- Enterotoksin (sindrom diare)
Terdeteksi dalam MBG, Apakah Infeksi Bakteri Bacillus cereus Bahaya?

- Bacillus cereus adalah bakteri yang bisa hidup di berbagai lingkungan dan dapat menyebabkan keracunan makanan.
- Ada dua jenis utama infeksi B. cereus, yaitu B. cereus usus dan B. cereus non usus, dengan gejala yang berbeda-beda.
- Infeksi B. cereus dapat terjadi pada siapa saja, tetapi risiko akan meningkat pada bayi baru lahir, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, dan orang dengan luka pascaoperasi atau cedera.
Bacillus cereus (B. cereus) adalah bakteri gram-positif yang mampu hidup dengan atau tanpa oksigen, dan punya kemampuan khusus, yaitu menghasilkan racun. Bakteri ini banyak ditemukan di lingkungan sekitar, mulai dari tanah, debu, hingga makanan, dan bisa dengan mudah mencemari bahan pangan.
Di suhu ruang, B. cereus berkembang biak dengan cepat. Bersamaan dengan itu, racun yang sudah terbentuk sebelumnya ikut menumpuk. Saat makanan yang terkontaminasi ini termakan, racun tersebut dapat memicu penyakit pada saluran pencernaan.
Gejalanya bisa berbeda pada setiap orang. Ada yang mengalami diare tanpa keluhan yang berarti di bagian atas saluran cerna, tetapi ada juga yang justru mengalami mual dan muntah hebat tanpa diare.
Namun, dampak dari B. cereus tidak cuma di usus. Dalam beberapa kasus, bisa juga terjadi infeksi pada mata, saluran pernapasan, hingga luka di kulit.
Yang membuat B. cereus patut diwaspadai adalah enzim-enzim perusak jaringan yang dikeluarkannya. Di antaranya hemolisin yang merusak sel darah, fosfolipase yang menghancurkan membran sel, dan protease yang memecah protein tubuh. Semua racun ini bekerja bersama, menjadikan B. cereus sebagai penyebab penyakit yang tidak bisa disepelekan.
Jenis Bacillus cereus
B. cereus usus
Ini adalah penyakit saluran pencernaan yang menyebabkan keracunan makanan. Ada dua jenis utama:
Pada bentuk ini, racun diproduksi di dalam usus halus setelah kamu memakan makanan yang mengandung bakteri atau sporanya.
Gejala biasanya muncul 6–15 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi. Jenis makanan yang sering menjadi penyebab antara lain:
- Ikan.
- Produk susu.
- Daging.
- Saus.
- Sup dan semur.
- Sayuran.
- Sindrom emetik (muntah)
Pada bentuk ini, racun sudah terbentuk di dalam makanan sebelum dimakan. Gejala biasanya muncul lebih cepat, yaitu 1–6 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Makanan yang paling sering dikaitkan dengan jenis ini adalah nasi. Tidak semua nasi mengandung B. cereus, tetapi bakteri ini dapat berkembang jika nasi matang dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang tanpa pendinginan.
Makanan lain yang juga bisa menjadi penyebab termasuk keju dan makanan bertepung seperti:
- Pasta.
- Pastri.
- Kentang.
- Sushi.
B. cereus non usus
B. cereus non usus menyerang bagian tubuh di luar saluran pencernaan. Infeksi paling sering muncul pada mata, sistem pernapasan, dan luka.
Bakteri ini dapat ditemukan di berbagai lingkungan, seperti debu, tanaman, tanah, dan air.
Kamu dapat mengalami B. cereus non usus jika spora masuk ke dalam tubuh, yang mana spora tersebut akan melepaskan racun. Ini bisa terjadi jika kamu:
- Memiliki luka yang kemudian terinfeksi.
- Menghirup debu yang mengandung bakteri.
- Berada di rumah sakit yang mengalami wabah bakteri ini.
- Bersentuhan dengan alat medis yang terkontaminasi, seperti kateter.
Penyakit yang dapat disebabkan oleh B. cereus non usus meliputi:
- Abses otak.
- Selulitis.
- Endoftalmitis (infeksi bakteri atau jamur pada mata).
- Bakteremia (bakteri dalam aliran darah).
- Endokarditis.
- Meningitis.
- Pneumonia.
- Osteomielitis (infeksi tulang).
Kenapa Bacillus cereus menyebabkan keracunan makanan
B. cereus pada usus terjadi ketika kamu memakan makanan yang dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang. Bakteri ini membentuk spora yang dapat melepaskan racun. Jika makanan dibiarkan pada suhu ruang, spora tersebut bisa berkembang biak.
Saat spora ikut termakan bersama makanan, racun yang dihasilkannya dapat memicu diare atau muntah. Jenis keracunan makanan ini bahkan masih bisa terjadi meskipun makanan sudah dipanaskan kembali.
Siapa yang bisa terinfeksi Bacillus cereus?
Orang dari segala usia dan ras dapat mengalami infeksi B. cereus, baik pada saluran pencernaan (usus) maupun di luar saluran pencernaan.
Risiko akan meningkat pada:
- Bayi baru lahir.
