- GLP-1 dapat digunakan untuk terapi jangka panjang obesitas (dengan syarat)
Obesitas Melonjak, WHO Tekankan Kehati-hatian soal Obat GLP-1

- WHO merilis panduan pertama penggunaan terapi GLP-1 untuk obesitas, dengan dua rekomendasi kondisional terkait efektivitas, keamanan jangka panjang, dan akses.
- Obesitas adalah penyakit kronis dan kompleks, membutuhkan pendekatan jangka panjang, termasuk dukungan lingkungan sehat, intervensi gaya hidup, dan perawatan terstruktur.
- Walaupun GLP-1 diproduksi makin cepat, tetapi WHO memperkirakan kurang dari 10 persen populasi yang berpotensi mendapat manfaat akan dapat mengaksesnya pada 2030.
Obesitas masih merupakan masalah kesehatan global. Di banyak negara, termasuk Indonesia, perubahan pola makan, minim aktivitas fisik, dan tekanan hidup membuat tubuh sulit menemukan keseimbangan.
Saat berita tentang obat-obatan baru, termasuk terapi GLP-1, terdengar menjanjikan, timbul harapan baru. Namun, dunia kesehatan perlu berhati-hati, bahwa apa pun yang menyentuh lebih dari satu miliar orang tidak bisa dibicarakan secara serampangan.
Obesitas lebih dari sekadar kelebihan berat badan, melainkan penyakit kronis yang butuh pendekatan jangka panjang. Banyak orang selama ini mencoba puluhan metode penurunan berat badan, tetapi akhirnya kembali pada titik semula. Karena hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencoba memberi struktur baru yang lebih realistis, lebih manusiawi.
Di Indonesia sendiri, prevalensi obesitas meningkat signifikan dalam satu dekade terakhir. Survei Kemenkes menunjukkan tren naik yang konsisten, khususnya pada kelompok dewasa muda. Panduan global seperti ini memberi arah baru, terutama ketika akses dan literasi mengenai obat-obatan baru seperti GLP-1 masih belum merata.
Mengapa GLP-1 dibahas sekarang?
Obesitas memengaruhi lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia dan terkait dengan 3,7 juta kematian pada 2024. WHO memperingatkan jumlah ini bisa berlipat ganda pada 2030 jika tidak ada perubahan besar.
Pada September 2025, terapi GLP-1 dimasukkan ke Essential Medicines List (EML) untuk pengelolaan diabetes tipe 2 pada kelompok risiko tinggi.
Kini, melalui panduan baru ini, WHO mengeluarkan dua rekomendasi besar terkait penggunaan GLP-1 untuk terapi obesitas.
Isi panduan baru WHO

GLP-1 efektif, terbukti membantu penurunan berat badan dan perbaikan metabolik. Namun, rekomendasinya bersifat kondisional karena:
- Data jangka panjang masih terbatas.
- Biaya terapi masih mahal.
- Kesiapan sistem kesehatan belum merata.
- Potensi ketimpangan akses.
Selain itu, GLP-1 tidak direkomendasikan untuk perempuan hamil.
- GLP-1 sebaiknya dikombinasikan dengan intervensi gaya hidup intensif.
Pendekatan mencakup diet sehat, aktivitas fisik terstruktur, dan dukungan tenaga kesehatan. Bukti menunjukkan kombinasi ini dapat meningkatkan hasil terapi, meski dengan tingkat kepastian yang masih rendah.
Prinsipnya, obat saja tidak cukup
WHO menegaskan bahwa obat semacam GLP-1 bukan solusi tunggal, melainkan bagian dari strategi tiga pilar, yaitu:
- Menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Kebijakan pangan, edukasi gizi, regulasi makanan ultraproses, dan akses ruang aktivitas fisik.
- Melindungi kelompok berisiko tinggi. Melalui skrining, edukasi, dan intervensi dini.
- Menyediakan layanan kesehatan yang bersifat lifelong dan berpusat pada individu. Obesitas adalah penyakit kronis yang butuh pendampingan jangka panjang, bukan “program 3 bulan”.
Perluasan akses dan tantangan global
Walaupun GLP-1 diproduksi makin cepat, tetapi WHO memperkirakan kurang dari 10 persen populasi yang berpotensi mendapat manfaat akan dapat mengaksesnya pada 2030. Solusi yang dipertimbangkan meliputi:
- Tiered pricing (harga bertingkat).
- Pengadaan bersama (pooled procurement).
- Voluntary licensing (lisensi sukarela).
- Peningkatan kapasitas produksi.
Semua langkah ini dirancang untuk menghindari jurang ketimpangan baru dalam penanganan obesitas.
Panduan baru WHO ini menegaskan bahwa penanganan obesitas perlu pendekatan yang lebih ilmiah dan komprehensif. GLP-1 bisa menjadi alat penting, tetapi hanya jika dipadukan dengan edukasi, intervensi gaya hidup, serta dukungan sistem kesehatan yang kuat dan merata.
Referensi
"WHO updates list of essential medicines to include key cancer, diabetes treatments." World Health Organization (WHO). Diakses Desember 2025.
"Turning the tide with WHO's plan to stop obesity." WHO. Diakses Desember 2025.
"WHO issues global guideline on the use of GLP-1 medicines in treating obesity." WHO. Diakses Desember 2025.



















