Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tanda Autisme pada Bayi, Jangan Diabaikan

ilustrasi bayi (pexels.com/Laura Garcia)
ilustrasi bayi (pexels.com/Laura Garcia)
Intinya sih...
  • Pada bayi dengan autisme, kontak mata sering kali lebih jarang terjadi dibanding bayi pada umumnya. Ini bisa menjadi salah satu tanda awal yang patut diperhatikan.
  • Bayi mungkin tidak bereaksi ketika namanya disebut, seolah-olah tidak mendengar atau tidak mengenali panggilan itu.
  • Banyak anak dengan autisme menunjukkan perbedaan atau hambatan dalam perkembangan bahasa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Autisme adalah gangguan neurologis dan perkembangan yang kompleks, yang dapat memengaruhi keterampilan sosial, proses belajar, serta kemampuan berkomunikasi. Autism spectrum disorder (ASD) atau gangguan spektrum autisme sebenarnya sudah ada sejak lahir, tetapi sering kali baru terdiagnosis beberapa tahun kemudian, ketika anak mulai tumbuh. Meski begitu, para ahli telah menemukan sejumlah tanda awal autisme yang bisa dikenali bahkan sejak bayi.

Kenapa mengetahui tanda autisme sejak bayi penting? Karena makin cepat dikenali, makin cepat pula anak bisa mendapatkan dukungan dan intervensi yang tepat. Beberapa orang tua mulai menyadari tanda-tanda awal autisme ketika bayi mereka berusia 6 hingga 12 bulan, bahkan kadang lebih awal.

Setiap bayi memang berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Namun, bayi dengan autisme biasanya lebih lambat mencapai tonggak perkembangan tertentu, atau bahkan melewatkannya sama sekali. Misalnya, ada bayi yang tidak menunjukkan komunikasi melalui suara atau gerakan tubuh, atau tidak merespons stimulasi sosial sebagaimana bayi pada umumnya.

Perlu dicatat, tanda-tanda ini bukan tanda pasti autisme, hanya petunjuk awal yang digunakan oleh dokter anak untuk menentukan apakah bayi perlu dievaluasi lebih lanjut.

1. Kontak mata yang lebih jarang

Sejak usia sangat dini, bayi sudah mulai membangun “bahasa” pertamanya, yaitu melalui tatapan mata. Umumnya, pada usia sekitar 2 bulan, sebagian besar bayi sudah mampu menemukan wajah orang di sekitarnya dan menatap mata mereka cukup lama. Kontak mata inilah yang menjadi cara bayi belajar mengenali dunia sekaligus menjalin ikatan emosional dengan pengasuhnya.

Namun, pada bayi dengan autisme, kontak mata sering kali lebih jarang terjadi dibanding bayi pada umumnya. Ini bisa menjadi salah satu tanda awal yang patut diperhatikan.

Selain itu, ada pula hal yang disebut joint attention atau “perhatian bersama”, ini terjadi ketika bayi atau balita menolehkan pandangannya bolak-balik antara sebuah objek dan orang di dekatnya. Misalnya, saat bayi melihat mainan, lalu kembali menoleh ke arah orang tuanya, seolah berkata, “Lihat, aku menemukan sesuatu!” Momen kecil ini adalah cara anak membangun koneksi sosial dan berbagi pengalaman.

Jika anak tidak dapat menunjukkan itu, atau mengalami keterlambatan dalam kemampuan joint attention, maka itu bisa menjadi salah satu indikator risiko autisme.

2. Tidak menanggapi saat namanya dipanggil

Sejak usia sekitar 6 bulan, sebagian besar bayi sudah mampu merespons saat namanya dipanggil, apalagi jika sumber suaranya adalah ibunya. Namun, bayi dengan autisme sering menunjukkan pola yang berbeda. Mereka mungkin tidak bereaksi ketika namanya disebut, seolah-olah tidak mendengar atau tidak mengenali panggilan itu. Penting dipahami bahwa hal ini tidak bisa dinilai hanya dari satu atau dua kali kejadian.

Jika seorang bayi jarang, atau bahkan hampir tidak pernah, merespons namanya hingga usia 9 bulan, kondisi tersebut bisa menjadi salah satu tanda awal risiko autisme.

3. Jarang menggunakan gestur

ilustrasi bayi (pexels.com/Edwin Ariel Valladares)
ilustrasi bayi (pexels.com/Edwin Ariel Valladares)

Sebelum bisa bicara, salah satu cara bayi berkomunikasi adalah dengan gestur, seperti menunjuk, melambai, atau mengulurkan tangan untuk menyampaikan keinginan sekaligus membangun koneksi dengan orang-orang terdekat. Namun, bayi dan anak dengan autisme cenderung jauh lebih jarang menggunakan gestur dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.

Secara umum, pada usia 12 bulan, sebagian besar bayi sudah bisa mengikuti arah pandangan atau jari yang ditunjukkan pengasuhnya. Pada usia 15 bulan, mereka biasanya mulai menunjuk benda yang tidak terjangkau, seolah berkata, “Aku mau itu!”. Lalu, ketika menginjak usia 18 bulan, mereka tidak hanya menunjuk benda yang menarik, tetapi juga menoleh kembali ke arah orang tua atau pengasuhnya—berusaha berbagi pengalaman dan rasa ingin tahu.

Anak dengan autisme sering kali tidak menunjukkan tonggak perkembangan ini. Minimnya gestur bisa menjadi salah satu tanda awal yang mengindikasikan adanya hambatan dalam perkembangan sosial dan komunikasi.

