Penyakit Whipple: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Paling sering memengaruhi persendian dan sistem pencernaan

Penyakit Whipple pertama kali dikenali pada tahun 1907 oleh George Hoyt Whipple. Ini merupakan infeksi bakteri langka, yang memengaruhi usus kecil dalam memproses lemak dan menyerap vitamin serta nutrisi. Karenanya, kondisi ini dapat menyebabkan malabsorpsi atau kekurangan nutrisi.

Penyakit ini diketahui dapat memengaruhi sistem saraf, persendian, dan organ lain seperti jantung dan paru-paru. Penyebabnya adalah bakteri Tropheryma whipplei yang dapat ditemukan di tanah dan air.

Meski tergolong langka, tetapi penyakit ini bisa mengancam jiwa bila tidak segera ditangani. Berikut ini fakta seputar penyakit Whipple yang penting untuk diketahui.

1. Penyebab

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penyakit Whipple disebabkan oleh bakteri Tropheryma whipplei (T. whipplei). Bakteri tersebut akan menginfeksi lapisan usus kecil dan kemudian infeksi juga bisa menyebar ke organ lain seperti jantung, paru-paru, otak, persendian, kulit, mata, dan sistem kekebalan tubuh, seperti dilansir Medical News Today.

Bila menginfeksi usus kecil, penyakit ini akan menciptakan lesi pada dinding usus kecil dan menyebabkan jaringan mengental. Vili atau jonjot usus merupakan tonjolan kecil seperti jari pada dinding usus yang berperan dalam membantu menyerap nutrisi. Vili bisa rusak akibat infeksi bakteri ini. Vili yang rusak dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi, yang akhirnya memunculkan berbagai gejala.

2. Gejala

Penyakit Whipple: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi nyeri sendi (unsplash.com/Anna Auza)

Penyakit Whipple akan mengakibatkan tubuh kesulitan dalam menyerap nutrisi dengan baik, sehingga dapat memengaruhi banyak bagian tubuh dan memunculkan berbagai gejala. Menyebarnya penyakit ke organ lain selain usus kecil merupakan stadium lanjut dari penyakit ini.

Dilansir Healthline, tanda dan gejala yang paling umum dari penyakit Whipple antara lain:

  • Penurunan penglihatan dan sakit mata.
  • Demam.
  • Kelelahan.
  • Anemia, atau jumlah sel darah merah yang rendah.
  • Nyeri sendi kronis.
  • Diare kronis yang bisa berdarah.
  • Penurunan berat badan yang signifikan.
  • Sakit perut dan kembung.

Selain itu, ada pula beberapa gejala yang kurang umum, tetapi ini dapat menunjukkan bahwa penyakit telah memburuk.Gejala-gejala yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Gagal jantung.
  • Murmur jantung.
  • Penglihatan yang menjadi sangat buruk.
  • Demensia.
  • Mati rasa.
  • Insomnia.
  • Kelemahan otot.
  • Kedutan atau gangguan tik.
  • Kesulitan berjalan.
  • Ingatan yang buruk.
  • Perubahan warna kulit.
  • Kelenjar getah bening yang alami peradangan.
  • Batuk kronis.
  • Nyeri di dada.
  • Perikarditis, atau pembengkakan kantung yang mengelilingi jantung.

3. Faktor risiko

Hingga saat ini, belum banyak yang diketahui tentang bakteri penyebab penyakit Whipple. Mungkin karena penyakit ini tergolong langka.

Mengutip Mayo Clinic, faktor risiko penyakit ini belum dapat diidentifikasi dengan jelas. Namun, berdasarkan berbagai laporan dan penelitian yang ada, beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit Whipple di antaranya:

  • Laki-laki berusia 40 hingga 60 tahun.
  • Orang kulit putih di Amerika Utara dan Eropa.
  • Petani atau orang yang bekerja di luar ruangan dan sering melakukan kontak dengan limbah dan air kotor.
Penyakit Whipple: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi penyakit whipple (mayoclinic.org)

Baca Juga: Malabsorpsi: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Perawatan

4. Diagnosis

Dokter dapat memeriksa riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis penyakit Whipple. Pemeriksaan fisik tersebut dilakukan guna memeriksa rasa sakit atau nyeri tekan di perut atau bintik hitam pada kulit. Sampel darah pasien juga mungkin diperiksa untuk melihat apakah pasien mengalami kekurangan nutrisi.

Prosedur endoskopi GI bagian atas juga mungkin direkomendasikan. Endoskopi ini akan menggunakan tabung fleksibel dengan kamera di ujungnya, yang memungkinkan dokter memeriksa lapisan perut secara lebih dekat dan untuk mengambil sampel untuk diuji apakah terdapat bakteri T. whipplei atau tidak. Selama prosedur, pasien akan diberi obat perileks, mengutip WebMD.

5. Pengobatan

Penyakit Whipple yang tidak segera ditangani atau salah penanganan bisa memburuk, bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.

Langkah pertama pengobatannya adalah pemberian antibiotik. Umumnya antibiotik diberikan selama dua minggu lewat infus. Ada pula kemungkinan pasien harus diberikan antibiotik setiap hari selama 1-2 tahun. 

Selain itu, pilihan pengobatan lainnya dapat meliputi:

  • Mengonsumsi cairan dalam jumlah yang cukup.
  • Minum obat antimalaria selama 12 hingga 18 bulan.
  • Konsumsi suplemen zat besi untuk membantu anemia.
  • Mengonsumsi suplemen vitamin D, K, kalsium, dan magnesium.
  • Menerapkan pola makan atau diet tinggi kalori untuk membantu penyerapan nutrisi.
  • Mengonsumsi kortikosteroid untuk membantu meredakan peradangan.
  • Mengonsumsi obat nyeri nonsteroid, seperti ibuprofen.

6. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Penyakit Whipple: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pasien di rumah sakit (unsplash.com/Olga Kononenko)

Vili usus yang rusak akibat penyakit Whipple dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi. Ini akan mengakibatkan komplikasi seperti kekurangan nutrisi yang membuat pengidapnya mengalami kelelahan, pelemahan, penurunan berat badan, dan nyeri sendi.

Penyakit Whipple juga merupakan penyakit progresif dan berpotensi fatal. Sebab, meskipun tergolong penyakit langka, tetapi kasus kematian terkait penyakit ini cukup banyak. Penyebabnya biasanya diagnosis yang terlambat dan pengobatan yang tertunda. Kematian umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi ke sistem saraf pusat, sehingga mengakibatkan kerusakan permanen.

7. Penyakit Whipple bisa kambuh

Umumnya gejala penyakit Whipple akan membaik dan mereda dalam satu hingga dua minggu setelah pengobatan antibiotik dimulai, dan gejala dapat hilang sepenuhnya sekitar satu bulan. Meski begitu, tes laboratorium sebaiknya tetap dilakukan selama dua tahun atau lebih semenjak mulai mengonsumsi antibiotik.

Hal tersebut bertujuan untuk mengungkap keberadaan bakteri dan guna menentukan kapan pengidap boleh berhenti konsumsi antibiotik. Pemantauan rutin juga dapat berguna untuk mendeteksi perkembangan resistansi terhadap obat yang mungkin terjadi, dan ini kerap ditandai dengan tidak adanya perbaikan gejala meski telah mengonsumsi obat.

Walau pengobatan telah berhasil sekalipun, penyakit Whipple bisa kambuh, sehingga pemeriksaan rutin penting untuk dilakukan. Kekambuhan dapat disertai dengan berbagai gejala tambahan, seperti masalah neurologis dan lainnya. Bila penyakit kambuh, pengidap harus mengulangi terapi antibiotik.

Penyakit Whipple: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi nyeri perut (freepik.com/benzoix)

Walaupun termasuk penyakit langka, tetapi penyakit Whipple tetap perlu diwaspadai dan segera ditangani bila sampai terjadi karena dapat mengancam nyawa.

Hingga kini belum ada cara untuk mencegah penyakit Whipple. Namun, karena penyakit ini cenderung lebih tinggi di tempat-tempat yang kekurangan air bersih dan sanitasi yang layak, maka cara terbaik untuk meminimalkan risikonya adalah dengan menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan dengan baik.

Baca Juga: Pleuritis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya