Hari Osteoporosis Sedunia, Kenapa Osteoporosis Terjadi Saat Menopause?

Hari Osteoporosis Sedunia atau World Osteoporosis Day diperingati setiap tanggal 20 Oktober. Adanya Hari Osteoporosis Sedunia tersebut sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran tentang osteoporosis dan kesehatan tulang.
Osteoporosis lebih dikenal dengan pengeroposan tulang. Pada umumnya, osteoporosis kerap kali terjadi pada orang tua, terutama pada wanita setelah menopause. Mengapa osteoporosis sering terjadi setelah menopause? Berikut penjelasannya!
1. Mengenal osteoporosis

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa osteoporosis merupakan penyakit pada tulang yang ditandai dengan penurunan massa tulang. Akibatnya tulang menjadi lebih rapuh dan rentan patah tulang.
Osteoporosis yang dialami cenderung tidak menunjukkan gejala. Oleh karena itu, osteoporosis kerap kali baru diketahui ketika penderitanya mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.
2. Osteoporosis terjadi ketika hilangnya tulang lebih cepat daripada pembentukan tulang baru

Mayo Clinic menerangkan bahwa tulang merupakan jaringan hidup yang dapat dipecah dan diganti secara terus-menerus. Osteoporosis dapat terjadi ketika pembentukan tulang yang baru tidak secepat hilangnya tulang yang lama.
Kondisi tersebut membuat tulang lebih rapuh sehingga lebih rentan jatuh, atau bahkan adanya tekanan yang ringan seperti batuk atau membungkuk dapat menyebabkan patah tulang. Patah tulang terkait osteoporosis paling sering terjadi di pinggul, pergelangan tangan, atau tulang belakang.
3. Mengapa osteoporosis sering terjadi setelah menopause?

Hormon estrogen pada wanita berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang. Dilansir Office on Women's Health, ovarium menghasilkan sedikit hormon estrogen setelah menopause. Menurunnya hormon estrogen setelah menopause menyebabkan kepadatan tulang berkurang lebih cepat sehingga meningkatkan risiko osteoporosis.
Oleh karena itu, osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita yang memasuki usia menopause. Meskipun begitu, osteoporosis juga dapat dialami oleh siapa saja.
Menambahkan penjelasan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis yaitu memiliki riwayat keluarga yang mengalami osteoporosis, kekurangan kalsium, kekurangan vitamin D, gangguan hormon atau penyakit tertentu, mengonsumsi obat tertentu dalam jangka panjang, kecanduan minuman beralkohol, dan merokok.
4. Komplikasi akibat osteoporosis

Mayo Clinic melansir, komplikasi osteoporosis yang paling serius yaitu patang tulang, terutama tulang belakang atau pinggul. Patah tulang pinggul sering kali disebabkan jatuh dan dapat menyebabkan kecacatan.
Pada beberapa kasus, patah tulang tidak terjadi bahkan ketika jatuh. Namun, tulang belakang dapat melemah yang mengakibatkan nyeri punggung, kehilangan tinggi badan, dan postur tubuh yang membungkuk ke depan.
5. Cara menurunkan risiko osteoporosis

Mencukupi kebutuhan nutrisi dan berolahraga penting untuk menjaga kesehatan tulang. Beberapa nutrisi yang diperlukan yaitu kalsium dan vitamin D. Beberapa sumber makanan yang mengandung kalsium diantaranya susu, sayuran hijau, dan produk yang berasal dari kacang kedelai seperti tahu. Sementara vitamin D dapat dibentuk dengan berjemur di bawah sinar matahari.
Berolahraga, seperti berjalan kaki atau jogging dapat membantu memperkuat tulang dan memperlambat pengeroposan tulang. Makin muda saat memulai olahraga dan makin sering berolahraga, maka manfaat yang dirasakan akan lebih banyak.
Setelah menopause, ovarium menghasilkan lebih sedikit hormon estrogen. Osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita yang memasuki usia menopause karena menurunnya hormon estrogen menyebabkan kepadatan tulang berkurang lebih cepat sehingga meningkatkan risiko osteoporosis.