Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Pseudoseizure, Kejang yang Dipicu oleh Masalah Psikologis

unsplash.com/Yuris Alhumaydy

Fenomena kejang tidak selalu dikaitkan dengan epilepsi, yaitu gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang abnormal. Ada yang namanya pseudoseizure, yaitu kejang yang terjadi akibat masalah psikologis seperti stres mental parah.

Dilansir Cleveland Clinic, pseudoseizure dikatakan cukup umum terjadi. Menurut Epilepsy Foundation, diperkirakan 20 persen pasien yang dirujuk ke pusat epilepsi mengalami kejang non epilepsi.

Penasaran dengan jenis kejang ini? Simak pembahasannya berikut ini.

1. Pseudoseizure juga disebut sebagai psychogenic nonepileptic seizures (PNES)

pexels.com/Kat Jayne

Terdapat jenis kejang dengan kisaran ringan hingga parah. Kejang umumnya terbagi dalam kategori yakni epilepsi dan non epilepsi, termasuk di dalamnya fenomena pseudoseizure.

Meskipun pseudoseizure berbeda dari epilepsi, tetapi gejala yang ditunjukkan hampir mirip. Dilansir Healthline dan Medical News Today, orang-orang yang mengalami pseudoseizure kemungkinan akan menampakkan gejala di bawah ini:

  • Otak menjadi tersentak, kaku, dan kejang;
  • Hilang kesadaran;
  • Hilang perhatian;
  • Kebingungan;
  • Jatuh;
  • Kejang;
  • Tatapan kosong;
  • Kurang kesadaran akan lingkungan sekitar.

Orang yang mengalami pseudoseizure sering kali juga memiliki masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, tidak jarang penderitanya menunjukkan gejala penyerta yang berkaitan dengan trauma atau gangguan mental.

2. Berbagai kemungkinan penyebab pseudoseizure

unsplash.com/Abbie Bernet

Pseudoseizure yang menjadi manifestasi fisik akibat masalah psikologis umumnya lebih sering dialami oleh perempuan ketimbang laki-laki.

Sebuah studi dalam jurnal “Epilepsy Currents” tahun 2003 mencoba memaparkan kemungkinan penyebab pseudoseizure yang tampaknya cukup beragam.

Peristiwa traumatis seperti konflik keluarga, pelecehan seksual, pelecehan fisik, masalah dalam manajemen amarah, serangan panik, dan kegelisahan dapat menjadi kontributor seseorang mengembangkan pseudoseizure.

Selain itu, gangguan seperti psikosis (skizofrenia), gangguan afektif, gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan disosiatif, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan kepribadian, dan gangguan attention deficit hyperactivity (ADHD) juga memengaruhi kemunculan pseudoseizure.

Trauma yang melibatkan kepala hingga penyalahgunaan obat-obatan terlarang juga termasuk dalam kemungkinan penyebab pseudoseizure.

3. Diagnosis pseudoseizure

unsplash.com/Andrew Neel

Karena gejalanya mirip epilepsi, awam mungkin mengira pseudoseizure adalah epilepsi. Faktanya, dua kondisi tersebut memiliki perbedaan mendasar.

Tenaga medis ahli seperti psikiater dan ahli saraf sangat diperlukan untuk membantu mendiagnosis masalah yang diduga berkaitan dengan pseudoseizure.

Seorang psikiater akan membantu pasien dalam menentukan masalah psikologis yang menyebabkan kejang. Sementara itu, ahli saraf dapat menerapkan tes khusus seperti electroencephalogram (EEG) untuk mengetahui apakah ada masalah di bagian otak tertentu.

4. Langkah pengobatan untuk penderita pseudoseizure

unsplash.com/Stacey Gabrielle Koenitz Rozells

Bila sudah terdiagnosis pseudoseizure, maka langkah selanjutnya adalah pengobatan dan perawatan yang bergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Beberapa metode penanganan yang dapat direkomendasikan oleh dokter di antaranya adalah terapi perilaku kognitif, terapi perilaku (relaksasi), konseling individu, konseling keluarga, dan desensitisasi gerakan mata dan pemrosesan ulang (EMDR).

Selain itu, obat-obatan tertentu seperti antidepresan dan obat untuk masalah psikologis lainnya yang mendasari mungkin akan diresepkan dokter.

Dalam konteks pengobatan, selain dokter, intervensi dari psikiater, psikolog, dan pekerja sosial sangat dibutuhkan untuk membantu proses penyembuhan pasien dengan kejang non epilepsi ini.

5. Bisakah pseudoseizure dicegah?

unsplash.com/Dmitry Schemelev

Tampaknya pseudoseizure tidak secara langsung disembuhkan. Namun, mengambil tindakan untuk meminimalkan masalah kesehatan mental yang mendasari dapat dilakukan sebagai tindakan preventif.

Seseorang yang mengalami masa lalu kelam atau peristiwa traumatis sebaiknya berkonsultasi dengan ahli kejiwaan, lalu melakukan konseling atau terapi. Lewat sesi konsultasi tersebut, individu terkait akan mendapatkan dan mengembangkan cara untuk menghalau masalah psikis yang dapat mengembangkan pseudoseizure.

Pseudoseizure adalah kelainan kompleks yang sulit terdiagnosis dan disembuhkan. Kalau kamu mengalami kejang yang tidak berhubungan dengan epilepsi, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter agar penyebabnya segera diketahui dan kamu bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us