Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penyakit Ginjal Kronis Kebanyakan Terdeteksi saat Tahap Lanjut

ilustrasi ginjal manusia (unsplash.com/europeana)
ilustrasi ginjal manusia (unsplash.com/europeana)
Intinya sih...
  • Penyakit ginjal kronis (PGK) menantang kesehatan global.
  • Pasien diabetes tipe 2 berisiko tinggi alami komplikasi PGK.
  • Deteksi dini dan terapi obat finerenone dapat membantu mencegah progresi PGK.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penyakit ginjal kronis (PGK) masih menjadi tantangan kesehatan global. Diperkirakan lebih dari 800 juta orang di dunia mengalaminya. Di Indonesia, prevalensi PGK mencapai 0,38 persen atau 3,8 orang per 1.000 penduduk, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

Bayer ajak masyarakat, khususnya pasien diabetes tipe 2 memahami pentingnya deteksi dini kesehatan ginjalnya agar terhindar dari PGK. Hal ini menjadi pembahasan dalam acara "Hari Ginjal Sedunia 2025", di Jakarta pada Kamis (13/03/2025).

Komplikasi PGK

PGK merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang sudah berlangsung selama minimal tiga bulan, dengan dampak pada kesehatan, tanpa adanya gejala dan tidak dirasakan. Namun, kondisi ini akan berlanjut terus dan sifatnya progresif.

Salah satu kelompok yang paling berisiko adalah pasien dengan diabetes tipe 2, dengan sekitar 40 persen di antaranya mengalami komplikasi PGK. Mereka berpotensi mengalaminya jika tidak mendapatkan terapi yang tepat sejak dini.

Pada 2040, penyakit ini diproyeksi menjadi penyebab kematian terbanyak kelima secara global, yang mana salah satu alasannya karena pasien didiagnosis saat penyakit sudah tahap lanjut.

Oleh sebab itu, kesadaran mengenai PGK serta kualitas penanganan penyakit ini makin darurat untuk ditingkatkan, yang mana deteksi dini menjadi peran kunci.

Melakukan pemeriksaan urine dan darah

ilustrasi urine (freepik.com/freepik)
ilustrasi urine (freepik.com/freepik)

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi, dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD-KGH, menjelaskan bahwa ada lima tahap PGK. Namun, sebagian besar pasien mengetahuinya ketika ginjalnya sudah mengalami kerusakan signifikan, yakni pada tahap 4 dan 5.

“Padahal, jika dideteksi dan ditangani lebih awal, risiko progresi ke gagal ginjal bisa dikurangi. Faktanya, hingga 80 persen kasus sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya diperlambat dengan intervensi yang tepat,” jelasnya.

Deteksi dini bisa dilakukan dengan memeriksa urine dan darah, karena masih banyak pasien diabetes tipe 2 yang belum menyadari bagaimana memelihara kesehatan ginjal dan apa yang perlu dilakukan bila kemudian fungsi ginjalnya menurun.

Pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kreatinin darah dan rasio albumin-kreatinin urine (UACR) menjadi upaya penting untuk mendeteksi adanya PGK sejak dini.

Terapi obat finerenone

Selain deteksi dini, pendekatan pengobatan yang komprehensif juga dibutuhkan untuk mencegah PGK. Pengobatan standar dengan mengendalikan faktor-faktor risiko, meliputi pengaturan diet/asupan makanan (metabolik) dan pengendalian tekanan darah (hemodinamik).

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian menunjukkan bahwa inflamasi dan fibrosis (kerusakan) berperan besar dalam mempercepat kerusakan ginjal. Oleh karena itu, strategi terapi yang menargetkan mekanisme ini menjadi salah satu langkah penting dalam pengelolaan PGK.

Lebih dalam dr. Tunggul menjelaskan, bahwa finerenone, sebagai terapi obat inovatif, dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam memperlambat progresi PGK pada pasien diabetes tipe 2, dengan cara menghambat reseptor mineralokortikoid.

Aktivasi berlebih dari reseptor ini diketahui berkontribusi terhadap peradangan dan kerusakan ginjal, yang mempercepat perkembangan PGK. Dengan menghambat proses tersebut, perawatan ini akan membantu menghambat inflamasi dan fibrosis yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal.

Terapi obat dengan finerenone menunjukkan penurunan risiko progresi PGK pada pasien diabetes tipe 2 serta mampu menurunkan risiko kejadian dialisis sebesar 36 persen.

Finerenone dari Bayer adalah mineralocorticoid receptor antagonist (MRA) nonsteroid pertama yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) untuk PGK (dengan albuminuria), berhubungan dengan diabetes tipe 2 pada orang dewasa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Misrohatun H
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us