4. Ekspresi wajah yang terbatas

Sejak awal kehidupannya, bayi sebenarnya sudah memiliki cara unik untuk berkomunikasi. Bayi menyampaikan rasa senang, sedih, atau marah melalui ekspresi wajah—senyum kecil, cemberut, atau tangisan. Inilah bahasa pertama mereka sebelum bisa mengoceh.

Namun, penelitian menunjukkan, ketika anak-anak dengan autisme memasuki usia sekolah, mereka cenderung menampilkan lebih sedikit ekspresi wajah dibandingkan teman sebaya yang tidak memiliki autisme. Hal ini membuat komunikasi emosi mereka tampak lebih terbatas.

5. Keterlambatan bahasa ataupun ucapan dan regresi

Salah satu tanda yang paling sering muncul pada autisme adalah keterlambatan bicara. Banyak anak dengan autisme menunjukkan perbedaan atau hambatan dalam perkembangan bahasa.

Menariknya, sebagian anak mungkin tampak mencapai tonggak perkembangan bahasa dengan normal saat bayi dan balita. Mereka mulai mengucapkan kata-kata pertama, tampak berkembang seperti anak lain, lalu secara perlahan mengalami regresi, biasanya ketika memasuki usia prasekolah. Regresi ini bisa terjadi di rentang usia 15–24 bulan, ketika kemampuan bahasa yang sebelumnya ada mulai berkurang atau hilang.

Setiap bayi dan balita memang belajar berbicara dengan waktu yang berbeda-beda. Namun, jika anak belum mulai mengucapkan kata apa pun pada usia 16 bulan, sangat disarankan untuk menjalani skrining autisme.

6. Minat yang berulang dan intens

ilustrasi anak-anak sedang bermain (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak-anak sedang bermain (pexels.com/cottonbro studio)

Anak kecil yang didiagnosis autisme mungkin memiliki minat yang kuat pada objek atau mainan tertentu, misalnya selalu bermain dengan mobil atau boneka. Mereka juga menunjukkan perilaku berulang, misalnya melepas dan memasang pakaian boneka berulang kali.

Anak dengan autisme juga berinteraksi dengan mainan dan benda dengan cara yang tidak terduga, seperti menyusun benda atau menumpuk mainan. Mereka juga sangat tertarik pada aktivitas tertentu dan merasa kesal jika mereka tidak dapat melakukan aktivitas tersebut.

Autisme adalah suatu kondisi perkembangan, dan ada kemungkinan bayi memiliki autisme. Makin cepat autisme ditangani, maka makin cepat anak menerima dukungan yang diperlukan. Siapa pun yang melihat tanda autisme pada bayi yang dirawatnya harus berkonsultasi dengan dokter anak.

Referensi

"Autism Spectrum Disorder: Communication Problems in Children." National Institute on Deafness and Other Communication Disorders. Diakses September 2025.

"Recognizing the Early Signs of Autism in Babies." Parents. Diakses September 2025.

Warren Jones and Ami Klin, “Attention to Eyes Is Present but in Decline in 2–6-month-old Infants Later Diagnosed With Autism,” Nature 504, no. 7480 (November 6, 2013): 427–31, https://doi.org/10.1038/nature12715.

"Signs of Autism in Babies." Verywell Health. Diakses September 2025.

Yuko Okumura, Tessei Kobayashi, and Shoji Itakura, “Eye Contact Affects Object Representation in 9-Month-Old Infants,” PLoS ONE 11, no. 10 (October 24, 2016): e0165145, https://doi.org/10.1371/journal.pone.0165145.

"3 Early Signs of Autism Spectrum Disorder (ASD)." American Academy of Pediatrics. Diakses September 2025.

Masahiro Imafuku et al., “‘Mom Called Me!’ Behavioral and Prefrontal Responses of Infants to Self-names Spoken by Their Mothers,” NeuroImage 103 (August 29, 2014): 476–84, https://doi.org/10.1016/j.neuroimage.2014.08.034.

Meghan Miller et al., “Response to Name in Infants Developing Autism Spectrum Disorder: A Prospective Study,” The Journal of Pediatrics 183 (February 3, 2017): 141-146.e1, https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2016.12.071.

Carly Veness et al., “Predicting Autism Diagnosis by 7 Years of Age Using Parent Report of Infant Social Communication Skills,” Journal of Paediatrics and Child Health 50, no. 9 (June 9, 2014): 693–700, https://doi.org/10.1111/jpc.12614.

Alessandra Sansavini et al., “Low Rates of Pointing in 18-Month-Olds at Risk for Autism Spectrum Disorder and Extremely Preterm Infants: A Common Index of Language Delay?,” Frontiers in Psychology 10 (October 9, 2019), https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.02131.

T. Guha et al., "On quantifying facial expression-related atypicality of children with Autism Spectrum Disorder," 2015 IEEE International Conference on Acoustics, Speech and Signal Processing (ICASSP), South Brisbane, QLD, Australia, 2015, pp. 803-807, doi: 10.1109/ICASSP.2015.7178080.

"Autism: what is it?" Raising Children Network. Diakses September 2025.

Eve Sauer LeBarton and Rebecca J. Landa, “Infant Motor Skill Predicts Later Expressive Language and Autism Spectrum Disorder Diagnosis,” Infant Behavior and Development 54 (December 14, 2018): 37–47, https://doi.org/10.1016/j.infbeh.2018.11.003.

Alessandra Sansavini et al., “Low Rates of Pointing in 18-Month-Olds at Risk for Autism Spectrum Disorder and Extremely Preterm Infants: A Common Index of Language Delay?,” Frontiers in Psychology 10 (October 9, 2019), https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.02131.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Nuruliar F
3+
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us

Latest in Health

See More

Seberapa Cepat Rabies Menular setelah Gigitan? Ini Faktanya!

22 Sep 2025, 08:06 WIBHealth