Pantau Hipertensi dengan Mengukur Tekanan Darah di Rumah

Lakukan secara rutin, ya!

Hipertensi bukan sesuatu yang boleh diremehkan. Perlahan tapi pasti, hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah serta organ-organ seperti otak, mata, jantung, dan ginjal. Sayangnya, kesadaran masyarakat akan hipertensi masih sangat kurang.

Atas dasar itu, Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) mengadakan virtual press conference bertema "Measure Your Blood Pressure, Control It, Live Longer" pada Selasa (17/5/2022).

Narasumber yang dihadirkan ialah dr. Erwinanto, SpJP(K), FIHA, FAsCC, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah sekaligus Ketua InaSH; dr. Eka Harmeiwaty, SpS, dokter spesialis saraf sekaligus Wakil Ketua InaSH; serta dr. Djoko Wibisono, SpPD-KGH, dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi sekaligus Sekretaris Jenderal InaSH. Simak, yuk!

1. Disebut hipertensi jika tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih

Tekanan darah diukur dengan dua angka, yaitu sistolik (angka atas) dan diastolik (angka bawah). Menurut dr. Erwinanto, disebut hipertensi jika tekanan darah 140/90 atau lebih.

Hipertensi dibagi menjadi tiga berdasarkan derajatnya, yaitu:

  • Hipertensi derajat 1: Tekanan darah sistolik 140–159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90–99 mmHg.
  • Hipertensi derajat 2: Tekanan darah sistolik 160–179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100–109 mmHg.
  • Hipertensi derajat 3: tekanan darah sistolik 180 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih

Di luar tiga kategori itu, ada pula hipertensi sistolik terisolasi (HST) yang biasanya dialami oleh lansia. Ini ditandai dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg.

2. Bisa menyebabkan komplikasi pada otak, jantung, ginjal, dan mata

Pantau Hipertensi dengan Mengukur Tekanan Darah di Rumahilustrasi serangan jantung (pixabay.com/Pexels)

Jangan meremehkan hipertensi, karena kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pada organ target. Dikenal dengan istilah hypertension-mediated organ damage (HMOD), ini merupakan peningkatan tekanan darah yang menyebabkan perubahan struktural atau fungsional dari pembuluh darah arteri dan/atau organ yang disuplainya.

Menurut studi dalam jurnal Hypertension tahun 2020, organ yang terdampak adalah otak, jantung, ginjal, dan mata. Komplikasi HMOD bisa menyebabkan stroke, retinopati (kebutaan), penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit ginjal kronik, dan gagal ginjal terminal.

3. Komplikasi hipertensi bisa dicegah jika tekanan darah terkendali

Mumpung belum terlambat, lakukan sesuatu untuk mengendalikan tekanan darah. Caranya dengan melakukan perubahan gaya hidup, seperti:

  • Batasi konsumsi garam maksimal 5–6 gram per hari.
  • Kurangi atau hentikan konsumsi alkohol.
  • Berhenti merokok.
  • Olahraga teratur minimal 30 menit per hari.
  • Pastikan indeks massa tubuh (IMT) antara 18,5–25.
  • Pastikan lingkar pinggang kurang dari 90 cm untuk laki-laki dan kurang dari 80 cm untuk perempuan.
  • Perbanyak konsumsi buah dan sayur.
  • Kelola stres.

Menurut dr. Djoko, perubahan gaya hidup bisa dikombinasikan dengan terapi farmakologi atau memakai obat. Target tekanan darah adalah di bawah 140/90 mmHg. Kalau bisa, tekanan darah dikontrol hingga kurang dari 130/80 mmHg.

Baca Juga: Gagal Jantung dan Kematian bisa Dicegah dengan Kontrol Hipertensi

4. Jika memungkinkan, ukur tekanan darah di rumah

Pantau Hipertensi dengan Mengukur Tekanan Darah di Rumahilustrasi mengukur tekanan darah sendiri (pexels.com/cottonbro)

Sebagian orang merasa gugup dan tidak nyaman ketika tekanan darahnya diukur oleh tenaga medis, sehingga hasilnya cenderung lebih tinggi dari yang seharusnya. Ini dikenal sebagai hipertensi jas putih atau white coat hypertension.

Untuk mengetahui tekanan darah yang sebenarnya, disarankan melakukan pengukuran di rumah. Ada dua tipe tensimeter yang bisa digunakan, yaitu aneroid (pegas) dan osilometrik (digital). Tensimeter air raksa sudah tidak dianjurkan karena mencemari lingkungan.

5. Langkah-langkah mengukur tekanan darah di rumah

Seperti apa panduan mengukur tekanan darah di rumah? Menurut dr. Erwinanto, jangan minum kopi, olahraga, atau merokok 30 menit sebelum pengukuran. Lalu, duduk selama 3–5 menit sebelum pengukuran dimulai.

Posisi duduk pun harus diperhatikan. Duduklah dengan santai di kursi dengan kaki menginjak lantai, punggung bersandar, dan letakkan lengan di atas meja.

Manset harus diposisikan setinggi tulang dada. Untuk mendapatkan hasil yang konsisten, lakukan pengukuran setiap pagi dan sore selama tujuh hari berturut-turut. Catat hasil pengukuran lalu hitung untuk memperoleh nilai rata-ratanya.

Baca Juga: Perubahan Hormonal Bisa Memicu Hipertensi pada Perempuan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya