Calcific Tendonitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Kondisi ini paling sering menyerang bahu

Calcific tendonitis atau tendonitis kalsifikasi disebabkan oleh penumpukan kalsium di tendon. Endapan kalsium ini dapat menumpuk di satu area atau dapat terjadi di lebih dari satu lokasi. Jika endapan bertambah besar atau teriritasi, ini bisa menyebabkan rasa sakit parah.

Kondisi ini paling sering menyerang bahu—atau rotator cuff, yaitu sekelompok tendon pada bahu yang menghubungkan tulang lengan atas (humerus), tulang belikat (skapula) dan tulang selangka (klavikula)—meski bisa terjadi bagian tubuh mana pun.

1. Penyebab dan faktor risiko

Penyebab beberapa orang lebih rentan terhadap tendonitis kalsifikasi daripada yang lain tidak diketahui. Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang berusia antara 40 dan 60 tahun, dengan perempuan lebih mungkin mengalaminya dibanding laki-laki (Joints, 2014).

Penumpukan endapan kalsium dapat dikaitkan dengan salah satu faktor ini:

  • Penuaan.
  • Kerusakan pada tendon.
  • Kekurangan oksigen pada tendon.
  • Genetika.
  • Aktivitas kelenjar tiroid yang abnormal.
  • Sel tumbuh tidak normal.
  • Bahan kimia yang diproduksi tubuh untuk melawan peradangan.
  • Penyakit metabolik, termasuk diabetes.

2. Tahapan penyakit

Calcific Tendonitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi calcific tendonitis atau tendonitis kalsifikasi (pexels.com/Ron Lach)

Dilansir Cleveland Clinic, tendonitis kalsifikasi terjadi dalam tiga tahap:

  • Pra kalsifikasi: Selama fase awal ini, gerakan menyebabkan rasa sakit dan rentang gerak menjadi terbatas. Area yang terdampak mengalami perubahan pada tingkat sel.
  • Kalsifikasi: Kalsium dilepaskan dari sel, membentuk endapan kalsium. Setelah beberapa waktu, tubuh mulai menyerap endapan. Tahap ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan.
  • Pasca kalsifikasi: Selama tahap ini, endapan digantikan oleh jaringan sehat. Rentang gerak mulai membaik.

Baca Juga: Tendinitis: Penyebab, Gejala, Jenis, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Gejala

Kebanyakan orang dengan tendonitis kalsifikasi secara bertahap mengalami peningkatan nyeri bahu yang bisa menjadi parah. Mungkin ada cedera yang terjadi, atau ini mungkin terjadi secara tiba-tiba. Sering kali seseorang mengingat kejadian saat rasa sakit dimulai, meskipun ini mungkin hanya kebetulan belaka.

Seperti dijelaskan dalam laman Verywell Health, gejala umum tendonitis kalsifikasi adalah:

  • Nyeri bahu, terasa paling parah saat digerakkan.
  • Nyeri pada malam hari yang dapat mengganggu tidur.
  • Kesulitan mengangkat lengan menjauh dari tubuh.

Banyak tanda tendonitis kalsifikasi mirip dengan tanda robekan rotator cuff. Dokter dapat membantu menentukan mana yang menjadi sumber rasa sakit. Orang dengan tendonitis kalsifikasi akan sering didiagnosis setelah sinar-X menunjukkan akumulasi abnormal kalsium di daerah tendon rotator cuff.

Tes lain termasuk ultrasound atau MRI digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis yang dicurigai dan juga untuk mengevaluasi kondisi tendon rotator cuff untuk melihat apakah ada masalah seperti robekan.

4. Diagnosis

Calcific Tendonitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pemeriksaan dengan dokter (pexels.com/cottonbro)

Kalau kamu mengalami nyeri atau ketidaknyamanan pada bahu dan keluhan ini tak kunjung hilang, periksalah ke dokter. Nantinya, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan kamu.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada area yang terkena untuk melihat apakah rentang gerak telah berubah dan seberapa parah rasa sakitnya.

Apabila tendonitis kalsifikasi dicurigai, dokter biasanya akan memesan tes pencitraan. Ini akan menunjukkan adanya endapan kalsium atau kelainan lain pada sendi.

Sinar-X dapat membantu mengidentifikasi penumpukan besar kalsium. Pemindaian ultrasonografi dapat mengungkapkan endapan yang lebih kecil yang mungkin terlewatkan oleh sinar-X.

Ukuran endapan kalsium yang ditemukan melalui tes ini akan memengaruhi rencana perawatan.

5. Pengobatan

Sebagian besar kasus tendonitis kalsifikasi dapat diobati dengan suntikan steroid, terapi fisik, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Perawatan lainnya dapat meliputi:

  • Terapi gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWT): Perawatan ini memberikan gelombang kejut ke tendon yang cedera untuk mengurangi rasa sakit dan mendorong penyembuhan.
  • Terapi gelombang kejut radial (RSWT): Mirip ESWT, RSWT juga berfokus pada pengurangan rasa sakit dan meningkatkan penyembuhan. RSWT menggunakan teknik yang berbeda untuk menghasilkan gelombang kejut, tetapi kedua perlakuan tersebut memberikan hasil yang sama.
  • Perawatan lavage: Selama perawatan ini, dokter memasukkan jarum langsung ke dalam deposit kalsium. Saline kemudian disuntikkan untuk memecahnya.
  • Ultrasonografi terapeutik: Menggunakan perangkat genggam, dokter mengarahkan gelombang suara frekuensi tinggi ke area target. Ini membantu memecah endapan kalsium.
  • Operasi: Dalam kasus yang parah, operasi diperlukan untuk menghilangkan endapan kalsium secara manual. Sekitar 10 persen orang dengan tendonitis kalsifikasi butuh operasi.

Efek samping pengobatan akan tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Sebagian besar pilihan non bedah memiliki efek samping minimal, mungkin termasuk ketidaknyamanan dan pembengkakan sementara. Pasien yang menjalani operasi untuk tendonitis kalsifikasi memiliki risiko kecil mengalami:

  • Infeksi.
  • Reaksi terhadap anestesi umum.
  • Frozen shoulder.

Dalam kebanyakan kasus, pemulihan setelah operasi memakan waktu sekitar enam minggu. Kamu mungkin perlu mengenakan penopang (sling) agar bahu tidak terlalu banyak bergerak.

Tendonitis kalsifikasi dapat disertai dengan nyeri ringan atau berat. Kamu dapat mengatasi sebagian besar gejala ringan di rumah dengan istirahat, kompres panas dan dingin, serta obat pereda nyeri yang dijual bebas seperti ibuprofen atau naproxen sodium.

Calcific tendonitis adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan nyeri bahu yang parah. Kondisi ini ditandai dengan terbentuknya deposit kecil kalsium di dalam tendon rotator cuff. Seiring waktu, simpanan kalsium ini biasanya akan diserap tubuh, dan fungsi bahu akan kembali normal.

Gejalanya bisa dikelola dengan pilihan pengobatan non invasif. Apabila tidak membaik, prosedur operasi bisa dipertimbangkan.

Baca Juga: Waspada Cedera Bahu, Ini Jenis dan Cara Penanganannya

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya