Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

KIPI pada Anak, Ini yang Harus Diperhatikan oleh Orang Tua

ilustrasi vaksin (pixabay.com/KlausHausmann)
Intinya sih...
  • KIPI adalah reaksi medis pasca vaksinasi yang bisa bersifat ringan atau serius.
  • Faktor penyebab KIPI termasuk produk vaksin, dosis vaksin, kecemasan, dan faktor kebetulan.
  • Setelah vaksinasi anak, penting untuk memantau gejala dan memberikan perhatian medis jika diperlukan.

Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah reaksi medis yang terjadi setelah seseorang menerima vaksin. Meskipun vaksinasi adalah langkah penting dalam pencegahan penyakit menular, tetapi ada kalanya tubuh menunjukkan respons atau KIPI.

Penting bagi masyarakat untuk memahami apa itu KIPI, bagaimana mengenali gejalanya, dan langkah-langkah yang bisa diambil jika KIPI terjadi. 

Menanggapi hal ini, IDN Times menghadirkan dr. Gendis Ayu Ardias, SpA, dokter spesialis anak di Eka Hospital Permata Hijau dalam program Health Talk yang disiarkan langsung di Instagram @idntimes pada Kamis (25/7/2024).

1. Faktor penyebab

ilustrasi anak demam (pixabay.com/@Vika_Glitter)

Reaksi KIPI bisa bersifat ringan, seperti nyeri di lokasi suntikan atau demam ringan, hingga lebih serius meskipun kasusnya sangat jarang.

Dokter Gendis menekankan bahwa reaksi ini tidak serta-merta disebabkan oleh vaksin, malainkan faktor lain. Menurut pemaparannya, beberapa faktor penyebab KIPI termasuk:

  • Produk vaksin atau kualitas vaksin yang diberikan. 
  • Pemberian vaksin yang tidak tepat. Ini bisa berupa dosis vaksin atau waktu pemberian vaksin. 
  • Kecemasan orang tua atau anak. 
  • Faktor kebetulan. 

"'Kebetulan' ini jadi faktor yang paling berperan. Bisa saja reaksi terjadi karena penyuntikan, seperti demam atau ruam. Akan tetapi, mungkin anak tersebut sudah ada infeksi sebelumnya. Kebetulan saja anaknya setelah itu diberikan vaksin," jelas dr. Gendis. 

Oleh karena itu, reaksi tersebut harus dipastikan lagi apakah itu KIPI atau kondisi lain yang sudah ada. 

2. Gejala umum

ilustrasi demam (unsplash.com/Julian Hochgesang)

Setelah imunisasi anak, dokter akan melihat apakah ada reaksi dalam 15 menit. Jika tidak ada, maka orang tua harus mewaspadai beberapa gejala yang mungkin muncul setelah vaksinasi. 

Gejala umum yang sering terjadi termasuk demam ringan, kemerahan, atau bengkak di area suntikan, dan rasa lelah.

Salah satu obat bebas yang bisa diberikan adalah parasetamol jika dibolehkan oleh dokter.

"Pemberian parasetamol bisa diberikan apabila ada tren kenaikan suhu. Contohnya, jika anak suhu di atas 37,5 derajat Celcius dan mulai mencapai 38 derajat Celcius, itu bisa diberikan parasetamol," kata dr. Gendis.

"Kalau misalnya ada gejala kejang atau riwayat kejang demam yang disebabkan oleh suhu tinggi, itu juga bisa diberikan parasetamol untuk mencegah gejala tersebut," tambahnya.

3. Gejala yang harus diwaspadai

ilustrasi ruam (commons.wikimedia.org/CDC/Dr. Heinz F. Eichenwald)

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai dan harus segera mendapatkan perhatian medis. Ini meliputi gejala alergi yang berat, seperti gatal di seluruh tubuh, sesak napas, diare hebat, demam yang naiknya cepat, peningkatan suhu sampai 40 derajat Celcius, dan kejang. 

Jika gejala-gejala tersebut terjadi, anak perlu dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) sesegera mungkin. 

 "Kita untuk KIPI itu ada tim dari Komnas KIPI. Jadi ayah dan bunda jangan ragu untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat," jelas dr. Gendis.  

Tak hanya itu, kalau anak tidak bisa makan atau minum akibat reaksi dari vaksin, anak juga harus dibawa ke IGD. Begitu pula jika anak sudah diberikan parasetamol namun tidak ada respons.

"Terus kalau anak diberikan parasetamol setiap 4 jam, tidak ada respons, itu harus segera dibawa ke IGD juga," tambahnya.  

Mengamati reaksi tubuh setelah vaksinasi adalah langkah bijak dalam memastikan keselamatan anak. Jika gejala yang muncul mengkhawatirkan atau tidak membaik, segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak. Dengan penanganan yang tepat dan cepat, potensi efek samping serius dapat dicegah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Rifki Wuda Sudirman
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us