Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS): Penyebab, Gejala, dan Obat

Gangguan serius pada paru-paru yang berpotensi fatal

Acute respiratory distress syndrome (ARDS), juga dikenal dengan sindrom distres pernapasan akut atau gagal napas akut, adalah kondisi paru-paru ketika cairan mengisi dan menumpuk di kantung udara paru-paru.

Akibatnya, cairan tersebut menyebabkan paru-paru menjadi kekurangan oksigen dan akhirnya menyebabkan kurangnya suplai oksigen bagi organ-organ tubuh lainnya. Hal ini dapat berujung pada gagal organ.

ARDS umumnya terjadi pada orang yang sakit kritis atau sedang dirawat di rumah sakit. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh cedera atau trauma parah. Gejalanya bisa terjadi dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah mengalami cedera dan infeksi yang memicunya. Gejala utamanya adalah sesak napas yang parah.

Banyak orang yang mengembangkan ARDS tidak dapat bertahan hidup, sementara beberapa orang lainnya ada juga yang selamat dan bisa sembuh total, tetapi ada pula pasien yang bisa mengalami kerusakan permanen pada paru-paru.

1. Penyebab dan faktor risiko

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS): Penyebab, Gejala, dan ObatPasien COVID-19 yang sakit parah dapat mengembangkan acute respiratory distress syndrome. (criver.com)

ARDS disebabkan oleh cairan yang bocor dari pembuluh darah terkecil di paru-paru ke dalam kantung udara atau alveolus, tempat darah teroksigenasi. Cairan tersebut seharusnya tersimpan di dalam pembuluh dan terlindungi oleh membran pelindung. Akan tetapi, penyakit atau cedera parah tertentu dapat menyebabkan kerusakan membran pelindung, hingga selanjutnya menyebabkan kebocoran cairan.

Dilansir Mayo Clinic, beberapa penyebab ARDS dapat meliputi:

  • Sepsis: Ini merupakan penyebab paling umum dari ARDS. Sepsis merupakan infeksi aliran darah yang serius dan dapat cepat menyebar atau meluas.
  • Menghirup zat berbahaya: Berbagai asap atau bahan kimia dalam konsentrasi tinggi dapat memicu ARDS, seperti halnya menghirup muntah atau kondisi tenggelam yang membuat banyak air terhirup.
  • Pneumonia berat: Pneumonia parah dapat memengaruhi kelima lobus paru-paru.
  • Cedera kepala, dada, atau cedera berat lainnya: Mengalami kecelakaan seperti jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor bisa secara langsung merusak paru-paru atau bagian otak yang mengontrol pernapasan.
  • COVID-19: Orang yang mengalami infeksi COVID-19 parah juga bisa mengembangkan ARDS.

Selain itu, beberapa kondisi lain yang juga bisa memicu ARDS termasuk:

  • Radang paru-paru.
  • Pendarahan yang membuat seseorang membutuhkan transfusi darah masif.
  • Pankreatitis atau radang pankreas.
  • Overdosis obat.
  • Luka bakar.
  • Reaksi terhadap obat-obatan.

Ada beberapa orang yang lebih berisiko mengembangkan ARDS, dan beberapa faktor risiko tersebut termasuk:

  • Merokok.
  • Mengonsumsi alkohol berlebihan.
  • Sedang menggunakan terapi oksigen untuk kondisi paru-paru lainnya.
  • Telah menjalankan operasi atau kemoterapi berisiko tinggi belum lama ini.
  • Kegemukan dan obesitas.
  • Memiliki kadar protein dalam darah yang rendah.

2. Gejala

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS): Penyebab, Gejala, dan Obatilustrasi sesak napas, salah satu gejala acute respiratory distress syndrome (hackensackmeridianhealth.org)

Tanda atau gejala ARDS dapat muncul dalam beberapa jam, 1 hari, hingga 3 hari setelah mengalami cedera atau trauma. Seperti disebutkan di laman Healthline, gejala umum ARDS dapat mencakup:

  • Sesak napas
  • Napas yang cepat
  • Kelelahan otot dan kelemahan umum
  • Tekanan darah rendah
  • Kulit atau kuku yang berubah warna
  • Batuk kering yang parah
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Denyut nadi yang cepat
  • Mengalami kebingungan mental atau delirium

