Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Risiko Penularan Penyakit dari Baju Thrifting

ilustrasi baju thrifting (freepik.com/Freepik)
Intinya sih...
  • Baju bekas atau thrifting marak karena lebih hemat, ramah lingkungan, dan unik.
  • Resiko kesehatan dari baju bekas termasuk infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus.
  • Pentingnya mencuci baju bekas dengan benar untuk mencegah pertumbuhan kuman dan mengurangi risiko infeksi.

Baju bekas (second) atau baju thrifting marak di kalangan masyarakat. Ini digemari di antaranya karena lebih hemat, lebih ramah lingkungan, barangnya unik, ada sensasi seperti "berburu harta karun", pilihan belanja yang lebih etis, dan sebagainya.

Namun, di balik itu semua, baju thrifting menyimpan beberapa risiko kesehatan, seperti infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus. Ada juga risiko penyakit atau kondisi kulit seperti dermatitis, skabies, dengan penyakit akibat jamur jika baju bekas tidak dicuci dengan benar.

Pakaian bersentuhan langsung dengan kulit

Kulit secara alami dilapisi oleh jutaan bakteri, jamur dan virus, yang dikenal sebagai mikrobioma kulit. Ini berarti setiap pakaian yang kita pakai bersentuhan langsung dengan mikroba-mikroba ini.

Banyak mikroba yang secara rutin menghuni mikrobioma kulit, termasuk bakteri Staphylococcus (menyebabkan infeksi staph), Streptococcus (bakteri di balik strep A), jamur seperti Candida (spesies ragi penyebab kandidiasis) dan virus seperti human papillomavirus (HPV).

Mikrobioma kulit setiap orang beradaptasi secara unik. Apa yang normal dan tidak berbahaya bagi satu orang dapat menjadi penyebab penyakit atau bermasalah bagi orang lain.

Risiko infeksi

ilustrasi kulit gatal (freepik.com/stefamerpik)

Pakaian adalah media yang bisa membawa banyak patogen penyebab penyakit. Ini berarti kuman dari mikrobioma kulit unik pemilik pakaian asli mungkin masih dapat ditemukan pada pakaian bekas jika barang tersebut tidak dibersihkan sebelum dijual.

Ini juga berarti bahwa infeksi atau patogen apa pun yang mungkin pemilik pakaian sebelumnya alami saat terakhir kali mengenakan pakaian tersebut masih dapat ditemukan di pakaian.

Penelitian telah menemukan bahwa pakaian dapat menyimpan banyak patogen infeksius—termasuk Staphylococcus aureus (dapat menyebabkan infeksi kulit dan darah), Salmonella, E. coli, norovirus, dan rotavirus (menyebabkan demam, muntah, dan diare) serta jamur yang dapat menularkan kutu air dan kurap.

Kenapa berbahaya?

Sebuah studi menemukan bahwa baju thrifting dapat dihuni oleh Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus. Bakteri-bakteri ini dapat menyebabkan infeksi kulit dan darah. Parasit yang dapat menyebabkan infeksi kulit (seperti dermatitis dan skabies) juga ditemukan pada pakaian bekas.

Mikroba kulit dapat hidup dari asam amino dalam keringat, serta minyak kulit yang dilepaskan dari folikel rambut dan protein sel kulit, yang semuanya tersimpan dalam pakaian saat kita memakainya.

Tidak hanya itu, penelitian menunjukkan bahwa banyak kuman patogen—seperti E. coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes—dapat bertahan hidup di pakaian selama berbulan-bulan jika disimpan pada suhu ruangan.

Kuman pada pakaian berbahan katun atau serat campuran dapat bertahan hingga 90 hari. Namun, pada kain poliester, kuman-kuman ini dapat bertahan sampai 200 hari. Sebagian besar spesies bakteri bertahan hidup lebih lama pada kain ketika kelembapan udara tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meminimalkan pertumbuhan kuman, pakaian harus disimpan di lingkungan yang kering.

Kemungkinan terkena penyakit menular seksual

ilustrasi kutu kemaluan atau pubic lice (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Ada juga risiko penyakit menular seksual akibat bakteri dan jamur di baju renang atau baju dalam bekas yang tidak dicuci dengan benar. Penularannya cukup terbatas pada infeksi tertentu, seperti kutu kemaluan, skabies, dan moluskum kontagiosum. Infeksi ini dapat menyebar melalui kontak fisik dengan pakaian orang yang terinfeksi—tidak harus melalui kontak seksual.

Namun, sebagian besar penyakit menular seksual, seperti klamidia, gonore, dan HIV, biasanya tidak ditularkan melalui pakaian atau permukaan yang digunakan bersama. Patogen yang menyebabkan penyakit-penyakit ini tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh dalam waktu yang lama.

Meski begitu, tetaplah berhati-hati dengan pakaian dalam bekas pakai karena meski risiko tertular penyakit menular seksual dengan cara ini sangat kecil, tetapi tetap saja ada potensinya.

