Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Leher Tebal Bisa Menandakan Masalah Kesehatan Tersembunyi

ilustrasi leher (unsplash.com/Luiz Rogério Nunes)
ilustrasi leher (unsplash.com/Luiz Rogério Nunes)
Intinya sih...
  • Lingkar leher bisa menjadi indikator kesehatan, tidak hanya IMT atau rasio pinggang-pinggul.
  • Orang dengan lingkar leher lebih besar cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit serius seperti penyakit jantung, diabetes, dan sleep apnea obstruktif.
  • Ukuran lingkar leher di atas ambang batas risiko dapat meningkatkan angka kematian dan rawat inap. Kabar baiknya, ini bisa diubah dengan gaya hidup sehat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Selama ini dokter mengandalkan pengukuran seperti indeks massa tubuh (IMT) dan rasio pinggang-pinggul untuk menilai risiko kesehatan. Namun, studi mulai menyoroti indikator lain yang tak kalah penting, yaitu lingkar leher.

Leher yang tebal mungkin memberi kesan kuat, layaknya atlet atau binaragawan, tetapi sejumlah studi menunjukkan bahwa kondisi ini bisa menjadi tanda masalah kesehatan serius.

IMT yang menghitung perbandingan berat dan tinggi tubuh untuk memperkirakan kadar lemak memang sering digunakan, tetapi tidak selalu memberi gambaran utuh. Seorang binaragawan kompetitif bisa saja memiliki IMT tinggi, tetapi tidak tergolong obesitas. Di sinilah pengukuran lingkar leher menawarkan wawasan tambahan.

Mengapa lingkar leher bisa menjadi indikator kesehatan?

Riset menunjukkan bahwa orang dengan lingkar leher lebih besar cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai penyakit serius. Hubungannya ada pada distribusi lemak tubuh, khususnya di bagian atas tubuh. Lemak di area ini melepaskan asam lemak ke dalam darah, yang dapat mengganggu cara tubuh mengatur kolesterol, gula darah, dan irama jantung. Dengan kata lain, lingkar leher dapat menjadi cerminan lemak viseral, yaitu lemak berbahaya yang menyelimuti organ dalam.

Bukti yang mengaitkan lingkar leher dengan penyakit cukup kuat. Orang dengan leher lebih tebal menunjukkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk hipertensi, fibrilasi atrium, hingga gagal jantung.

Fibrilasi atrium sendiri sangat berbahaya karena menyebabkan detak jantung tidak teratur, memicu pembentukan bekuan darah, dan meningkatkan risiko stroke. Jika berlanjut, kondisi ini bisa berkembang menjadi gagal jantung.

Selain itu, lingkar leher yang besar juga berkorelasi dengan penyakit jantung koroner, kondisi ketika pembuluh darah utama menuju jantung menyempit sehingga aliran darah kaya akan oksigen terganggu.

Tidak hanya masalah jantung, lingkar leher besar juga meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional pada ibu hamil. Diabetes bisa menimbulkan komplikasi serius dalam jangka panjang, seperti kerusakan penglihatan hingga amputasi.

Masalah tidur pun tidak luput. Leher tebal dikaitkan dengan sleep apnea obstruktif, kondisi henti napas berulang kali selama tidur. Gangguan ini menyebabkan rasa kantuk ekstrem pada siang hari, membebani jantung, dan meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas karena kelelahan.

Jadi, seberapa besar lingkar leher yang dianggap berisiko? Bagi laki-laki, 17 inci (43 cm) atau lebih, dan bagi perempuan 14 inci (35,5 cm) atau lebih. Yang mengejutkan, risiko ini tetap ada bahkan pada orang dengan IMT normal. Artinya, meski berat badan terlihat sehat, tetapi seseorang tetap bisa menghadapi risiko penyakit jika ukuran leher melebihi ambang tersebut. Setiap tambahan satu sentimeter di atas angka tersebut dikatakan berkaitan dengan meningkatnya angka kematian dan rawat inap.

Cara mengukur lingkar leher dan apa yang perlu dilakukan?

ilustrasi leher (freepik.com/freepik)
ilustrasi leher (freepik.com/freepik)

Jika lingkar lehermu melampaui batas risiko, tidak perlu langsung khawatir, tetapi jangan mengabaikannya juga. Lingkar leher hanyalah satu bagian dari gambaran kesehatan secara keseluruhan, tetapi bisa memberi petunjuk yang kerap terlewat.

