10 Komplikasi Persalinan, Salah Satunya Masalah Plasenta

- Komplikasi selama persalinan dapat mengancam jiwa dalam kondisi kurangnya perawatan kesehatan yang tepat.
- Peluang mengalami komplikasi selama persalinan akan bergantung pada riwayat kesehatan spesifik dan kehamilan saat ini.
- Contoh komplikasi persalinan meliputi persalinan macet, gawat janin, pendarahan hebat, malposisi bayi, masalah plasenta, dan ruptur uteri.
Komplikasi persalinan relatif jarang terjadi, tetapi bisa terjadi. Sebagian besar komplikasi bisa diidentifikasi dan dikelola untuk memastikan persalinan aman. Namun, beberapa masalah persalinan cukup serius, bahkan bisa mengancam nyawa ibu hamil dan bayinya.
Peluang mengalami komplikasi selama persalinan akan bergantung pada riwayat kesehatan spesifik dan kehamilan saat ini. Dokter bisa menjelaskan faktor risiko selama kunjungan prenatal. Tanyakan kepada dokter tentang bagaimana ia memantau dan menangani komplikasi selama persalinan dan melahirkan.
Inilah beberapa komplikasi persalinan yang bisa terjadi, serta apa yang akan dilakukan tim perawatan untuk menjaga kamu dan bayi tetap aman.
1. Persalinan macet
Istilah medis persalinan macet adalah distosia. Distosia juga dikenal sebagai failure to progress atau prolonged labor.
Persalinan macet adalah kondisi saat persalinan berlangsung lebih lama dari yang diharapkan. Sebuah studi memperkirakan persalinan macet memengaruhi sekitar 8 persen dari perempuan yang melahirkan. Ini bisa terjadi karena sejumlah alasan.
Persalinan macet didefinisikan sebagai persalinan pertama yang berlangsung lebih dari 20 jam. Bagi mereka yang pernah melahirkan, persalinan macet adalah saat persalinan berlangsung lebih dari 14 jam.
Jika persalinan macet terjadi selama fase awal, atau laten, ini bisa melelahkan namun biasanya tidak menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, jika terjadi selama fase aktif, penilaian dan intervensi medis mungkin diperlukan.
Jika persalinan tidak berlanjut, dokter dapat memberikan obat untuk meningkatkan kontraksi dan mempercepat persalinan, atau perempuan tersebut mungkin memerlukan persalinan sesar.
Penyebab persalinan macet meliputi:
- Pelebaran serviks lambat
- Penipisan serviks yang lambat.
- Bayi besar.
- Jalan lahir atau panggul kecil.
- Melahirkan bayi kembar.
- Faktor emosional, seperti kecemasan, stres, dan ketakutan.
2. Gawat janin

Gawat janin (fetal distress) bisa disebabkan banyak hal, termasuk masalah tali pusat, obat-obatan yang digunakan selama persalinan, dan infeksi, serta induksi.
Jika bayi mengalami komplikasi seperti asfiksia perinatal, posisi sungsang, atau distosia bahu, ia mungkin juga menunjukkan tanda-tanda kegawatan.
Pemantauan janin eksternal memungkinkan tim perawatan untuk memeriksa bayi dan melihat bagaimana mereka menghadapi persalinan. Tes lain juga dapat digunakan, termasuk pengambilan sampel pH kulit kepala janin dan pemantauan janin internal.
Jika bayi dalam kegawatan dan perempuan hamil belum waktunya untuk melahirkan, dokter mungkin menggunakan forsep atau ekstraktor vakum untuk membantu persalinan. Dalam beberapa kasus, operasi caesar mungkin diperlukan untuk memastikan bayi dilahirkan dengan selamat.
3. Asfiksia perinatal
Asfiksia perinatal didefinisikan sebagai gagal memulai dan mempertahankan pernapasan saat lahir. Kondisi ini terjadi ketika janin tidak mendapatkan cukup oksigen di dalam rahim atau bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama proses persalinan atau sesaat setelah lahir.
Asfiksia perinatal adalah istilah non spesifik yang melibatkan serangkaian masalah yang kompleks.
Asfiksia perinatal dapat menyebabkan:
- Hipoksemia, atau kadar oksigen rendah.
- Kadar karbon dioksida yang tinggi.
- Asidosis, atau terlalu banyak asam dalam darah.
- Masalah kardiovaskular dan kerusakan organ dapat terjadi.
Sebelum persalinan, tanda-tandanya mungkin termasuk detak jantung rendah dan tingkat pH rendah, yang menunjukkan keasaman tinggi.
Saat lahir, mungkin ada skor APGAR rendah 0 hingga 3 selama lebih dari 5 menit.
Indikasi lain mungkin termasuk:
- Warna kulit yang buruk.
- Detak jantung rendah.
- Tonus otot lemah.
- Terengah-engah.
- Pernapasan lemah.
- Air ketuban mengandung mekonium.
Perawatan asfiksia perinatal dapat mencakup pemberian oksigen kepada ibu atau melakukan persalinan sesar.
Setelah melahirkan, pernapasan mekanis atau pengobatan mungkin diperlukan.
4. Distosia bahu

Distosia bahu merupakan kejadian darurat yang dapat terjadi secara tiba-tiba pada persalinan pervaginam, ketika bayu bayi tertahan saat memasuki jalan lahir, biasanya pada tulang panggul ibu.
Distosia bahu saat melahirkan menimbulkan bahaya yang mendesak bagi bayi. Saat bayi terjebak di jalan lahir karena distosia, kekurangan oksigen menimbulkan risiko cedera otak atau bahkan kematian jika situasinya tidak segera diatasi.
Pada kasus distosia bahu, dokter harus bertindak cepat untuk mengeluarkan bayi guna menghindari hipoksia. Ada sejumlah manuver yang biasanya dilakukan untuk membebaskan bayi.
Dokter dapat menerapkan manuver khusus untuk membebaskan bahu bayi, seperti mengubah posisi ibu dan memutar bahu bayi secara manual. Episiotomi, atau pelebaran vagina dengan pembedahan, mungkin diperlukan untuk memberi ruang bagi bahu.
Apa yang membuat distosia bahu sangat berbahaya bagi bayi adalah bahwa itu bisa menjadi pedang bermata dua. Respons terhadap distosia bahu sering kali sama bahayanya dengan kondisi bayi itu sendiri. Karena terburu-buru untuk membebaskan bahu bayi, dokter dan perawat kerap menggunakan terlalu banyak traksi atau gaya lateral. Mereka menarik, mendorong, dan memutar terlalu keras dan terlalu cepat dan akhirnya menyebabkan cedera fisik pada bayi.
Ketika distosia bahu tidak ditangani dengan cukup cepat, kekurangan oksigen yang dihasilkan dapat menyebabkan cedera otak dan kecacatan seperti kelumpuhan otak.
Kekuatan berlebihan sebagai respons terhadap distosia bahu dapat menyebabkan patah tulang selangka atau kerusakan pada saraf pleksus brakialis di pangkal leher. Jenis kerusakan saraf ini adalah penyebab cedera kelahiran yang disebut Erb's palsy.
5. Pendarahan hebat
Rata-rata, perempuan kehilangan 500 mililiter (ml) darah selama melahirkan bayi tunggal melalui vagina. Selama persalinan sesar bayi tunggal, rata-rata jumlah darah yang hilang adalah 1.000 ml. Ini bisa terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan atau hingga 12 minggu kemudian, dalam kasus perdarahan sekunder.
Sekitar 80 persen kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh kurangnya tonus uterus.
Pendarahan terjadi setelah plasenta dikeluarkan, karena kontraksi rahim terlalu lemah dan tidak dapat memberikan kompresi yang cukup pada pembuluh darah di tempat menempelnya plasenta ke rahim.
Tekanan darah rendah, kegagalan organ, syok, dan kematian dapat terjadi.
Kondisi dan perawatan medis tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan, seperti:
- Solusio plasenta atau plasenta previa.
- Overdistensi uterus.
- Kehamilan kembar.
- Hipertensi akibat kehamilan.
- Riwayat beberapa kelahiran sebelumnya.
- Persalinan macet.
- Penggunaan forsep atau persalinan dengan bantuan vakum.
- Penggunaan anestesi umum atau obat-obatan untuk menginduksi atau menghentikan persalinan.
- Infeksi.
- Kegemukan.
Kondisi medis lain yang dapat menyebabkan risiko pendarahan berlebihan lebih tinggi meliputi:
- Robekan pembuluh darah serviks, vagina, atau rahim.
- Hematoma pada vulva, vagina, atau panggul.
- Gangguan pembekuan darah.
- Plasenta akreta, inkreta, atau perkreta.
- Ruptur uteri.
Pengobatan bertujuan untuk menghentikan pendarahan sesegera mungkin. Pilihannya meliputi:
- Penggunaan obat-obatan.
- Pijat rahim.
- Pengangkatan sisa plasenta.
- Pembungkusan rahim.
- Mengikat pembuluh darah yang berdarah.
- Operasi, kemungkinan laparotomi, untuk menemukan penyebab perdarahan; atau histerektomi, untuk mengangkat rahim.
6. Malposisi

Tidak semua bayi akan berada dalam posisi terbaik untuk persalinan pervaginam. Menghadap ke bawah adalah posisi lahir janin yang paling umum, tetapi bayi bisa berada pada posisi lain.
Ini termasuk:
- Menghadap ke atas.
- Sungsang, baik bokong maupun kaki di posisi bawah.
- Berbaring menyamping, yaitu horizontal melintasi rahim, bukannya vertikal.
Tergantung posisi bayi dan situasinya, penanganannya bisa meliputi:
- Mengubah posisi janin secara manual.
- Penggunaan forsep.
- Melakukan episiotomi untuk memperbesar lubang dengan pembedahan.
- Persalinan ceasar.
Di sisi lain, masalah dengan tali pusat bisa termasuk:
- Tali pusat melilit bayi.
- Tali pusat terkompresi.
- Tali pusat muncul sebelum bayi.
Dalam kondisi-kondisi di atas, bantuan medis bisa diperlukan.
7. Masalah plasenta
Banyak masalah plasenta diidentifikasi sebelum bayi lahir, meskipun tidak selalu demikian. Masalah dengan plasenta juga dapat terjadi setelah persalinan dimulai. Masalah tertentu dengan plasenta lebih sering terjadi setelah operasi rahim, seperti operasi caesar.
Kemungkinan masalah dengan plasenta meliputi:
- Plasenta menutupi seluruh atau sebagian serviks (plasenta previa).
- Plasenta tumbuh ke dalam lapisan rahim (plasenta akreta).
- Plasenta robek dari dinding rahim terlalu cepat (solusio plasenta).
Jika tidak ditangani, masalah dengan plasenta dapat menyebabkan kehilangan darah yang parah yang dapat membahayakan kesehatan ibu hamil dan bayinya.
Sebelum dan selama persalinan, tim perawatan akan memantau memastikan setiap masalah plasenta dapat diidentifikasi dan ditangani dengan cepat.
8. Disproporsi kepala panggul

Disproporsi kepala panggul (cephalopelvic disproportion) adalah kondisi ketika kepala bayi tidak dapat masuk melalui panggul ibu.
Disproporsi kepala panggul diperkirakan terjadi pada 1 dari 250 kehamilan. Ini dapat terjadi jika:
- Bayi besar atau ukuran kepala bayi besar.
- Bayi dalam posisi yang tidak biasa.
- Panggul ibu kecil atau bentuk panggul yang tidak biasa.
Dalam kasus ini, persalinan caesar biasanya diperlukan.
9. Ruptur uteri
Ruptur uteri dianggap sebagai komplikasi kebidanan yang paling berbahaya bagi bayi dan ibu. Ini merupakan peristiwa langka saat dinding atau lapisan rahim ibu robek.
Pecahnya dinding rahim terjadi secara tiba-tiba dan biasanya tanpa peringatan sebelumnya. Dalam kasus parah, ruptur menyebabkan lubang di dinding rahim, memungkinkan cairan ketuban dan bahkan bayi keluar dari rahim.
Alasan kenapa ruptur uteri sangat berbahaya adalah begitu rahim robek, bayi terancam kekurangan oksigen, yang menyebabkan kerusakan otak besar atau kematian dengan sangat cepat. Begitu rahim robek, bayi dalam bahaya.
Tergantung tingkat keparahan pecahnya, bayi harus dilahirkan melalui operasi caesar darurat dalam waktu 10–30 menit untuk menghindari cedera otak parah atau kematian.
