7 Risiko Melahirkan dengan Operasi Caesar, Calon Orangtua Harus Tahu!

Mulai dari penggumpalan darah sampai infeksi

Melahirkan bayi tidak hanya menggunakan metode persalinan pervaginam, tetapi operasi caesar atau C-section juga makin populer.

Menurut penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan operasi terus meningkat secara global, dan kini mencakup lebih dari 1 dari 5 (21 persen) seluruh kelahiran. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada dekade mendatang, dengan hampir sepertiga (29 persen) dari seluruh kelahiran kemungkinan akan dilakukan melalui operasi caesar pada tahun 2030.

Meskipun bisa menjadi operasi yang penting dan menyelamatkan nyawa, tetapi operasi caesar dapat menempatkan perempuan dan bayi pada risiko masalah kesehatan jangka pendek dan panjang yang tidak perlu jika dilakukan saat tidak ada kebutuhan medis. Apa saja risiko yang dimaksud?

1. Endometritis postpartum

Endometritis postpartum merupakan infeksi pada lapisan rahim yang bisa terjadi hingga enam minggu setelah melahirkan, dilansir Patient. Berdasarkan data dalam laman Cochrane Library, endometritis postpartum terjadi pada 1–3 persen perempuan yang melahirkan dengan metode persalinan pervaginam dan 27 persen pada metode bedah caesar.

Apa yang terjadi jika kita mengalami endometritis postpartum? Ini menyebabkan suhu tubuh naik (demam), nyeri di perut bagian bawah, keluar bau dari vagina, pendarahan vagina yang lebih berat, muncul gumpalan darah, serta nyeri saat berhubungan seks atau buang air kecil.

2. Postpartum hemorrhage

7 Risiko Melahirkan dengan Operasi Caesar, Calon Orangtua Harus Tahu!ilustrasi operasi caesar (pexels.com/Jonathan Borba)

Selanjutnya adalah postpartum hemorrhage, yakni pendarahan berlebihan setelah melahirkan. Sekitar 1 dari 5 perempuan yang melahirkan dengan metode operasi caesar mengalami kondisi ini, berdasarkan data dari laman Children's Hospital of Philadelphia.

Rata-rata perempuan akan kehilangan darah sekitar 500 ml bagi yang menggunakan metode persalinan pervaginam dan 1.000 ml untuk yang memakai metode operasi caesar.

Gejala postpartum hemorrhage adalah pendarahan tak terkendali, detak jantung meningkat, tekanan darah menurun, pembengkakan dan nyeri di jaringan vagina dan perineum, serta penurunan jumlah sel darah merah (hematokrit).

3. Penggumpalan darah

Ternyata, perempuan yang menjalani operasi caesar menghadapi peningkatan risiko pembekuan darah di area kaki dan paru-paru. Ini diungkapkan oleh para peneliti, dilansir WebMD, setelah menganalisis 60 studi internasional.

Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa perempuan yang melahirkan dengan metode bedah caesar berisiko empat kali lebih besar mengalami pembekuan darah daripada perempuan yang menjalani persalinan pervaginam.

Risiko ini akan lebih besar pada perempuan di atas usia 35 tahun, mengalami obesitas, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Untuk mengatasi pembekuan darah, dokter akan memberikan obat heparin lewat injeksi, mengutip dari Drugs.

4. Infeksi luka

7 Risiko Melahirkan dengan Operasi Caesar, Calon Orangtua Harus Tahu!ilustrasi bekas luka operasi caesar (flickr.com/Marco Verch Professional Photographer)

Masih ada risiko lain yang harus dihadapi, yakni infeksi luka pascaoperasi caesar. Biasanya, ini terjadi karena infeksi bakteri di area sayatan bedah, mengutip dari Healthline.

Gejalanya adalah demam 38–39,4 derajat Celcius, nyeri perut bagian bawah, buang air kecil yang menyakitkan, keputihan yang berbau busuk, muncul gumpalan darah serta pembengkakan, nanah dan kemerahan di area yang terluka.

Jika terjadi selulitis luka, maka antibiotik akan digunakan untuk melenyapkan bakteri stafilokokus dan streptokokus. Dokter juga bisa membuka sayatan di area yang terinfeksi, mengeringkan nanah, dan dibersihkan dengan hati-hati. Lalu, dokter akan meletakkan antiseptik dengan kain kasa di atasnya.

Baca Juga: Apakah Bisa Berhubungan Seks saat Menstruasi? Ini Plus Minusnya!

5. Laserasi

Kalau ukuran bayi sangat besar, kadang-kadang sayatan operasi caesar tidak cukup lebar untuk dilewati. Bisa jadi, sayatan akan robek lebih luas secara tidak sengaja. Yang paling dikhawatirkan adalah area di kanan dan kiri rahim karena memiliki arteri dan vena besar.

Dokter akan sangat waspada dan memperbaiki robekan itu sebelum terjadi pendarahan hebat. Bahkan, bukan hanya ibu yang terluka, tetapi bayinya juga. Menurut data dari Patient Safety Authorty yang dikutip oleh laman Birth Injury Guide, dari 900 perempuan yang menjalani operasi caesar, ada 1,5–1,9 persen bayi yang mengalami laserasi janin.

6. Histerektomi

7 Risiko Melahirkan dengan Operasi Caesar, Calon Orangtua Harus Tahu!ilustrasi operasi pengangkatan rahim atau histerektomi (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Risiko selanjutnya mungkin akan membuatmu bergidik, yaitu histerektomi atau pengangkatan rahim, tepat setelah persalinan caesar. Ini bisa menjadi akibat komplikasi seperti perdarahan hebat yang bisa mengancam nyawa ibu.

Hal ini diungkapkan lewat studi berjudul "The Frequency and Complication Rates of Hysterectomy Accompanying Cesarean Delivery" dalam jurnal Obstetrics & Gynecology tahun 2009. Dari penelitian tersebut, histerektomi terjadi pada 7,0–8,3 per 1.000 kelahiran caesar dan 1,02–1,55 per 1.000 total kelahiran.

7. Transient tachypnea of the newborn (TTN)

Tidak hanya berisiko pada ibu, operasi caesar juga berdampak pada bayi. Salah satunya bisa mengakibatkan transient tachypnea of ​​the newborn (TTN). Kondisi ini menyebabkan bayi baru lahir bernapas sangat cepat atau justru sulit bernapas dalam beberapa jam pertama kehidupan, dilansir Kids Health.

Bayi yang mengalami TTN akan diawasi dengan ketat dan diberi oksigen tambahan selama beberapa hari. Tidak perlu khawatir, sebagian besar bayi akan sembuh, kok! Dan, TTN tidak memiliki efek jangka panjang pada pertumbuhan atau perkembangan anak.

Itulah beberapa risiko melahirkan dengan metode operasi caesar, baik bagi ibu maupun bayi. Semoga bisa menambah wawasanmu, ya!

Baca Juga: Beberapa Masalah Kesehatan Ini Bisa Diketahui dari Tes Darah pada Bayi

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya