"Dengue Fever: Why Cases Spike During the Rainy Season". Bali International Hospital. Diakses pada November 2025.
"The Most Common Diseases during the Wet Season". Prime Plus Medical. Diakses pada November 2025.
"Under the Weather: Climate, Ecosystems, and Infectious Disease." National Library of Medicine. Diakses pada November 2025.
"IGI Researchers Study How Rainy Season Awakens Bacteria – and the Viruses that Hunt Them". IGI. Diakses pada November 2025.
Kenapa Musim Hujan Bikin Virus dan Bakteri Lebih Cepat Menyebar?

Banyak orang mungkin mulai merasakan bahwa tubuh lebih mudah terserang penyakit saat musim hujan tiba. Cuaca yang lembap, suhu yang berubah cepat, dan aktivitas yang lebih sering di dalam ruangan sering kali membuat daya tahan tubuh turun tanpa disadari.
Musim hujan bukan hanya soal turunnya hujan, tapi juga perubahan lingkungan yang memengaruhi cara virus dan bakteri bertahan hidup. Faktor-faktor kecil yang tampak sepele bisa jadi pemicu meningkatnya risiko penyakit menular. Berikut beberapa hal yang membuat penyebaran virus dan bakteri jauh lebih cepat saat musim hujan.
1. Lingkungan lembap menjadi tempat ideal mikroorganisme bertahan

Udara yang lembap pada musim hujan menciptakan kondisi ideal bagi virus dan bakteri untuk bertahan lebih lama di udara maupun permukaan benda. Partikel air di udara membantu mikroorganisme tetap stabil, sehingga peluang penularan meningkat, terutama di ruang tertutup yang jarang mendapat sinar matahari. Inilah sebabnya, banyak orang lebih mudah terkena flu atau infeksi saluran pernapasan ketika hujan datang berturut-turut.
Selain itu, permukaan benda seperti meja, gagang pintu, dan ponsel yang sering disentuh juga bisa menjadi media penularan. Saat tangan menyentuh permukaan lembap yang sudah terpapar mikroorganisme, risiko infeksi meningkat jika tidak langsung mencuci tangan. Kebersihan lingkungan dan ventilasi udara jadi kunci penting untuk mengurangi peluang penyebaran penyakit di musim seperti ini.
2. Genangan air menjadi sumber penyakit yang tak disadari

Hujan deras sering meninggalkan genangan air di sekitar rumah atau jalanan. Banyak orang mengira itu hal biasa, padahal air tergenang adalah tempat favorit bagi nyamuk untuk berkembang biak. Nyamuk pembawa virus seperti dengue dan chikungunya bisa memperbanyak diri dengan cepat, meningkatkan risiko penularan di lingkungan padat penduduk.
Tak hanya itu, air hujan yang bercampur dengan limbah atau air kotor bisa menyebarkan bakteri berbahaya. Ketika air tersebut mengenai luka terbuka di kulit, infeksi bisa terjadi tanpa disadari. Karena itu, menjaga kebersihan saluran air dan menghindari berjalan di genangan kotor jadi langkah kecil tapi penting untuk melindungi diri di musim hujan.
3. Aktivitas di dalam ruangan meningkat, risiko penularan pun naik

Saat hujan turun, banyak orang memilih menghabiskan waktu di dalam ruangan. Masalahnya, ruangan tertutup dengan sirkulasi udara yang buruk bisa mempercepat penyebaran virus pernapasan. Saat seseorang bersin atau batuk, partikel kecil bisa bertahan lebih lama di udara dan menular ke orang lain dalam jarak dekat.
Kebiasaan ini semakin berisiko jika ruangan digunakan oleh banyak orang, seperti kantor atau transportasi umum. Ventilasi yang baik dan kebiasaan menjaga jarak menjadi hal penting yang sering diabaikan. Membersihkan permukaan benda bersama secara rutin juga bisa membantu menekan risiko penularan penyakit selama musim hujan.
4. Perubahan suhu yang ekstrem melemahkan daya tahan tubuh

Tubuh manusia perlu waktu untuk beradaptasi dengan perubahan suhu. Saat musim hujan, suhu bisa turun drastis, lalu naik lagi ketika siang. Perubahan ini bisa memengaruhi sistem imun dan membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi. Banyak orang mulai mengalami gejala ringan seperti pilek atau batuk karena daya tahan tubuh menurun.
Selain suhu, paparan udara dingin juga membuat pembuluh darah di saluran pernapasan menyempit, sehingga sel imun lebih sulit melawan virus yang masuk. Mengonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan tetap aktif bergerak bisa membantu menjaga imun tetap stabil di tengah perubahan cuaca yang tidak menentu.
5. Kebersihan diri sering diabaikan saat hujan datang

Musim hujan membuat banyak orang cenderung malas mencuci tangan atau mengganti pakaian. Padahal, pakaian lembap usai kehujanan bisa menjadi tempat tumbuhnya bakteri dan jamur yang memicu infeksi kulit. Begitu juga dengan sepatu basah yang sering dipakai berulang kali tanpa dijemur, bisa menimbulkan masalah pada kaki seperti kutu air atau bau tidak sedap.
Selain itu, air hujan yang tercampur dengan debu atau kotoran jalanan bisa menempel di kulit dan menyebabkan iritasi. Mandi air hangat dan mengganti pakaian bersih setelah beraktivitas di luar saat hujan dapat membantu mencegah berbagai penyakit kulit maupun infeksi saluran pernapasan.
Musim hujan seharusnya bukan alasan untuk selalu khawatir, melainkan pengingat agar lebih peduli pada kebersihan diri dan lingkungan. Menjaga daya tahan tubuh, memastikan rumah tetap bersih, dan menghindari genangan air bisa menjadi langkah sederhana yang berdampak besar. Jadi, sudah siapkah kamu menghadapi musim hujan dengan tubuh yang tetap sehat dan tahan terhadap serangan virus maupun bakteri?
Referensi


















