“Shark fin soup has been eaten for centuries, though the practice is controversial.” South Carolina Aquarium. Diakses Oktober 2025.
“Ending shark finning”. Marine Stewardship Council (MSC). Diakses Oktober 2025.
“How does toxic mercury get into fish?”. Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI). Diakses Oktober 2025.
“So where does all that mercury in fish come from?”. FoodPrint. Diakses Oktober 2025.
“Arsenic poisoning”. Iowa Department of Public Health / HHS Iowa. Diakses Oktober 2025.
Maciel OLC, Lima VFM, Silva GN, de Oliveira Godoy JM, Machado W, Hauser-Davis RA. A global survey on total arsenic concentrations in sharks. Environ Monit Assess. 2025 Mar 20;197(4):444.
“The dangers of eating shark meat”. Keiko Conservation. Diakses Oktober 2025.
“Arsenic”. World Health Organization (WHO). Diakses Oktober 2025.
Mengapa Ikan Hiu Tidak Boleh Dimakan? Kandungan Merkuri Jadi Alasan

Selama ini, hiu dikenal sebagai ikan ganas penguasa lautan. Jangankan ikan-ikan atau makhluk laut, manusia pun ogah kalau berhadapan dengan ikan satu ini. Membahas soal ikan hiu, pernahkah kamu membayangkan ikan ini sebagai makanan? Kebanyakan dari kita pasti akan menjawab tidak. Kedengarannya memang aneh, bukan?
Ikan hiu memang bukan ikan yang umum dikonsumsi. Meski tidak ada negara yang benar-benar menetapkan larangan mengenai hal ini, tetapi penangkapan dan konsumsi ikan hiu secara luas dikhawatirkan dapat menyebabkan kelangkaan dan mendorong spesies ikan ini di ambang kepunahan. Namun kepunahan bukan satu-satunya penyebab kita sebaiknya tidak mengonsumsi ikan satu ini. Jadi mengapa ikan hiu tidak boleh dikonsumsi? Ternyata ini alasannya!
1. Praktik pemotongan sirip yang dinilai kejam

Jika kebanyakan ikan diambil dagingnya, sirip justru menjadi bagian paling berharga dari tubuh ikan hiu. Di era kekaisaran China, sirip ikan hiu diolah menjadi sup dan disajikan untuk para kaisar, dalam berbagai acara jamuan makan mewah. Selain menjadi simbol status sosial, konsumsi sirip ikan hiu juga dipercaya dapat menghambat penuaan dan mengobati berbagai penyakit. Nyatanya dibalik semangkuk hidangan mewah, terdapat praktik yang kejam.
Dilansir SC Aquarium, untuk mendapatkan sirip ikan hiu, para nelayan akan menangkap ikan hiu, lalu memotong sirip ikan tersebut dalam keadaan hidup. Namun karena tubuhnya dianggap memakan banyak tempat di kapal, para nelayan kemudian membuang hiu yang sudah termutilasi ini begitu saja ke lautan. Hiu yang kehilangan sirip, tidak lagi bisa berenang, kehabisan darah, dan akhirnya mati tenggelam. Kabar baiknya, sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Australia, hingga Uni Eropa melarang pemotongan dan konsumsi sirip ikan hiu untuk melindungi hiu dari kepunahan.
2. Hiu merupakan salah satu ikan dengan kandungan multimerkuri tertinggi

Selama ini, konsumsi ikan dianggap sehat. Namun beda ceritanya kalau yang kamu konsumsi adalah daging ikan hiu. Hiu sama seperti spesies ikan besar lainnya, memiliki kandungan merkuri yang tinggi. Kenapa demikian?
Dilansir Woods Hole Oceanographic Institution, lautan sendiri mengandung merkuri dalam jumlah tinggi. Sebagian kecil merkuri berasal dari hasil letusan gunung api, tetapi sepertiga lainnya justru berasal dari pembakaran bahan fosil, limbah industri, dan aktivitas manusia lainnya. Di lautan, bakteri mengubah merkuri menjadi zat berbahaya yang dikenal dengan multimerkuri.
Multimerkuri inilah yang kemudian diserap oleh makhluk laut, termasuk ikan hiu. Mengingat hiu adalah puncak rantai makanan, kadar multimerkuri yang di dalam tubuhnya akan jadi lebih besar karena ia bukan hanya menyerapnya dari lautan, tetapi juga mendapatkannya dari ikan-ikan kecil yang jadi santapannya. Bayangkan saja, setiap kilogram daging ikan hiu mengandung 0,77 µg merkuri. Jumlah ini sekilas terlihat sedikit, tetapi namanya zat beracun akan tetap berbahaya meski hanya sedikit.
3. Gak hanya merkuri, daging hiu juga mengandung arsenik

Jika kamu beranggapan bahwa merkuri jadi satu-satunya zat berbahaya yang ada di tubuh hiu, maka kamu salah besar. Pasalnya selain merkuri, hiu juga mengandung arsenik dalam kadar yang tinggi, terutama pada jaringan otot dan hati hiu. Dilansir IOWA, arsenik sebetulnya merupakan unsur alami yang tersebar luas di lapisan kerak bumi. Di lingkungan, arsenik berinteraksi dengan oksigen, dan sulfur dan mengubahnya menjadi arsenik anorganik yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
Sementara pada hewan dan tumbuhan, arsenik akan bereaksi dengan karbon dan hidrogen yang kemudian membentuk arsenik organik, yang meski gak seberbahaya versi anorganiknya, arsenik organik tetap memberikan efek buruk bagi tubuh manusia. Pada hiu, konsentrasi arseniknya berkisar antara 0,14 hingga 152,20 mg per kilogram berat basah, tergantung pada spesiesnya. Di mana arsenik anorganik memiliki kadar 0,6 hingga 5 persen, sedangkan arsenik organik berkisar antara 85 hingga 98 persen.
4. Konsumsi daging hiu dapat menyebabkan penyakit mematikan

Dengan kandungan multimerkuri dan arsenik yang tinggi, daging hiu jelas masuk dalam kategori berbahaya. Bagaimana tidak, dilansir Keiko Conservation, multimerkuri sendiri dikenal sebagai salah satu racun paling berbahaya bagi manusia, kandungan multimerkuri pada tubuh dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius seperti kerusakan sistem saraf pusat, masalah memori, kerusakan otak, kerusakan ginjal, hingga kanker.
Pada ibu hamil terutama, multimerkuri dapat menyebabkan cacat lahkrserius, hingga kerusakan sistem saraf pusat pada bayi dalam kandungan. Sedangkan arsenik anorganik dapat menyebabkan kerusakan pada sejumlah organ penting seperti hati, paru-paru, dan ginjal. Arsenik anorganik bahkan bisa memicu terjadinya serangan jantung, kanker, stroke, dan kematian.
Ikan hiu memang kerap kali disajikan di berbagai restoran, biasanya restoran kelas atas di berbagai negara. Namun ada baiknya kalau kita menghindari konsumsi ikan hiu. Meski porsinya kecil, konsumsi daging ikan ini bisa memicu berbagai kondisi serius, termasuk keracunan makanan.
Referensi