3. Komplikasi yang terkait dengan ARDS

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS): Penyebab, Gejala, dan Obatilustrasi penggumpalan darah (gavi.org)

Pada umumnya, ARDS merupakan kondisi yang timbul sebagai komplikasi dari masalah medis lain. Namun, ARDS juga bisa menyebabkan masalah medis lainnya. Adapun beberapa komplikasi yang bisa timbul akibat ARDS di antaranya:

  • Penggumpalan darah: Terlalu lama berbaring di rumah sakit dengan dukungan ventilator dapat meningkatkan risiko pembekuan darah, terutama di vena kaki.
  • Pneumotoraks atau paru-paru yang kolaps: Ini biasanya disebabkan oleh tekanan dan volume udara dari ventilator yang dapat menyebabkan paru-paru menjadi kolaps.
  • Infeksi: Penggunaan ventilator yang dimasukkan ke tenggorokan dapat membuat kuman lebih mudah menginfeksi dan akhirnya makin memperburuk serta melukai paru-paru.
  • Fibrosis paru: Jaringan parut dan penebalan jaringan di antara alveolus dapat terjadi dalam beberapa minggu setelah ARDS berkembang.

Makin majunya perkembangan pengobatan dan perawatan yang tersedia untuk ARDS membuat lebih banyak pasien bisa selamat dari kondisi yang berpotensi fatal ini. Meski begitu, banyak pula penyintas yang walaupun selamat, tetapi mengalami efek samping yang berpotensi serius dan bertahan lama, seperti:

  • Masalah pernapasan: Dapat terjadi selama beberapa bulan atau dua tahun, bahkan bisa dialami selama sisa hidup penyintas.
  • Depresi: Sebagian besar penyintas ARDS dilaporkan mengalami masa depresi.
  • Masalah dengan memori dan kemampuan berpikir jernih: Biasanya ini disebabkan oleh obat penenang dan kadar oksigen yang rendah dalam darah. Pada beberapa kasus, masalah ini dapat berkurang seiring waktu, tetapi pada sebagian kasus lainnya masalah memori dan kemampuan berpikir dapat bersifat permanen.
  • Kelelahan dan kelemahan otot: Ini biasanya terjadi karena penyintas dirawat di rumah sakit dan menggunakan ventilator dalam waktu lama.

4. Diagnosis

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS): Penyebab, Gejala, dan Obatilustrasi tes darah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Beberapa tes dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ARDS. Dilansir Medical News Today, tes yang dapat dilakukan adalah:

  • Tes darah: Untuk menentukan kadar oksigen darah dan melihat apakah ada infeksi.
  • Tes oksimetri nadi: Guna mendeteksi berapa banyak oksigen yang masuk ke dalam darah.
  • Sinar-X: Digunakan untuk melihat bagian paru-paru yang memiliki akumulasi cairan serta untuk melihat apakah jantung mengalami pembesaran.
  • CT scan: Untuk memberikan informasi rinci tentang struktur jantung dan paru-paru.
  • Ekokardiogram: Guna menguji kerja atau fungsi jantung.
  • Cairan dari paru-paru dapat diekstraksi dan diuji: Untuk mengidentifikasi adanya infeksi.

Sebetulnya tidak ada tes spesifik untuk mendiagnosis ARDS. Oleh karena itu, butuh pemeriksaan lengkap untuk mengidentifikasi ARDS dan kondisi lain yang mungkin terjadi, seperti gagal jantung kongestif dan pneumonia.

Beberapa tes dilakukan pada jantung karena beberapa tanda dan gejala yang terkait dengan ARDS bisa mirip dengan beberapa jenis penyakit jantung.

Baca Juga: Murmur Jantung: Jenis, Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

5. Pengobatan

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS): Penyebab, Gejala, dan Obatilustrasi pemasangan ventilator pada pasien dengan acute respiratory distress syndrome (freepik.com/freepik)

Menurut keterangan dari American Lung Association (ALA), tidak ada obat spesifik untuk menyembuhkan ARDS. Pengobatan bertujuan untuk mendukung pasien sementara menunggu paru-paru pulih, yakni dengan memberikan perawatan agar pasien mendapat oksigen yang cukup dalam darah. Ini penting untuk mencegah kerusakan yang lebih parah serta untuk mengatasi penyebab ARDS. 