Kabar baiknya, ukuran lingkar leher bisa berubah dengan bantuan gaya hidup sehat. Olahraga kardio dan/atau latihan beban dapat membantu mengurangi lemak tubuh bagian atas. Tidur berkualitas mendukung metabolisme dan pemulihan. Sementara pola makan seimbang yang kaya akan kacang-kacangan, buah, dan sayuran memberikan nutrisi penting tanpa kalori berlebih.

Cara mengukurnya pun sederhana. Cukup lilitkan pita ukur di bagian leher yang paling ramping, pastikan menempel namun tidak terlalu ketat. Dalam hitungan detik, kamu bisa mendapat gambaran tentang risiko kesehatan yang mungkin tidak terlihat dari luar.

Lingkar leher memang bukan pengganti pemeriksaan kesehatan lain, tetapi bisa menjadi alat tambahan yang bermanfaat untuk memahami kondisi kardiovaskular dan metabolisme.

Referensi

S. Czernichow et al., “Body Mass Index, Waist Circumference and Waist–hip Ratio: Which Is the Better Discriminator of Cardiovascular Disease Mortality Risk? Evidence From an Individual‐participant Meta‐analysis of 82 864 Participants From Nine Cohort Studies,” Obesity Reviews 12, no. 9 (April 27, 2011): 680–87, https://doi.org/10.1111/j.1467-789x.2011.00879.x.

"Your Neck Size Could Be a Signal For Hidden Health Problems." Science Alert. Diakses Agustus 2025.

Sylvia Santosa and Michael D. Jensen, “Why Are We Shaped Differently, and Why Does It Matter?,” AJP Endocrinology and Metabolism 295, no. 3 (May 20, 2008): E531–35, https://doi.org/10.1152/ajpendo.90357.2008.

Weijie Cao et al., “Change of Neck Circumference in Relation to Visceral Fat Area: A Chinese Community-based Longitudinal Cohort Study,” International Journal of Obesity 46, no. 9 (June 7, 2022): 1633–37, https://doi.org/10.1038/s41366-022-01160-w.

Christopher A. Pumill et al., “Neck Circumference and Cardiovascular Outcomes: Insights From the Jackson Heart Study,” American Heart Journal 212 (March 8, 2019): 72–79, https://doi.org/10.1016/j.ahj.2019.03.001.

Nesheiwat Z, Goyal A, Jagtap M. Atrial Fibrillation. [Updated 2023 Apr 26]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526072/.

Julia R. Berian and Edward H. Livingston, “Preventing Stroke in People With Atrial Fibrillation,” JAMA 314, no. 3 (July 21, 2015): 310, https://doi.org/10.1001/jama.2015.6779.

Guangxiao Li et al., “Neck Circumference as an Additional Predictor of Cardiovascular Disease Mortality: A Multi-center Prospective Population-based Study in Northeastern China,” Preventive Medicine 180 (January 14, 2024): 107859, https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2024.107859.

Dandan Li et al., “Association Between Neck Circumference and Diabetes Mellitus: A Systematic Review and Meta-analysis,” Diabetology & Metabolic Syndrome 15, no. 1 (June 21, 2023), https://doi.org/10.1186/s13098-023-01111-z.

Xiaojing Li et al., “Correlation Between Neck Circumference and Gestational Diabetes,” Diabetes Metabolic Syndrome and Obesity Volume 16 (December 1, 2023): 4179–85, https://doi.org/10.2147/dmso.s439413.

Mustafa Yenigün, “Neck Circumference. Metabolic Syndrome and Obstructive Sleep Apnea Syndrome; Evaluation of Possible Linkage,” Medical Science Monitor 19 (January 1, 2013): 111–17, https://doi.org/10.12659/msm.883776.

Valeria Luzzi et al., “Correlations of Obstructive Sleep Apnea Syndrome and Daytime Sleepiness With the Risk of Car Accidents in Adult Working Population: A Systematic Review and Meta-Analysis With a Gender-Based Approach,” Journal of Clinical Medicine 11, no. 14 (July 8, 2022): 3971, https://doi.org/10.3390/jcm11143971.

Jelena Kornej et al., “Neck Circumference and Risk of Incident Atrial Fibrillation in the Framingham Heart Study,” Journal of the American Heart Association 11, no. 4 (February 12, 2022), https://doi.org/10.1161/jaha.121.022340.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us