Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Penyakit yang Berisiko Meningkat akibat Banjir, Wajib Waspada!

banjir
ilustrasi banjir (pexels.com/Pok Rie)

Adanya curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan suatu wilayah terendam banjir. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi. Terbaru, banjir bandang yang melanda beberapa wilayah di Sumatra pada akhir November 2025 memicu duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Hujan deras disertai longsor dan banjir bandang selama berhari-hari telah merendam ribuan rumah, merobohkan jembatan, serta menyebabkan ratusan korban dinyatakan meninggal dunia.

Tak hanya meninggalkan jejak kerusakan fisik dan krisis kemanusiaan, banjir juga membuka pintu bagi ancaman kesehatan yang sering luput dari perhatian. Penyakit–penyakit yang mengintai di balik air keruh, lumpur, dan sanitasi terganggu. Dalam situasi seperti ini, risiko infeksi, penyakit kulit, dan gangguan saluran pencernaan meningkat tajam. Nah, berikut ini deretan penyakit yang berisiko meningkat gara-gara banjir berikut ini!

1. Demam tifoid

ilustrasi sakit (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi sakit (pexels.com/cottonbro)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Bakteri tersebut menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Ketika makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Salmonella Typhi tertelan, bakteri tersebut akan berkembang biak dan menyebar di dalam tubuh sehingga menyebabkan infeksi.

Seseorang yang mengalami demam tifoid dapat membawa bakteri di aliran darah dan usus. Maka dari itu, demam tifoid lebih sering terjadi pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan sumber air minum bersih yang kurang memadai. Dengan akses air bersih dan sanitasi yang baik dapat mencegah demam tifoid.

2. Diare

ilustrasi diare (unsplash.com/Giorgio Trovato)
ilustrasi diare (unsplash.com/Giorgio Trovato)

Dilansir Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, diare termasuk salah satu penyakit yang umum ditemui setelah terjadinya banjir. Biasanya, diare disebabkan mengonsumsi air minum yang tercemar oleh kuman atau zat tertentu pasca banjir.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa diare merupakan kondisi ketika frukuensi buang air besar meningkat daripada kondisi biasanya dengan tekstur tinja lebih cair. Maka dari itu, penting untuk membiasakan diri mencuci tangan dan memasak makanan maupun air sampai matang.

3. Penyakit kulit

ilustrasi kulit gatal (freepik.com/wayhomestudio)
ilustrasi kulit gatal (freepik.com/wayhomestudio)

Tidak jarang orang harus melewati genangan air saat terjadi banjir. Air banjir bisa mengandung beragam kuman yang dapat mengganggu kesehatan. Bagian tubuh yang kontak lansung dengan air yang terkontaminasi tersebut dapat memicu gangguan kulit, misalnya gatal-gatal hingga infeksi.

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa menjaga lingkungan dan kesehatan pribadi menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Mandi dengan air bersih dan sabun dapat menurunkan risiko penyakit kulit, termasuk saat terjadi banjir. 

4. Leptospirosis

ilustrasi memakai sepatu bot (unsplash.com/Jonathan Ford)
ilustrasi memakai sepatu bot (unsplash.com/Jonathan Ford)

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit tersebut ditularkan melalui hewan, salah satunya tikus. Biasanya, leptospirosis ditularkan melalui air kencing tikus yang mengandung bakteri tersebut.

Apabila air kencing tikus tersebut bercampur dengan genangan banjir, maka bakteri dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit. Maka dari itu, sebisa mungkin mengenakan sepatu bot untuk melindungi kaki dari banjir dan dapat mencegah penyakit tertentu pasca banjir.

5. Kolera

Ilustrasi bakteri penyebab kolera. (Unsplash.com/CDC)
Ilustrasi bakteri penyebab kolera. (Unsplash.com/CDC)

Kolera adalah infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan akibat bakteri Vibrio cholerae. Penyakit ini biasanya menular melalui air atau makanan yang terkontaminasi, terutama di daerah dengan sanitasi buruk atau setelah bencana alam seperti banjir. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kolera dapat menyebabkan diare berat yang muncul tiba-tiba dan berpotensi mengancam nyawa karena dehidrasi cepat jika tidak segera ditangani.

Bahkan kolera bisa berakibat fatal dalam hitungan jam saja jika tidak ditangani dengan baik. Pada umumnya, orang yang terinfeksi Vibrio cholerae tidak akan mengalami gejala tertentu, tapi bisa menularkan bakteri melalui feses selama 1-10 hari setelah penularan. Namun gejala bisa muncul setelah 12 jam hingga 5 hari setelah infeksi, berupa diare, sakit perut, muntah-muntah, hingga dehidrasi akut.

6. Hepatitis A

ilustrasi seseorang terkena hepatitis A (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi seseorang terkena hepatitis A (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Banjir bisa memicu risiko penularan hepatitis A. Pasalnya, penyakit ini disebabkan oleh hepatitis A virus (HAV) yang menyebar melalui kontaminasi sumber air, makanan, hingga feses manusia maupun hewan. Sanitasi yang buruk hingga sulitnya menjaga kebersihan diri di tengah banjir menjadi alasan kenapa penyakit ini banyak menular saat banjir.

7. Demam berdarah dengue

ilustrasi nyamuk (pixabay.com/FotoshopTofs)
ilustrasi nyamuk (pixabay.com/FotoshopTofs)

Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus tersebut dibawa oleh nyamuk dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. 

Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah utama kesehatan karena menyerang berbagai usia dan dapat berakibat fatal, khususnya pada anak-anak. Langkah pencegahan demam berdarah yaitu dengan menguras, mengubur, menutup tempat penampungan air, serta mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk.

Selain merusak pemukiman, banjir juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan pada korban banjir. Beberapa masalah kesehatan tersebut di antaranya demam tifoid, leptospirosis, hingga demam berdarah dengue. Langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta memasak makanan dan air hingga matang. 

Referensi

"Floods". WHO. Diakses Desember 2025.

"Impact of Floods Causing Skin Diseases". EMC Healthcare. Diakses Desember 2025.

Acosta-España, J. D., Romero-Alvarez, D., Luna, C., & Rodriguez-Morales, A. J. (2024). Infectious disease outbreaks in the wake of natural flood disasters: global patterns and local implications. Le infezioni in medicina, 32(4), 451–462.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
Izza Namira
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us

Latest in Health

See More

Beban Psikologis akibat Banjir: Dari Rasa Cemas hingga Trauma

02 Des 2025, 07:49 WIBHealth