Cara mencuci dengan benar

Sebagian besar mikroba membutuhkan air untuk tumbuh. Area kulit yang cenderung lembap—seperti ketiak, kaki, dan area genital—cenderung memiliki jumlah mikroba yang paling banyak dan paling beragam.

Pakaian yang bersentuhan dengan area ini akan menjadi yang paling terkontaminasi. Di samping cairan tubuh, berpotensi juga dari sisa-sisa makanan. Hal ini juga dapat menjadi sumber pertumbuhan bakteri atau jamur.

Inilah sebabnya mengapa mencuci pakaian bekas pakai sangat penting untuk mencegah pertumbuhan kuman dan mengurangi risiko infeksi. Sebuah penelitian tentang pakaian bekas yang terkontaminasi parasit skabies bahkan menemukan bahwa mencuci pakaian dapat menghilangkan semua parasit yang ada.

Berikut rekomendasi mencuci baju bekas:

  • Cuci baju bekas yang baru dibeli dengan deterjen pada suhu sekitar 60 derajat Celcius. Ini tidak hanya akan membersihkan kotoran dari pakaian, tetapi juga menghilangkan kuman dan menonaktifkan patogen.
  • Air dingin tidak akan bekerja dengan baik untuk membasmi patogen dalam pakaian. Jadi, jika pencucian dengan suhu tinggi tidak memungkinkan, gunakan disinfektan untuk membunuh kuman yang ada.
  • Cuci pakaian bekas secara terpisah dari cucian biasa untuk mengurangi kontaminasi silang pada pakaian. Rendam pakaian bekas dalam mangkuk terpisah berisi air panas (bukan air mendidih) dengan detergen antibakteri selama dua hingga tiga jam untuk menghilangkan patogen yang ada. Lanjutkan mencuci seperti biasa.
  • Untuk lebih memastikan lagi bahwa kamu telah membasmi kuman yang tersisa, mesin pengering panas atau setrika uap (sekitar 60 derajat Celcius jika bahan pakaian memungkinkan) efektif untuk membunuh bakteri, virus, dan telur parasit.

Aturan thrifting lain

ilustrasi thrifting (freepik.com/Freepik)

Selain cara mencuci yang tepat, kamu juga harus mengingat aturan ini saat berbelanja baju thrifting:

  • Pakai sarung tangan

Pakai sarung tangan sekali pakai atau lapisan pelindung memungkinkan kamu untuk bebas menyentuh pakaian tanpa harus selalu menggunakan pembersih tangan. Setelah berbelanja, kamu bisa membuangnya.

  • Hindari menyentuh wajah

Kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, termasuk pakaian, dapat memindahkan kuman dari tangan ke mulut, hidung, atau mata saat menyentuh wajah. Virus flu dapat berpindah ke pakaian saat seseorang batuk, bersin, atau menyentuh kain, sehingga meninggalkan jejak.

  • Hindari toko barang bekas yang ramai

Beberapa pembeli mungkin hanya memiliki waktu tertentu untuk pergi ke toko barang bekas, yang terkadang bertepatan dengan waktu paling ramai di toko. Namun, mengunjungi toko barang bekas selama periode sepi dapat secara signifikan mengurangi risiko terpapar kuman.

  • Meningkatkan kekebalan tubuh

Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih mungkin terpengaruh oleh kuman. Karena kelompok ini lebih rentan, sangat penting untuk melakukan tindakan pencegahan ekstra dengan tetap terhidrasi, makan banyak buah dan sayuran, berolahraga setidaknya 30 menit sehari, tidur 7 hingga 8 jam, dan update vaksinasi.

Kamu juga dapat mengonsumsi penguat sistem kekebalan tubuh seperti vitamin C dan D, seng dan zat besi.

Penting untuk diingat meskipun baju thrifting bisa menjadi pilihan fesyen yang ramah kantong dan ramah lingkungan, tetapi risiko penularan penyakit dari pakaian bekas tetap ada. Untuk meminimalkan risiko ini, pastikan setiap pakaian yang dibeli dicuci dengan benar sebelum digunakan.

Salah satu cara paling efektif adalah dengan mencucinya menggunakan air panas, karena suhu tinggi dapat membantu membunuh bakteri, jamur, dan parasit yang mungkin masih menempel pada kain.

Referensi

"Vintage Clothes in Thrift Shops Can Harbor Infectious Diseases". Science alert. Diakses April 2025.
Rakhshanpour, Arash, Abolghasem Aghahossein Shirazy, Reza Shafiei, and Mohammad Taghi Rahimi. “Second-Hand Clothe, a New Threat for Acquiring Parasitic Infection.” Iranian Journal of Public Health, January 4, 2021.
"Smart Thrifting: How to Safely Shop for Secondhand Clothes During Flu Season". UFHealth. Diakses pada April 2025.
"5 Health Risks of Wearing Used Clothes (Avoid Doing THIS!)". My Eco Closet. Diakses April 2025.
"Health Dos & Don’ts of Buying Used". WebMD. Diakses April 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Misrohatun H
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us