TBC Resisten Obat: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

- TBC resisten obat lebih sulit diobati dan dapat menyebabkan gejala yang berlangsung lebih lama.
- Gejala TBC resisten obat mirip dengan TBC biasa, tetapi tidak membaik dengan pengobatan umum.
- TBC resisten obat berkembang saat seseorang tidak mengikuti rencana pengobatan sesuai arahan dokter.
Tuberkulosis (TB atau TBC) adalah penyakit menular serius yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC utamanya menyerang paru-paru, tetapi penyakit ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan menyebabkan komplikasi serius jika tidak diobati dengan tepat.
Meskipun kasus TBC di Indonesia cukup banyak, tetapi ini sering kali dapat disembuhkan. Namun, ada bentuk yang dikenal sebagai TBC resisten obat, yang mana bakteri tidak lagi merespons antibiotik standar.
Bentuk TBC ini memerlukan perhatian khusus, karena lebih sulit diobati dan dapat menyebabkan gejala yang berlangsung lebih lama.
Berikut ini informasi penting seputar TBC resisten obat.
1. Gejala
Gejala TBC resisten obat mirip dengan TBC biasa, hanya saja berlangsung lebih lama dan tidak membaik dengan pengobatan umum. Gejala-gejala ini meliputi:
- Batuk terus-menerus yang berlangsung selama tiga minggu atau lebih.
- Batuk berlendir atau berdarah.
- Kelelahan dan lemas.
- Demam dan keringat malam.
- Kehilangan nafsu makan.
- Penurunan berat badan.
Jika kamu menjalani pengobatan TBC dan gejala tidak membaik, bisa jadi ini merupakan tanda resistensi obat. Artinya, bakteri tidak lagi merespons pengobatan lini pertama, dan infeksi dapat terus memburuk tanpa perawatan yang tepat.
2. Penyebab

TBC resisten obat biasanya berkembang saat seseorang tidak mengikuti rencana pengobatan sesuai arahan dokter. Ini dapat mencakup dosis yang terlewat, menghentikan pengobatan lebih awal, atau mengonsumsi dosis yang salah.
Tidak menyelesaikan pengobatan TBC secara menyeluruh memungkinkan bakteri mengembangkan resistensi terhadap obat-obatan, yang menyebabkan TBC resisten obat. Setelah bakteri menjadi resisten, diperlukan perawatan yang lebih kuat dan lebih khusus.
3. Faktor risiko
Beberapa orang lebih berisiko mengembangkan TBC resisten obat. Faktor risiko untuk resistensi obat primer, meliputi:
- Terpapar pada individu dengan TBC yang resistan terhadap obat.
- Sering bepergian ke daerah dengan banyak kasus TBC.
- Perawatan TB sebelumnya yang gagal atau kambuh.
- Tetap memiliki hasil tes positif setelah dua bulan pengobatan.
Sementara, resistensi sekunder berkembang saat seseorang yang sudah terinfeksi TB tidak menyelesaikan pengobatannya atau meminumnya secara tidak teratur.
4. Diagnosis

TBC biasanya didiagnosis melalui kombinasi tes darah, rontgen paru-paru, dan tes kulit.
Untuk menentukan apakah infeksi tersebut resisten terhadap obat, diperlukan tes tambahan. Dokter akan mengambil kultur bakteri dan memaparkannya pada berbagai obat di laboratorium. Proses ini sebenarnya akurat, tetapi dapat memakan waktu dua hingga tiga hari untuk memberikan hasil.
5. Pengobatan
Perawatan TBC resisten obat lebih rumit daripada TBC biasa. Perawatan ini memerlukan obat-obatan khusus, dan pengobatan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tergantung pada tingkat keparahannya.
Efek samping dari pengobatan ini juga dapat terjadi, sehingga membuat proses pengobatan menjadi sulit.
Orang yang memiliki TBC yang resisten terhadap banyak obat lebih mungkin mengalami penyakit yang parah bahkan kematian. Karenanya, sangat penting untuk bekerja sama dengan ahli guna memastikan pengobatan yang tepat digunakan dan pengobatan dipantau secara ketat.
6. Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah TBC resisten obat adalah dengan menghindari paparan bakteri TBC. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga jarak dengan orang yang memiliki TBC aktif, mendapatkan vaksinasi, dan mengikuti saran medis.
Jika kamu telah terpapar dengan seseorang dengan TBC, penting untuk segera menjalani tes. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat adalah kunci dalam mencegah penyebaran dan resistensi TBC.
Kesimpulannya, TBC resisten obat merupakan masalah kesehatan yang serius, tetapi dengan strategi pengobatan dan pencegahan yang tepat, penyakit ini dapat diatasi. Mematuhi saran dokter dan mengikuti rencana pengobatan sangat penting dalam mengatasi bentuk tuberkulosis yang sulit ini.
Referensi
"Clinical Overview of Drug-Resistant Tuberculosis Disease". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses November 2024.
"How to Treat Drug-Resistant Tuberculosis". Healthline. Diakses November 2024.
"Tuberculosis: Multidrug-resistant (MDR-TB) or rifampicin-resistant TB (RR-TB)". World Health Organization. Diakses November 2024.