Perawatan yang bisa diberikan antara lain:

  • Ventilator: Semua pasien dengan ARDS butuh oksigen tambahan, sehingga mesin ventilator dibutuhkan untuk membuka ruang udara yang telah tertutup dan membantu kerja pernapasan. Ventilator dapat dihubungkan ke pasien dengan masker atau bisa juga dengan tabung yang dimasukkan ke tenggorokan.

  • Posisi tengkurap atau prone position: Saat terapi oksigen dan ventilator berada pada tingkat tinggi sementara oksigen darah pasien masih rendah, kadang pasien dapat diminta untuk tengkurap agar dapat memperoleh lebih banyak oksigen ke dalam darah. Ini dinamakan teknik proning dan ini mungkin sulit dilakukan oleh beberapa pasien yang kondisinya terlalu lemah.

  • Sedasi dan obat-obatan untuk mencegah gerakan: Obat penenang dapat diberikan untuk meredakan sesak napas dan mencegah agitasi. Obat tambahan seperti paralitik juga mungkin dibutuhkan untuk membantu pasien melakukan penyesuaian dengan ventilator.

  • Manajemen cairan: Pasien dengan ARDS mungkin perlu obat diuretik untuk meningkatkan intensitas buang air kecil. Harapannya adalah mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh untuk penumpukan cairan di paru-paru.

  • Extracorporeal membrane oxygenation atau oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO): ECMO merupakan perawatan yang mengambil darah keluar dari tubuh, kemudian memompanya melalui membran yang menambahkan oksigen, menghilangkan karbon dioksida, dan akhirnya mengembalikan lagi darah tersebut ke tubuh pasien. Perawatan ini berisiko tinggi serta memiliki berbagai potensi komplikasi, sehingga mungkin tidak cocok untuk setiap pasien dengan ARDS.

6. Tingkat kesembuhan

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS): Penyebab, Gejala, dan Obatilustrasi paru-paru (freepik.com/freepik)

Bila tidak mendapat perawatan, peluang pasien dengan ARDS tidak dapat bertahan hidup adalah 90 persen. Dulunya, saat teknologi pengobatan tidak semaju sekarang, lebih dari setengah pasien dengan ARDS meninggal dunia meski sudah diobati. Akan tetapi, kemajuan terbaru dalam pengobatan dan perawatan telah meningkatkan peluang hidup pasien dengan ARDS secara signifikan.

Berdasarkan laporan berjudul “Acute lung injury and ARDS in acute pancreatitis: Mechanisms and potential intervention” dalam World Journal of Gastroenterology tahun 2010, dikatakan bahwa sekitar 30-40 persen kasus ARDS berakibat fatal. Sementara 20 tahun sebelum laporan tersebut diterbitkan, angka kematian akibat ARDS mencapai 50-70 persen. Biasanya ARDS berujung fatal akibat komplikasi yang ditimbulkan, seperti gagal ginjal atau kondisi lainnya.

7. Pencegahan

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS): Penyebab, Gejala, dan Obatilustrasi vaksin pneumonia (aarp.org)

Sebenarnya tidak ada cara yang efektif untuk mencegah ARDS. Namun, ada beberapa hal yang bisa diupayakan untuk meminimalkan risikonya, seperti:

  • Segera mencari bantuan medis untuk setiap trauma, infeksi, atau penyakit yang dialami.
  • Tidak merokok atau berhenti merokok, serta menjauhi paparan asap rokok (perokok pasif).
  • Mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol.
  • Mendapatkan vaksin flu setiap tahun dan vaksin pneumonia setiap 5 tahun untuk mengurangi risiko infeksi paru-paru.

Acute respiratory distress syndrome atau ARDS adalah kondisi serius yang berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini lebih sering berkembang sebagai komplikasi pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit atau cedera parah.

Perawatan untuk ARDS terus berkembang, sehingga dapat meningkatkan harapan hidup penderitanya. Tingkat kesembuhan akan makin tinggi dengan perawatan dini dari tenaga medis profesional.

Baca Juga: 7 Fakta Fibrosis Paru, Penyebabnya Sering Kali Tidak Diketahui

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya