Lelaki Ini Kena Stroke akibat Minum Minuman Energi 8 Kaleng Sehari

- Konsumsi minuman energi berlebihan dapat berkaitan dengan peningkatan tekanan darah dan risiko stroke, terutama jika berlangsung terus-menerus.
- Kandungan kafein minuman energi sering kali lebih tinggi dari yang disadari, termasuk dari sumber kafein “tersembunyi” seperti guarana.
- Menghentikan konsumsi minuman energi dapat memperbaiki tekanan darah, bahkan memungkinkan pengurangan obat pada sebagian kasus.
Bagi seorang laki-laki paruh baya asal Inggris ini, minuman energi adalah bagian dari rutinitas harian. Delapan kaleng sehari dianggapnya wajar, bahkan membantunya tetap terjaga dan produktif. Ia tidak pernah benar-benar memikirkan risikonya. Seperti banyak orang lain, ia menganggap minuman tersebut aman karena dijual bebas.
Namun suatu hari, tubuhnya memberi sinyal yang tak lagi bisa ia abaikan. Ia mendatangi unit gawat darurat dengan gejala stroke. Saat diperiksa, tekanan darah sistoliknya berada di level krisis hipertensi, tentunya angka yang sudah jauh melampaui batas aman.
Pemeriksaan lanjutan menunjukkan adanya bekuan darah di otak, menandai terjadinya stroke iskemik (jenis stroke yang terjadi ketika aliran darah ke otak terhenti atau berkurang karena adanya sumbatan pada pembuluh darah) ringan. Obat-obatan memang membantu menurunkan tekanan darahnya, dan ia diperbolehkan pulang setelah tiga hari. Akan, kisah ini belum berakhir untuk lelaki tersebut.
Asupan kafein dalam jumlah sangat tinggi yang tidak disadari
Beberapa bulan setelah kejadian itu, tekanan darahnya kembali naik, meski dosis obat sudah ditingkatkan. Baru setelah dokter menggali lebih dalam, akhirnya kebiasaan konsumsi minuman laki-laki tersebut terungkap. Delapan kaleng per hari berarti hingga 1,3 gram kafein, yang mana jumlah tersebut lebih dari tiga kali lipat batas aman harian yang direkomendasikan, sekitar 400 mg.
Minuman energi memang dikenal bisa meningkatkan tekanan darah dalam jangka pendek. Yang menjadi kekhawatiran para ahlu adalah dampaknya jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka panjang. Apalagi, kandungan kafein dalam minuman energi tidak selalu sesederhana yang tertulis di label kemasan.
Selain “kafein murni”, bahan lain seperti guarana juga menyumbang kafein tersembunyi, bahkan dengan konsentrasi yang bisa lebih tinggi dibanding biji kopi. Apa dampak akumulatifnya bagi pembuluh darah dan otak masih belum sepenuhnya dipahami.
Dalam kasus ini, hubungan sebab-akibat memang tidak bisa dipastikan secara mutlak. Namun, fakta bahwa tekanan darah pasien kembali stabil setelah berhenti total dari minuman energi membuat para dokter tak bisa mengabaikannya.
Dampak jangka panjang dan peringatan penting

Delapan tahun setelah stroke pertamanya, laki-laki tersebut hampir sepenuhnya pulih. Ia sudah tidak lagi membutuhkan obat hipertensi. Meski begitu, sensasi baal di sisi kiri tubuh, dari tangan hingga kaki, masih tersisa sebagai pengingat permanen.
Bagi tim dokter yang melaporkan kasus ini, pesannya cukup jelas. Konsumsi minuman energi, baik akut maupun kronis, berpotensi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan stroke. Kabar baiknya, dampak tersebut mungkin bisa diperbaiki jika kebiasaan tersebut segera dihentikan.
Para peneliti juga menyoroti pentingnya regulasi yang lebih ketat terhadap penjualan dan iklan minuman energi, terutama karena produk ini sering menyasar usia muda. Mereka menyarankan tenaga kesehatan untuk secara aktif menanyakan konsumsi minuman energi pada pasien dengan hipertensi yang tidak jelas penyebabnya atau stroke pada usia relatif muda.
Kasus ini bukan sekadar tentang satu orang, melainkan pengingat bahwa kebiasaan kecil yang diulang setiap hari bisa meninggalkan dampak serius pada tubuh.


