Bahkan dalam keadaan terbaik, ketika ruptur didiagnosis segera dan dokter siap untuk operasi caesar darurat, 10–30 menit sering kali tidak cukup. Sangat sedikit ruptur uteri yang terjadi dalam keadaan optimal.
Meskipun sebagian besar ruptur terjadi di rumah sakit selama persalinan, tetapi kondisi ini tidak selalu dapat didiagnosis dengan cepat. Inilah sebabnya mengapa ruptur uteri dianggap sangat berbahaya.
10. Persalinan cepat

Tiga tahap persalinan biasanya berlangsung selama 6–18 jam, tetapi terkadang hanya berlangsung 3–5 jam. Ini dikenal sebagai persalinan cepat (rapid labor atau precipitous labor).
Kemungkinan persalinan cepat meningkat ketika:
- Ukuran bayi lebih kecil dari rata-rata.
- Rahim berkontraksi secara efisien dan kuat.
- Jalan lahir sesuai.
- Ada riwayat persalinan cepat.
Persalinan cepat dapat dimulai dengan serangkaian kontraksi cepat dan intens yang tiba-tiba. Ini dapat menyisakan sedikit waktu di antaranya untuk istirahat. Ini mungkin menyerupai satu kontraksi terus-menerus.
Dampak buruk dari persalinan cepat adalah:
- Membuat ibu merasa lepas kendali.
- Mungkin tidak ada cukup waktu untuk sampai ke fasilitas perawatan kesehatan.
- Dapat meningkatkan risiko robekan dan laserasi pada serviks dan vagina, perdarahan, dan syok pascapersalinan.
Sementara itu, risiko untuk bayi meliputi:
- Aspirasi cairan amnion.
- Kemungkinan infeksi yang lebih tinggi jika persalinan terjadi di lokasi yang tidak steril.
Jika ada tanda-tanda dimulainya persalinan cepat, penting untuk:
- Menghubungi dokter atau bidan.
- Menggunakan teknik pernapasan dan pikiran yang menenangkan untuk merasa lebih terkendali.
- Tetap berada di lokasi atau tempat yang steril.
- Berbaring telentang atau miring dapat membantu.
Apakah komplikasi persalinan bisa berakibat fatal?
Komplikasi selama persalinan dapat mengancam jiwa dalam kondisi kurangnya perawatan kesehatan yang tepat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian ibu sangat tinggi.
Sekitar 287.000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2020. Hampir 95 persen dari semua kematian ibu terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah pada tahun 2020, dan sebagian besar sebenarnya dapat dicegah.
Penyebabnya meliputi:
- Pendarahan hebat (kebanyakan pendarahan setelah melahirkan).
- Infeksi (biasanya setelah melahirkan).
- Tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia).
- Komplikasi saat melahirkan.
- Aborsi yang tidak aman.
Perawatan kesehatan yang tepat dapat mencegah atau menyelesaikan sebagian besar masalah tersebut.
Sangat penting untuk menghadiri semua kunjungan prenatal selama kehamilan, dan mengikuti saran dan instruksi dokter atau bidan.
Referensi
Nystedt, Astrid, dan Ingegerd Hildingsson. “Diverse definitions of prolonged labour and its consequences with sometimes subsequent inappropriate treatment.” BMC Pregnancy and Childbirth 14, no. 1 (16 Juli 2014).
American Pregnancy Association. Diakses pada Juni 2024. Prolonged Labor: Failure To Progress.
National Institute of Child Health and Human Development. Diakses pada Juni 2024. What are some common complications during labor and delivery?
Birth Injury Help Center. Diakses pada Juni 2024. Shoulder Dystocia.
Medical News Today. Diakses pada Juni 2024. Ten common labor complications.
Chandraharan, Edwin, dan Archana Krishna. “Diagnosis and management of postpartum haemorrhage.” BMJ. British Medical Journal, 27 September 2017, j3875.
American Pregnancy Association. Diakses pada Juni 2024. Cephalopelvic Disproportion (CPD).
World Health Organization. Diakses pada Juni 2024. Maternal mortality.
MedicineNet. Diakses pada Juni 2024. What Is the Most Common Complication of Childbirth?
Pregnancy, Birth and Baby. Diakses pada Juni 2024. Labour complications.