7 Faktor Ini Tingkatkan Risiko Kamu Kena Penyakit Arteri Perifer

Menurut laporan dalam Journal Heart, Lung and Circulation tahun 2018, penyakit arteri perifer atau peripheral artery disease (PAD) merupakan prediktor yang kuat dan serius dari kematian kardiovaskular, tetapi kurang diakui dan diobati.
Penyakit arteri perifer adalah penyempitan arteri perifer yang membawa darah dari jantung ke bagian tubuh lainnya. Penyakit ini memengaruhi pembuluh darah yang membuatnya menyempit sehingga membatasi aliran darah ke lengan, ginjal, perut, dan yang paling umum kaki. Kaki yang kekurangan pasokan darah akan terasa sakit, terutama saat berjalan.
Jika dibiarkan, penyakit arteri perifer dapat membuat pembuluh darah arteri menyempit. Kondisi ini bisa menimbulkan keluhan seperti kaki terasa dingin dan membiru, muncul luka di kaki yang tidak kunjung sembuh, hingga kaki menghitam dan membusuk. Kalau tidak segera ditangani, kondisi bisa memburuk dan menyebabkan kematian jaringan (gangren) sehingga berisiko diamputasi. Akan tetapi, kadang penyakit arteri perifer tidak menimbulkan gejala dan berkembang secara perlahan.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kita terkena penyakit arteri perifer. Apa saja? Simak sampai akhir, ya!
1. Obesitas

Mengutip Vein Health Clinics, obesitas meningkatkan risiko penyakit arteri perifer. Dalam istilah medis, itu berarti obesitas merupakan faktor risiko independen untuk penyakit arteri perifer. Terutama jika kelebihan berat badan di sekitar pinggang, risikonya akan lebih tinggi.
Dampak obesitas pada tubuh sangat kompleks yang melibatkan peningkatan berbagai hormon dan biokimia. Namun, salah satu faktor terbesar yang menghubungkan obesitas dengan penyakit arteri perifer adalah peradangan atau inflamasi.
Penyakit arteri perifer berkembang ketika kolesterol menempel pada dinding arteri. Plak kolesterol perlahan menumpuk dengan lebih banyak lemak dan zat lain sehingga menyebabkan kondisi yang disebut dengan aterosklerosis. Arteri sangat rentan terhadap peradangan. Peradanganlah yang akhirnya berkontribusi pada aterosklerosis.
Penting juga untuk diketahui bahwa obesitas dikaitkan dengan penyakit arteri perifer yang berkembang menjadi iskemia ekstremitas kritis. Menurunkan berat badan dapat menurunkan risiko penyakit arteri perifer, sehingga meningkatkan fungsi arteri dan mencegah iskemia ekstremitas kritis.
Penyakit arteri perifer yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, atau amputasi. Penting untuk pergi ke dokter jika mengalami gejala penyakit arteri perifer seperti nyeri kaki atau mati rasa.
2. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah mengukur kekuatan darah terhadap dinding arteri. Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat membahayakan arteri dan ini juga meningkatkan risiko terkena penyakit arteri perifer, seperti dijelaskan dalam laman Saint Luke's.
Penyakit arteri perifer adalah penyakit arteri di kaki yang menyebabkan aliran darah menjadi buruk. Jika kamu mengalami penyakit arteri perifer, kemungkinan arteri di bagian tubuh yang lainnya juga sakit. Ini menempatkan kamu pada risiko serangan jantung dan penyakit jantung lainnya yang lebih tinggi.
Tekanan darah yang tinggi membuat plak lebih mudah terbentuk. Plak terbuat dari kolesterol dan bahan lainnya ini bisa menumpuk di dinding arteri. Saat plak menumpuk, arteri bisa menyempit. Kondisi ini bisa membatasi aliran darah.
Kabar baiknya, tekanan darah tinggi bisa dikontrol dengan rutin olahraga, perubahan pola makan, gaya hidup sehat, dan obat-obatan dari dokter jika dibutuhkan.
3. Usia

Penyakit arteri perifer bisa berkembang pada usia berapa pun, tetapi risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, kebanyakan orang di Amerika Serikat yang mengalami kondisi ini berusia 65 tahun atau lebih.
Di seluruh dunia dunia, kelompok usia penyakit arteri perifer lebih muda, yaitu 45 hingga 49 tahun di negara-negara berpenghasilan rendah jika dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi.
4. Riwayat keluarga dan genetik

Ada riwayat keluarga dengan penyakit arteri perifer, penyakit jantung, stroke, atau penyakit pembuluh darah seperti beberapa jenis vaskulitis meningkatkan risiko penyakit arteri perifer. Para peneliti tengah mempelajari variasi gen yang tampaknya meningkatkan risiko penyakit arteri perifer atau bisa memperburuk penyakit.
Studi genetik telah menemukan bahwa variasi gen tertentu ditemukan pada berbagai jenis penyakit aterosklerotik, seperti penyakit arteri perifer, penyakit arteri karotis, dan penyakit jantung koroner. Contohnya adalah variasi gen yang ditemukan pada kelainan faktor V Leiden, mutasi gen spesifik yang mengarah pada peningkatan risiko penggumpalan darah.
5. Kelebihan kadar homosistein dalam darah

