Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mikropsia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

ilustrasi mikropsia atau sindrom Alice in Wonderland (pixabay.com/Willgard Krause)

Sebagian dari kamu mungkin pernah menonton film Alice in Wonderland. Film ini menceritakan tentang seorang gadis yang terjebak dalam dunia kurcaci yang berukuran serba kecil. Film ini tentunya dibuat berdasarkan imajinasi penulis. Namun, percayakah kamu kalau kelainan yang membuat seseorang merasa seperti tokoh film tersebut benar-benar ada?

Mikropsia merupakan kelainan otak yang mengacaukan persepsi terhadap ukuran suatu benda. Dalam pandangan pengidapnya, benda-benda di sekitar akan terlihat lebih kecil dari semestinya. Gejala mikropsia lebih banyak dilaporkan pada usia anak-anak hingga remaja.

Penasaran, kan? Berikut ini sajian fakta-fakta tentang mikropsia yang sudah terbukti secara ilmiah.

1. Penyebab

ilustrasi fungsi otak manusia (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Pada tahun 1881, seorang psikolog bernama Emil Emmert menganggap bahwa fenomena mikropsia hanyalah ilusi akibat otak yang salah memperkirakan jarak antar benda. Pada kenyataannya, beberapa pasien epilepsi tetap mengalami gejala mikropsia meskipun jarak benda sudah didekatkan ke mata mereka.

Dari situlah mikropsia mulai dipikirkan sebagai efek dari kerusakan otak. Lewat sebuah laporan kasus dalam jurnal Neurocase tahun 2019, hasil pemeriksaan pencitraan resonansi magnetik (MRI) otak pada pasien mikropsia menunjukkan penyusutan otak sisi atas hingga samping. Area ini normalnya berfungsi untuk memberikan informasi lebih detail dari benda yang dilihat, termasuk untuk membedakan ukuran benda.

Mengutip penjelasan dalam jurnal BioMed Research International, penyebab tersering kasus ini adalah nyeri kepala sebelah atau migrain. Penyebab lain yang mungkin menyebabkan mikropsia di antaranya:

  • Infeksi otak.
  • Gejala pasca stroke.
  • Kejang berulang atau epilepsi dan kelainan struktur otak.
  • Tumor otak.
  • Gejala pascaoperasi kepala.
  • Konsumsi narkotika golongan halusinogen (seperti LSD dan ganja).
  • Konsumsi obat penstabil reaksi imun (montelukast).

2. Gejala

Pasien mikropsia dapat melihat ukuran benda lebih kecil dibanding aslinya. (unsplash.com/Gabriella Clare Marino)

Masih mengacu laporan dalam jurnal Neurocase tahun 2019, seorang pasien mikropsia menceritakan apa yang ia keluhkan selama menderita kelainan ini. Ia sering kali melihat badannya lebih kecil saat bercermin. Ketika memiliki ukuran pakaian, ia sering salah menentukan karena menganggap baju ukuran "normal" terlihat lebih kecil untuknya.

Gejala mikropsia ini sering kali disertai gejala tambahan yang disebut sindrom Alice in Wonderland. Gejala-gejala tersebut meliputi:

  • Ukuran benda justru terlihat membesar (makropsia).
  • Benda sekitar terlihat bergelombang (dysmorphopsia).
  • Mendengar suara tanpa sumber (halusinasi).

3. Diagnosis

Mikropsia bisa membuat frustrasi penderitanya. (pexels.com/Andrew)

Gejala mikropsia dapat dipastikan melalui wawancara terkait keluhan (anamnesis). Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik saraf dan penglihatan secara lengkap. Namun, untuk mencari tahu penyebab mikropsia, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan antara lain:

  • Pemeriksaan darah lengkap.
  • Pemeriksaan rekam listrik otak (elektro-ensefalografi).
  • Pemeriksaan pencitraan otak (MRI atau CT scan otak).

4. Pengobatan

ilustrasi konsultasi dokter dan pasien (pexels.com/MART PRODUCTION)

Karena penyebabnya yang bermacam-macam, sampai saat ini belum ditemukan cara penanganan yang spesifik terhadap mikropsia. Misalnya pada kasus mikropsia akibat migrain, maka pemberian obat pereda cemas, obat pengontrol mood atau obat antinyeri dapat dijadikan pilihan.

Berdasarkan studi dalam jurnal Neurology Clinical Practice tahun 2016, sebagian pasien mikropsia dapat mengalami kesembuhan alami tanpa pengobatan. Akan tetapi, sebaiknya tetap konsultasikan ke dokter agar bisa diketahui penyebab yang mendasarinya.

5. Pencegahan

ilustrasi anak-anak (unsplash.com/Ben Wicks)

Penelitian terkait penyakit ini masih berlangsung hingga sekarang. Oleh sebab itu, belum ditemukan skrining maupun tindakan pencegahan yang tepat. Namun, pada beberapa orang yang memiliki riwayat stroke, kejang berulang, atau kelainan otak, mereka dapat diberikan pemahaman tentang kemungkinan terjadi mikropsia di kemudian hari. Ini dapat mencegah terjadinya kecemasan yang berlebihan.

Beberapa orang yang mengonsumsi obat-obatan kondisi kejiwaan juga berisiko mengalami gangguan persepsi penglihatan. Oleh sebab itu, dosis obat yang dikonsumsi harus disesuaikan apabila sudah mulai muncul gejala yang cukup mengganggu.

Demikianlah penjelasan seputar mikropsia, kelainan otak yang mengacaukan persepsi terhadap ukuran suatu benda. Tidak semua kelainan penglihatan merupakan kesalahan dari mata. Otak juga ikut berperan dalam menyusun pemandangan yang kamu lihat sehari-hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us