Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kelaparan dan Penyakit Ancam Penduduk Gaza, Seperti Ini Kondisinya!

Perempuan di Gaza memasak makanan bagi pengungsi Palestina (wfp.org/WFP/Ali Jadallah)

Serangan Israel terhadap warga Palestina, khususnya di Gaza, masih berlanjut hingga sekarang. Hal ini mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, termasuk rumah sakit di Gaza. Terputusnya akses terhadap air dan makanan menyebabkan banyak warga Gaza mengalami kelaparan. 

Kelaparan dan penyakit menular kini menjadi ancaman penduduk Gaza. Beberapa penyakit, seperti diare dan infeksi pernapasan atas disebut mengalami peningkatan. Minimnya akses air bersih dan melemahnya sistem kesehatan makin memperburuk kondisi mereka. Genosida yang terjadi di Gaza pun menjadi sorotan banyak negara dan organisasi internasional. 

1. Kelaparan meningkat di Gaza

Anak-anak di Gaza makan roti yang disediakan WFP (wfp.org/WFP/Ali Jadallah)
Anak-anak di Gaza makan roti yang disediakan WFP (wfp.org/WFP/Ali Jadallah)

Menurut laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC), Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat parah dengan risiko kelaparan yang meningkat setiap hari. Kelaparan yang terjadi diperkirakan meningkatkan jumlah penyakit di seluruh Jalur Gaza, terutama pada anak-anak, perempuan hamil, ibu menyusui, dan lansia.

Pada misi yang baru-baru ini dilakukan ke Gaza Utara, staf Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa setiap orang yang diajak bicara di Gaza mengeluh kelaparan. Ke mana pun mereka pergi, termasuk ke rumah sakit atau ruang gawat darurat, orang-orang meminta makanan kepada mereka. 

Diperkirakan, sebanyak 93 persen penduduk Gaza menghadapi krisis kelaparan, kekurangan pangan, dan tingginya tingkat malnutrisi. Setidaknya 1 dari 4 rumah tangga mengalami kekurangan pangan dan kelaparan ekstrem. Mereka terpaksa menjual harta benda yang dimiliki untuk membeli makanan.

Mengutip laman United Nations, para ahli keamanan pangan menyimpulkan, bahwa warga Gaza telah menghabiskan seluruh sumber daya mereka, mata pencaharian mereka runtuh, toko roti hancur, toko-toko kosong, dan banyak keluarga tidak memperoleh makanan. Orang-orang mengatakan pada staf World Food Programme (WFP) bahwa mereka sering tidak makan sepanjang hari dan banyak orang dewasa rela kelaparan agar anak-anak bisa mendapatkan nutrisi.

2. Penyakit menular makin meningkat

Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Terjadi lonjakan penyakit menular di Gaza. Laman WHO menyebutkan, sejak pertengahan Oktober, lebih dari 100 ribu kasus diare telah dilaporkan. Setengah di antaranya menyerang anak balita, dan jumlah tersebut meningkat 25 kali lipat dibandingkan kasus diare yang dilaporkan sebelum konflik.

Selain diare, penyakit lainnya juga menyerang penduduk Gaza. Lebih dari 150 ribu kasus infeksi pernapasan atas dan banyak kasus meningitis, ruam kulit, skabies, kutu, dan cacar air telah dilaporkan. Hepatitis juga dicurigai terjadi karena banyak orang yang datang dengan gejala penyakit kuning.

3. Kelaparan melemahkan sistem kekebalan tubuh

potret penduduk Gaza dalam perjalanan mencari perlindungan.(Twitter.com/UNRWA)

Tubuh yang sehat mampu melawan penyakit dengan mudah. Sebaliknya, tubuh dengan berat badan yang sangat kurang dan lemah akan kesulitan dalam melawan penyakit. Kondisi kelaparan makin melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mempermudah masuknya penyakit ke dalam tubuh.

WFP melaporkan, separuh penduduk Gaza mengalami kelaparan, dengan sembilan dari sepuluh warga Palestina makan kurang dari satu kali sehari. Mereka juga berjuang dalam mendapatkan air bersih untuk diminum. Kondisi lapar dan lemah menyebabkan makin banyak warga Gaza jatuh sakit karena kekebalan tubuh mereka menurun sehingga rentan terhadap penyakit.

Malnutrisi dapat meningkatkan risiko kematian pada anak-anak akibat penyakit diare, pneumonia, dan campak, terutama di lingkungan dimana akses terhadap layanan kesehatan terbatas. Jika mereka mampu bertahan hidup, wasting yang dialami berdampak seumur hidup, karena pertumbuhan dan perkembangan kognitifnya terganggu. 

Selain anak-anak, ibu menyusui juga berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Padahal, ASI merupakan makanan terbaik dan teraman yang bisa didapatkan bayi. Masalah kesehatan mental yang meningkat, termasuk di kalangan perempuan juga berdampak pada tingkat pemberian ASI.

4. Sanitasi dan higiene yang buruk mempermudah penularan penyakit

ilustrasi kekurangan air bersih (freepik.com/jcomp)
ilustrasi kekurangan air bersih (freepik.com/jcomp)

Sanitasi dan higiene yang tidak memadai, serta sistem kesehatan yang runtuh makin memperburuk kondisi yang terjadi di Gaza. Di Gaza saat ini, rata-rata satu kamar mandi digunakan untuk setiap 4500 orang dan satu toilet untuk setiap 220 orang. Kelangkaan air bersih dan meningkatnya jumlah orang yang buang air besar di luar ruangan dapat menyebarkan penyakit menular.

Lebih dari 1,9 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dan lebih dari 1,4 juta diantaranya tinggal di tempat penampungan yang penuh sesak. Kondisi tampat penampungan yang padat makin mempermudah penyebaran penyakit.

Perang yang masih berlanjut kian meruntuhkan akses layanan kesehatan di Gaza. Dengan melemahnya sistem kesehatan, mereka menghadapi kondisi yang mematikan akibat kelaparan dan penyakit. Masyarakat Gaza sudah cukup menderita kini menghadapi risiko kematian akibat kelaparan dan penyakit yang seharusnya bisa diobati dengan mudah jika sistem kesehatan berfungsi. WHO menegaskan seruan agar segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan.

Akses terhadap makanan dan air yang terbatas menyebabkan banyak penduduk Gaza kelaparan. Kelaparan dan tubuh yang lemah membuat daya tahan tubuh menurun sehingga lebih rentan terhadap penyakit. Tempat penampungan yang penuh sesak, sanitasi dan higiene yang buruk, serta terbatasnya akses layanan kesehatan makin memperburuk kondisi penduduk Gaza. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dewi Purwati
EditorDewi Purwati
Follow Us