Homosistein adalah asam amino sulfhydril. Peningkatan kadar homosistein dalam darah telah dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan. Ketika kadar homosistein meningkat, itu dapat merusak pembuluh darah, saraf dan menyebabkan komplikasi lain seperti penyakit jantung, stroke, dan Alzheimer.
Peningkatan homosistein disebabkan oleh mutasi genetik, defisiensi vitamin B6, B12, dan B9, serta penyakit ginjal. Kekurangan asupan vitamin B6, B9, dan B12 dapat menyebabkan kadar homosistein dalam darah menjadi sangat tinggi karena vitamin B ini diperlukan untuk membantu memproses homosistein.
Kadar normal homosistein normal plasma adalah 5 sampai 15 mikromol per liter. Dilansir Healthline, peningkatan homosistein plasma lebih dari 15 mikromol per liter merupakan faktor risiko 47 persen terhadap penyakit arteri perifer.
6. Kolesterol tinggi

Kolesterol adalah zat lilin atau zat lemak yang ditemukan di dalam darah. Tubuh kita kolesterol untuk membangun sel-sel yang sehat di dalam tubuh, tetapi kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah bisa meningkatkan risiko penyakit arteri perifer.
Menurut Mayo Clinic, kondisi ini dapat mengembangkan timbunan lemak di pembuluh darah yang akhirnya endapan ini menumpuk sehingga mempersulit aliran darah yang cukup melalui arteri.
Terkadang, endapan lemak tersebut bisa pecah dan membentuk gumpalan yang menyebabkan serangan jantung dan stroke. Penyakit arteri perifer sendiri disebabkan karena penumpukan lemak di pembuluh darah.
Lakukan pemeriksaan kadar kolesterol darah melalui skrining kolesterol. Skrining kolesterol pertama dianjurkan dilakukan antara usia 9 dan 11 tahun, dan kemudian diulang setiap 5 tahun sekali.
Seseorang yang sudah menginjak usia 45 hingga 65 tahun untuk laki-laki dan 55 hingga 65 tahun untuk perempuan disarankan untuk melakukan cek kolesterol setiap 1 hingga 2 tahun sekali. Sementara itu, untuk laki-laki atau perempuan usia di atas 65 tahun harus menjalani tes kolesterol setiap tahun.
Apabila hasil tes tidak dalam rentang angka yang tidak sehat, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih sering.
7. Merokok

Penyakit arteri perifer terjadi ketika pembuluh darah menjadi lebih sempit dan aliran darah ke kaki dan tangan berkurang. Sel dan jaringan di dalam tubuh menjadi kekurangan oksigen ketika aliran darah berkurang.
Dalam kasus ekstrem, anggota tubuh yang terinfeksi terpaksa harus diamputasi. Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention, merokok adalah faktor risiko penyebab penyakit arteri perifer.
Bahan kimia dalam asap rokok menyebabkan sel-sel yang melapisi pembuluh darah
menjadi bengkak dan meradang. Ini bisa mempersempit pembuluh darah dan bisa
menyebabkan banyak kondisi kardiovaskular.
Rokok juga mengandung karbon monoksida dan nikotin. Nikotin dalam rokok memiliki dampak sebagai stimulan, yaitu mengeluarkan simpanan lemak dan kolesterol ke dalam darah. Selain merusak pembuluh darah, ini juga mempercepat terbentuknya plak kolesterol dalam pembuluh darah.
Jika plak sampai pecah, maka dapat menyumbat pembuluh darah koroner dan berakibat serangan jantung. Rokok akan mempercepat proses pengerasan dan penyempitan pada arteri hingga dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya penggumpalan darah sebesar dua sampai empat kali lebih tinggi.
Ketika terjadi penyumbatan dalam pembuluh darah arteri, maka jaringan tidak bisa memperoleh suplai oksigen dan nutrisi, sehingga jaringan dan sel dapat mati dalam hitungan menit. Seluruh pembuluh darah arteri rentan terhadap efek yang dapat ditimbulkan oleh rokok seperti penyempitan pembuluh darah hingga risiko penyumbatan.
Merokok adalah penyebab utama pada banyak kejadian kasus gangguan pada pembuluh darah arteri yang berada di perifer. Gangguan arteri perifer sendiri merupakan penyempitan pada pembuluh darah arteri yang membawa darah menuju otot-otot pada tungkai dan lengan.
Ketika terjadi gangguan arteri perifer, maka pasien dengan riwayat merokok akan cenderung lebih sering mengalami nyeri pada tungkai dan kaki saat berjalan, terjadi luka yang mengalami infeksi hingga terbentuk gangren yang dapat memerlukan amputasi dan kesulitan dalam melakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut.
Mengingat penyakit arteri perifer dapat menyebabkan komplikasi, segera pergi dokter untuk mendapatkan pengobatan.
Ada dua tujuan utama pengobatan untuk penyakit arteri perifer. Pertama adalah mengatasi gejalanya sehingga dapat beraktivitas normal dan menghentikan perkembangan aterosklerosis di seluruh tubuh. Tujuannya untuk mencegah komplikasi seperti stroke dan serangan jantung.
Beberapa faktor risiko penyakit arteri perifer bisa dicegah atau diminimalkan. Dokter akan menyarankan gaya hidup yang sehat buat jantung dan mengelola kondisi yang dapat menyebabkan penyakit arteri perifer.
Gaya hidup yang sehat untuk jantung meliputi tidak merokok atau berhenti merokok, memilih pola makan sehat, seperti diet DASH, aktif secara fisik, jaga berat badan tetap sehat, dan mengelola stres dengan baik. Selain itu, ikuti saran dokter mengenai mencegah dan mengobati kondisi yang meningkatkan risiko penyakit arteri perifer, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.