Gangguan Delusi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Kondisi mental yang bikin seseorang terus berkhayal

Gangguan delusi mengacu pada kondisi seseorang menampilkan satu atau lebih bentuk khayalan dalam kurun satu bulan atau lebih. Delusi dianggap aneh ketika gejala yang ditunjukkan terkesan tidak masuk akal. Contohnya adalah khayalan bahwa organ tubuh orang yang bersangkutan telah diganti dengan organ tubuh orang lain tanpa meninggalkan luka.

Gangguan delusi berbeda dengan skizofrenia. Seseorang dengan indikasi skizofrenia tidak bisa didiagnosis mengalami gangguan delusi. Delusi sendiri tampaknya dapat dipercaya pada kasus yang sederhana, sementara orang tersebut mungkin tampak normal dalam kesehariannya.

Dirangkum berbagai sumber, berikut ini fakta-fakta yang perlu diketahui seputar gangguan delusi. Simak, ya!

1. Apa itu gangguan delusi?

Gangguan Delusi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi seseorang dengan gangguan delusi (freepik.com/freepik)

Dilansir Harvard Health Publishing, gangguan delusi digolongkan sebagai gangguan psikotik, di mana seseorang sulit mengenali antara dunia khayal dan dunia nyata. Secara umum, delusi dapat didefinisikan sebagai keyakinan yang didasarkan pada interpretasi yang salah mengenai realitas.

Seseorang dengan kondisi ini memegang keyakinan yang salah, meskipun ada bukti yang jelas menentangnya. Delusi bisa melibatkan keadaan yang dapat terjadi dalam kenyataan meskipun persentasenya kecil. Misalnya, delusi mengenai rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh tetangga, padahal faktanya tidak demikan.

2. Jenis

Gangguan Delusi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi curiga pada pasangan (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Mengutip Psychology Health, jenis gangguan delusi meliputi:

  • Erotomanic: keyakinan bahwa seseorang (biasanya dari status sosial yang lebih tinggi) menaruh hati dan jatuh jatuh cinta pada individu yang mengalami erotomanic.

  • Grandiose: keyakinan memiliki bakat atau wawasan yang hebat tetapi tidak diakui (terkait identitas khusus, pengetahuan, kekuatan, harga diri, atau hubungan dengan seseorang yang terkenal dan/atau dengan Tuhan).

  • Jealous: keyakinan terhadap ketidaksetiaan pasangan.

  • Persecutory: keyakinan merasa ditipu, dimata-matai, dibius, diikuti, difitnah, atau bahkan dianiaya orang lain.

  • Somatic: keyakinan mengalami sensasi fisik atau disfungsi tubuh (misalnya merasakan bau busuk atau serangga merayap di area kulit).

  • Mixed: waham yang dicirikan oleh lebih dari satu jenis gangguan delusi, tetapi tidak ada yang mendominasi.

  • Unspecified: waham yang tidak termasuk dalam jenis gangguan delusi dan tidak dapat ditentukan dengan jelas.

Jenis gangguan delusi yang paling sering adalah persecutory. Kendati demikian, kondisi ini tetap tergolong jarang dan diperkirakan hanya 0,2 persen orang yang mengalaminya di beberapa titik dalam kehidupan.

Baca Juga: Psikopat: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Gejala

Gangguan Delusi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pasangan yang mudah marah (freepik.com/master1305)

Delusi sering berpusat pada interpretasi yang tidak akurat dari realitas kehidupan. Orang dengan gangguan delusi biasanya tidak dapat menerima bahwa delusi mereka tidak rasional atau tidak akurat. Adapun gejala gangguan delusi yang ditunjukkan meliputi:

  • Delusi non-bizarre yang bisa terjadi dalam dunia nyata (ini adalah gejala yang paling jelas)
  • Mudah tersinggung
  • Mudah marah
  • Suasana hati buruk
  • Halusinasi (melihat, mendengar, atau merasakan) yang berhubungan dengan waham

4. Penyebab

Gangguan Delusi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi seseorang mengalami trauma (freepik.com/yanalya)

Penyebab utama gangguan delusi belum bisa ditetapkan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi berbagai faktor biologis, seperti kondisi medis, kondisi neurologis, serta penggunaan zat. Hal ini juga menunjukkan bahwa hipersensitivitas dan mekanisme pertahanan ego (reaksi, proyeksi, dan penolakan) mungkin terkait dengan gangguan delusi.

Penelitian dalam Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry tahun 2018 menjelaskan, paparan trauma dapat dikaitkan dengan perkembangan episode psikotik.

5. Diagnosis

Gangguan Delusi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi diagnosis gangguan delusi (freepik.com/tirachardz)

Dilansir Cleveland Clinic, untuk melakukan diagnosis dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan lengkap dan pemeriksaan fisik. Dokter mungkin juga akan menggunakan berbagai tes diagnostik, salah satunya tes darah untuk mengesampingkan berbagai kemungkinan penyakit fisik.

Dokter bisa memberi rujukan ke ahli kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog dengan berpedoman pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association, untuk memastikan gejala gangguan delusi dan menegakkan diagnosis.

6. Pengobatan

Gangguan Delusi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi menjalani terapi untuk gangguan mental (freepik.com/pressfoto)

Terapi merupakan perawatan utama yang diterapkan guna membantu manajemen gangguan delusi. Beberapa manfaat yang diperoleh dari penerapan terapi di antaranya adalah:

  • Perawatan psikososial: membantu meminimalkan masalah perilaku dan psikologis yang terkait dengan gangguan delusi melalui aktivitas mengontrol gejala, mengidentifikasi tanda kekambuhan, serta menyusun rencana pencegahan kekambuhan.
  • Psikoterapi individu: membantu pasien mengenali dan memperbaiki pemikiran dasar yang menyimpang.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT): membantu pasien belajar mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku yang mengarah pada perasaan bermasalah.
  • Terapi keluarga: membantu keluarga menangani anggota keluarga lain yang mengalami gangguan delusi secara lebih efektif.

Sementara itu, opsi pengobatan yang mungkin juga akan digunakan untuk mengobati terdiri dari:

  • Antipsikotik konvensional (neuroleptik): termasuk klorpromasin, flufenazin, dan haloperidol.
  • Antipsikotik atipikal: termasuk risperidone, clozapine, dan quetiapine.
  • Obat penenang dan antidepresan: obat penenang digunakan jika pasien memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi dan/atau masalah tidur. Sementara antidepresan digunakan untuk mengobati depresi yang sering terjadi pada orang dengan gangguan delusi.

Gangguan delusi mengarah pada gangguan mental yang menyebabkan seseorang mengalami pikiran delusi (tidak berdasar realitas). Orang dengan gangguan ini mungkin akan mengembangkan depresi, perasaan terasing dari lingkungan, serta melakukan tindakan kekerasan atau melanggar hukum. Meski tergolong jarang, tapi bukan berarti delusi boleh diabaikan.

Baca Juga: Miris, 7 Penyakit Kejiwaan Ini Sering Kita Kira Cuma Kebiasaan Buruk

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya