
  • Konsepsi terjadi meskipun tuba ligasi atau intrauterine device (IUD) .
  • Memiliki kelainan struktural pada saluran tuba yang menyulitkan telur untuk melakukan perjalanan.

5. Diagnosis

Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi perempuan menjalani pemeriksaan ultrasound atau USG (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kehamilan ektopik tidak bisa didiagnosis dengan pemeriksaan fisik. Dokter umumnya akan melakukan beberapa tes seperti:

  • Tes urine: pengambilan sampel urine dari pasien.
  • Tes darah: untuk melihat seberapa banyak hormon hCG di tubuh pasien. Hormon ini diproduksi selama masa kehamilan. Selain itu, pasien kemungkinan juga mendengar hormon ini disebut dengan tingkat beta-hCG serumnya.
  • Pemeriksaan ultrasonografi (USG): menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar struktur internal tubuh pasien. Dokter menggunakan tes ini untuk melihat di mana sel telur yang dibuahi telah tertanam.

Sesudah dokter memastikan kehamilan dan menentukan lokasi sel telur yang telah dibuahi telah ditanamkan, maka ia akan membuat rencana perawatan. Namun, jika tuba falopi pecah, maka pasien harus segera dibawa ke UGD untuk segera mendapatkan pertolongan medis.

6. Pengobatan

Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Akibat sel telur yang dibuahi tidak bisa bertahan hidup karena tumbuh di luar rahim, maka dokter perlu mengeluarkannya. Dua metode yang bisa dilakukan adalah:

  • Pengobatan: jika tuba falopi pasien belum pecah dan kehamilan belum lama, maka dokter akan memberi suntikan metotreksat untuk menghentikan sel telur untuk tumbuh.

  • Operasi: kadang pasien butuh pembedahan, yaitu laparoskopi. Dokter akan membuat sayatan kecil di perut bagian bawah dan memasukkan selang tipis dan fleksibel (laparoskop) untuk menghilangkan kehamilan ektopik. Namun, jika tuba falopi rusak, mungkin dokter akan mengangkatnya. Jika pasien mengeluarkan banyak darah atau tuba falopi telah pecah, dokter akan melakukan operasi darurat dengan sayatan yang lebih besar. Ini disebut dengan laparotomi.

Dokter akan memberi pasien petunjuk khusus tentang perawatan sayatan setelah operasi. Tujuan utamanya yaitu untuk menjaga sayatan tetap bersih dan juga kering selama proses penyembuhan.

Selain itu, dokter juga akan menganjurkan pasien untuk memeriksa bekas sayatan setiap hari untuk mencari tanda-tanda infeksi yang bisa terjadi pascaoperasi, seperti:

  • Perdarahan yang tidak berhenti
  • Perdarahan berlebihan
  • Drainase yang berbau busuk
  • Panas saat disentuh
  • Kemerahan
  • Pembengkakan

Pasien bisa mengalami perdarahan vagina ringan dan pembekuan darah kecil setelah operasi. Ini bisa terjadi hingga 6 minggu setelah operasi. Tindakan perawatan lain yang bisa dilakukan meliputi:

  • Minum banyak cairan untuk mencegah sembelit.
  • Jangan mengangkat apa pun yang lebih berat dari 4,5 kg.
  • Istirahatkan panggul dengan tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara waktu, tidak menggunakan tampon, dan tidak melakukan douching.
  • Istirahat sebanyak mungkin pada minggu pertama sesudah operasi, dan kemudian tingkatkan aktivitas pada minggu-minggu berikutnya jika mampu.

Pasien dianjurkan untuk selalu memberi tahu dokter jika rasa sakit meningkat atau merasakan sesuatu yang tidak biasa.

Prediksi dan pencegahan tidak mungkin dilakukan dalam setiap kasus. Pasien mungkin bisa mengurangi risikonya melalui pemeliharaan kesehatan reproduksi yang baik.

Selain itu, sebaiknya pasien meminta pasangan untuk menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks dan membatasi jumlah pasangan seksualnya. Ini bisa mengurangi risiko penyakit menular seksual, yang bisa menyebabkan radang panggul, yang bisa menyebabkan peradangan pada saluran tuba.

Pasien juga sebaiknya melakukan kunjungan rutin ke dokter, termasuk melakukan pemeriksaan ginekologi dan penyakit menular seksual rutin. Selain itu, pasien juga sebaiknya meningkatkan kesehatan pribadinya dengan menerapkan pola hidup sehat dan tidak merokok.

7. Prospek jangka panjang kehamilan ektopik

Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi kehamilan (pexels.com/Kei Scampa)

Prospek jangka panjang kehamilan ektopik tergantung apakah kondisi tersebut bisa menyebabkan kerusakan fisik. Namun, kebanyakan perempuan yang mengalaminya bisa mendapatkan kehamilan sehat.

Jika kedua tuba falopi masih utuh, atau tinggal satu, sel telur masih dapat dibuahi seperti biasanya. Namun, jika memiliki masalah reproduksi yang sudah ada sebelumnya, hal itu bisa memengaruhi kesuburan di masa mendatang dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik di masa mendatang. Hal ini terutama terjadi jika masalah reproduksi yang sudah ada sebelumnya, menyebabkan kehamilan ektopik.

Pembedahan bisa melukai tuba falopi dan bisa membuat kehamilan ektopik di masa mendatang lebih mungkin untuk terjadi. Jika misalnya pengangkatan salah satu atau kedua saluran tuba dibutuhkan, sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang kemungkinan perawatan kesuburan, contohnya fertilisasi in vitro, yang melibatkan penanaman sel telur yang telah dibuahi ke dalam rahim.

Selain itu, diskusikan dengan dokter tentang berapa lama harus menunggu sebelum mencoba melakukan program kehamilan lagi. Biasanya para ahli menyarankan agar pasien memberi dirinya waktu setidaknya selama 3 bulan agar punya waktu cukup untuk pulih.

Bila perempuan dengan riwayat kehamilan ektopik hamil lagi, perhatikan perubahan dalam tubuh sampai dokter bisa memastikan apakah sel telur yang telah dibuahi tumbuh di tempat yang seharusnya. Karena, adanya riwayat kehamilan ektopik akan meningkatkan risiko kehamilan ektopik di masa mendatang.

Itulah penjelasan seputar penyebab, gejala, penanganan, dan pencegahan kehamilan ektopik atau fenomena hamil di luar rahim. Segera periksa ke dokter jika mengalami gejala-gejalanya agar bisa mendapat penanganan medis yang tepat.

Selain itu, konsultasikan juga ke dokter jika kamu memiliki satu atau beberapa faktor risiko dari kehamilan ektopik, agar dokter bisa membantu meminimalkan terjadinya kehamilan ektopik di masa mendatang. 

Baca Juga: 5 Penyebab Perempuan Susah Hamil, Perhatikan Ini Pasutri!

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya