Kenali Perbedaan Adenomiosis dan Endometriosis

- Endometriosis dan adenomiosis adalah kelainan progresif yang menyakitkan, melibatkan jaringan endometrium di dalam atau di luar rahim.
- Gejala endometriosis meliputi menstruasi menyakitkan, kram panggul, dan kesulitan hamil. Sementara pada adenomiosis, gejalanya mencakup pendarahan berlebihan, nyeri panggul kronis, dan infertilitas.
- Kedua kondisi ini dapat meningkatkan risiko ketidaksuburan. Pengobatan meliputi obat-obatan, operasi pengangkatan pertumbuhan jaringan, hingga protokol IVF untuk perawatan kesuburan.
Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Stefani Marcia Wijaya, SpOG
Endometriosis dan adenomiosis adalah kelainan progresif yang menyakitkan, melibatkan jaringan endometrium di dalam atau di luar rahim.
Endometrium adalah jaringan yang melapisi dinding rahim. Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang telah dibuahi. Bila sel telur tidak dibuahi, endometrium akan luruh, kemudian keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.
Endometriosis adalah kondisi ketika endometrium tumbuh di luar dinding rahim. Pada kondisi ini, endometrium dapat tumbuh di indung telur (ovarium), lapisan dalam perut (peritoneum), usus, vagina, atau saluran kemih.
Adenomiosis adalah masalah kesehatan pada sistem reproduksi perempuan. Kondisi ini menyebabkan rahim menebal dan membesar. Sementara itu, adenomiosis terjadi ketika jaringan tersebut tumbuh ke dalam miometrium, dinding otot luar rahim.
Jaringan ekstra pada miometrium dapat menyebabkan rahim membesar menjadi dua kali lipat atau tiga kali lipat, serta menyebabkan pendarahan rahim yang tidak normal dan menstruasi yang terasa menyakitkan.
Gejala endometriosis meliputi menstruasi menyakitkan, kram panggul, dan kesulitan hamil. Sementara pada adenomiosis, gejalanya mencakup pendarahan berlebihan, nyeri panggul kronis, dan infertilitas.
Kedua kondisi ini dapat meningkatkan risiko ketidaksuburan. Pengobatan meliputi obat-obatan, operasi pengangkatan pertumbuhan jaringan, hingga protokol IVF untuk perawatan kesuburan.
Meskipun endometriosis dan adenomiosis adalah kondisi yang berbeda, tetapi beberapa perempuan mungkin memiliki keduanya sekaligus. Kabar baiknya, kondisi ini dapat dikelola dan tidak mengancam jiwa—walaupun dapat mengubah hidup jika tidak mendapat pengobatan medis.
Dokter dapat membantu mengatasi tantangan dari endometriosis dan adenomiosis, yang mungkin termasuk nyeri panggul, menstruasi yang berat, dan kesulitan untuk hamil.
Sementara memiliki beberapa persamaan, apa saja perbedaan antara adenomiosis dan endometriosis?
1. Adenomiosis dan endometriosis

Mengalami menstruasi yang menyakitkan, pendarahan hebat, dan nyeri kronis di daerah panggul dapat mengarah pada endometriosis, yaitu suatu kondisi ketika jaringan endometrium menyebar dan tertanam di luar rahim.
Selama periode menstruasi, jaringan endometrium yang salah tempat ini dapat menumpahkan darah ke daerah panggul dan sekitarnya, menyebabkan kista, jaringan parut, dan adhesi terbentuk dari waktu ke waktu.
Namun, jika jaringan endometrium sampai jauh ke dalam otot rahim dan bukan di luar rahim, diagnosis sebenarnya adalah adenomiosis, yaitu suatu kondisi yang terkait dengan endometriosis tetapi memiliki beberapa perbedaan utama.
Pada endometriosis, jaringan endometrium keluar dari rahim dan mungkin tertanam di permukaan kandung kemih, usus, atau organ lain di seluruh tubuh. Sementara pada adenomiosis, jaringan endometrium terdorong ke dalam miometrium—otot polos—rahim, yang terletak di antara lapisan dalam dan luar rahim. Setelah tertanam di otot, jaringan endometrium ini luruh ketika sisa endometrium luruh selama suatu periode, yang menyebabkan perdarahan yang lebih banyak, nyeri, dan kram.
2. Perbedaan gejala

Dalam kasus adenomiosis, sel-sel tumbuh di dalam dinding rahim. Penebalan dinding yang dihasilkan dapat menyebabkan rasa sakit dan pendarahan yang berlebihan.
Gejala umum adenomiosis antara lain:
- Menstruasi yang menyakitkan.
- Nyeri saat berhubungan seksual.
- Nyeri panggul kronis.
- Pendarahan tidak normal.
- Darah haid berlebihan.
- Infertilitas atau ketidaksuburan.
- Pembesaran rahim.
Endometriosis ditandai dengan pertumbuhan sel di luar rahim dan biasanya di ovarium, rongga panggul, dan ligamen yang menopang rahim. Ada empat tahap endometriosis, masing-masing mewakili tingkat jaringan dan jaringan parut yang berbeda.
Gejala endometriosis meliputi:
- Menstruasi yang menyakitkan.
- Hubungan seksual yang menyakitkan.
- Rasa sakit saat buang air besar.
- Rasa sakit saat buang air kecil.
- Nyeri panggul.
- Kelelahan.
- Mual.
3. Diagnosis
Sementara lebih banyak dokter mulai mengobati endometriosis berdasarkan gejala seperti nyeri panggul dan periode yang menyakitkan, diagnosis yang paling pasti dibuat selama operasi yang disebut laparoskopi.
Selama laparoskopi, dokter memasukkan tabung tipis dengan lampu dan kamera di ujungnya ke sayatan kecil di perut. Melalui teropong, dokter dapat melihat lesi endometrium, kista, dan adhesi serta mengangkatnya.
Mendiagnosis adenomiosis jauh lebih tidak invasif. USG transvaginal dan MRI dapat membantu dokter melihat apakah miometrium lebih tebal dari biasanya, yang merupakan salah satu tanda dari adenomiosis.
MRI dan USG transvaginal juga dapat membantu mengidentifikasi kista di dinding rahim, serta miometrium dengan tekstur yang tidak normal. Jika pertumbuhannya terbatas pada beberapa kista saja, adenomiosis diklasifikasikan sebagai fokal, sedangkan miometrium abnormal di seluruh rahim disebut adenomiosis difus.
4. Masalah kesuburan

Adenomiosis dan endometriosis sama-sama dapat meningkatkan risiko gangguan kesuburan atau ketidakmampuan untuk hamil.
Mengenai adenomiosis secara khusus, studi menunjukkan bahwa implantasi embrio pada rahim yang membesar dan "keras" bisa sulit. Keguguran juga lebih umum. Para peneliti menemukan bahwa perempuan dengan adenomiosis yang menjalani fertilisasi in vitro (IVF) memiliki tingkat keguguran dua kali lipat dibandingkan dengan perempuan yang memiliki adenomiosis dan endometriosis.
Studi tahun 2021 menunjukkan keguguran yang lebih tinggi dan tingkat kehamilan klinis yang lebih rendah di antara pasien adenomiosis yang menggunakan terapi reproduksi berbantuan untuk perawatan kesuburan.
Jika IVF tidak berhasil, dokter mungkin menyarankan protokol obat yang disebut agonis hormon pelepas gonadotropin. Protokol ini menekan produksi hormon reproduksi, termasuk progesteron dan estrogen, untuk mengurangi ukuran pertumbuhan rahim.
Dokter juga dapat mencoba operasi untuk menghilangkan pertumbuhan, yang dikenal sebagai adenomioma, dan merekonstruksi rahim. Studi menyebut bahwa pengobatan alternatif ini telah terbukti meningkatkan kemungkinan kehamilan spontan di antara perempuan dengan adenomiosis, sedangkan protokol obat juga dapat membantu keberhasilan IVF.
5. Pengobatan
Sementara kedua kondisi ini biasanya teratasi setelah menopause, tetapi jangan sampai kamu menunggu tanpa pengobatan. Untuk mengelola endometriosis dan adenomiosis sebelum menopause, ada beberapa opsi perawatan. Dokter akan membantu merencanakan rencana pengobatan yang bekerja paling baik untuk kondisi kamu.
Pengobatan adenomiosis dapat meliputi:
- Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS): OAINS yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau naproxen, juga dapat meredakan nyeri dan kram.
- Pengobatan hormon: Estrogen menyebabkan dinding rahim menebal, yang dapat memperburuk pendarahan dan kram. Menstruasi dan gejalanya dapat dihentikan dengan kontrasepsi hormonal tertentu.
- Pembedahan dengan bantuan robot: Pembedahan laparoskopi tradisional telah menimbulkan masalah untuk adenomiosis karena penempatannya di dalam rahim. Namun, sekarang sudah ada teknologi eksisi robot adenomiosis, yang mempertahankan kemampuan untuk hamil.
- Histerektomi: Rahim diangkat selama prosedur ini. Setelahnya, kamu tidak akan bisa hamil atau mengalami siklus menstruasi.
Endometriosis bisa diobati dengan obat-obatan berikut ini:
- OAINS untuk nyeri.
- Pil KB atau gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonist, yang membantu meregulasi siklus menstruasi.
- Aromatase inhibitor, yang membantu mengontrol produksi estrogen.
- Relaksan otot dan obat antikejang untuk mengobati gejala nyeri terkait kejang otot panggul.
- Eksisi endometriosis, yang menjaga kemampuan perempuan untuk hamil sambil membuang jaringan yang bermasalah.
- Histerektomi, saat semua opsi lain telah dieksplorasi, atau jika perempuan tidak ingin hamil.
Adenomiosis dan endometriosis bisa menyakitkan dalam jangka panjang. Keduanya progresif namun bisa ditangani. Walaupun keduanya dapat menyebabkan masalah ketidaksuburan, tetapi masih ada harapan. Bicarakan dengan dokter tentang rencana perawatan terbaik jika ingin hamil.
Hasil yang lebih baik untuk nyeri, pengurangan gejala, dan konsepsi dapat dicapai dengan diagnosis dan pengobatan dini. Jika mengalami nyeri panggul, menstruasi yang luar biasa berat, atau telah mencoba untuk hamil selama lebih dari 12 bulan, temui dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Referensi
"Endometriosis." Johns Hopkins Medicine. Diakses Februari 2025.
"Adenomyosis." Johns Hopkins Medicine. Diakses Februari 2025.
"Adenomyosis." Endometriosis Treatment Center of America. Diakses Februari 2025.
"Adenomyosis vs. Endometriosis: What's the Difference?" Health. Diakses Februari 2025.
"Adenomyosis." MedlinePlus. Diakses Februari 2025.
Tasuku Harada et al., “The Impact of Adenomyosis on Women’s Fertility,” Obstetrical & Gynecological Survey 71, no. 9 (September 1, 2016): 557–68, https://doi.org/10.1097/ogx.0000000000000346.
Ana Luíza Assin Squillace et al., “Adenomyosis and In Vitro Fertilization Impacts – A Literature Review,” JBRA Assisted Reproduction 25, no. 2 (2021): 303–309, https://doi.org/10.5935/1518-0557.20200104.
Nirgianakis, Konstantinos et al. "Fertility, pregnancy and neonatal outcomes of patients with adenomyosis: a systematic review and meta-analysis." Reproductive BioMedicine Online, Volume 42, Issue 1, 185 - 206.
V Stanekova, R J Woodman, and K Tremellen, “The Rate of Euploid Miscarriage Is Increased in the Setting of Adenomyosis,” Human Reproduction Open 2018, no. 3 (January 1, 2018), https://doi.org/10.1093/hropen/hoy011.
Younes, Grace et al. "Effects of adenomyosis on in vitro fertilization treatment outcomes: a meta-analysis." Fertility and Sterility, Volume 108, Issue 3, 483 - 490.e3.
"Differences Between Endometriosis and Adenomyosis." WebMD. Diakses Februari 2025.