- Orang yang menggunakan kateter yang mengalirkan urine dari tubuh (kateter permanen).
- Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau terganggu.
- Memiliki luka pascaoperasi atau cedera.
- Menggunakan obat-obatan melalui suntikan intravena (IV).
Gejala
Gejala keracunan makanan yang disebabkan oleh B. cereus meliputi:
- Nyeri perut, diare berair, dan kram perut pada kasus yang disebabkan oleh enterotoksin.
- Mual dan muntah pada kasus sindrom emetik.
Untuk B. cereus non usus, gejalanya berbeda tergantung bagian tubuh mana yang terinfeksi. Komplikasi paling serius adalah endoftalmitis, yaitu peradangan pada bagian dalam mata. Kondisi ini merupakan penyebab terbanyak kasus berat, bahkan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen atau kehilangan mata. Dalam beberapa kasus, komplikasi ini bisa mengancam jiwa.
Gejala endoftalmitis akibat B. cereus antara lain:
- Demam.
- Kelelahan.
- Nyeri pada mata.
- Leukositosis (jumlah sel darah putih tinggi).
- Penglihatan menurun.
- Mata merah.
- Ulkus kornea berbentuk cincin.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis keracunan makanan akibat B. cereus, dokter akan menanyakan gejala yang kamu alami setelah makan terakhir. Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat mengambil sampel makanan yang kamu makan serta sampel feses atau muntah.
Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa melakukan tes darah untuk mendeteksi adanya racun.
Pada kasus B. cereus non usus, dokter biasanya melakukan tes darah untuk mencari bakteri dalam aliran darah. Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan pada cairan tubuh lain untuk menemukan bakteri. Misalnya, pada dugaan endoftalmitis, dokter bisa mengambil cairan mata untuk mencari tanda-tanda infeksi.
Pengobatan
Infeksi B. cereus umumnya bersifat self-limited, artinya bisa sembuh sendiri dan tidak perlu terapi khusus. Pada sebagian besar orang, pengobatan cukup berupa perawatan simtomatik dengan hidrasi oral. Sebagian besar orang pulih dalam waktu 24 jam setelah gejala muncul.
Dokter mungkin menyarankan:
- Banyak beristirahat.
- Meningkatkan asupan air untuk mencegah dehidrasi.
- Jika diare atau muntah sangat parah, dokter dapat merekomendasikan pemberian cairan intravena (IV).
Pengobatan untuk B. cereus non usus bergantung pada kondisi spesifik yang dialami. Biasanya, dokter akan memulai terapi dengan antibiotik untuk melawan bakteri. Namun, perlu diketahui bahwa B. cereus telah terbukti resistan alias kebal terhadap beberapa jenis antibiotik tertentu.
Komplikasi
Komplikasi dari sindrom gastrointestinal akibat infeksi B. cereus jarang terjadi, dan biasanya hanya muncul pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Pada pasien dengan infeksi B. cereus di luar saluran pencernaan, komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
- Gangren.
- Selulitis.
- Meningitis aseptik.
- Septikemia (infeksi bakteri dalam darah).
- Kematian.
Cara mencegah infeksi Bacillus cereus
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi B. cereus:
- Simpan makanan dingin di dalam lemari es dengan suhu di bawah 5 derajat Celcius.
- Jaga makanan panas tetap pada suhu di atas 57 derajat Celcius.
- Pastikan makanan yang dipanaskan ulang mencapai suhu di atas 74 derajat Celcius.
- Dalam waktu 6 jam, dinginkan makanan matang yang tidak langsung dimakan hingga suhu di bawah 5 derajat Celcius.
- Buang makanan yang dicurigai sudah terkontaminasi bakteri.
- Mengukus, memanggang, membakar, atau menggoreng bisa menghancurkan spora. Namun, untuk benar-benar menghilangkan racun yang dihasilkan spora, makanan harus dipanaskan hingga 121 derajat Celcius. selama lebih dari 80 menit. Jadi, sekadar memanaskan ulang makanan biasanya tidak cukup untuk membuatnya aman dikonsumsi.
Selain itu, sangat penting untuk sering mencuci tangan agar risiko B. cereus non usus berkurang. Cara lain untuk menurunkan risiko infeksi non usus meliputi:
- Tidak menggunakan obat-obatan suntik IV.
- Merawat luka dengan benar.
- Mendapatkan pengobatan untuk kondisi yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Infeksi B. cereus umumnya menyebabkan keracunan makanan dengan gejala diare atau muntah, dan biasanya sembuh sendiri dalam 24 jam. Namun, pada orang dengan daya tahan tubuh lemah atau bila menyerang organ lain seperti mata, infeksi ini bisa menjadi serius bahkan berakibat fatal.
Pencegahan tetap yang utama, yaitu dengan cara menyimpan makanan pada suhu aman, jangan biarkan terlalu lama di suhu ruang, serta jaga kebersihan tangan dan peralatan. Dengan langkah-langkah sederhana ini, risiko infeksi B. cereus bisa diminimalkan.
Referensi
Rachel H. McDowell, Evan M. Sands, and Harvey Friedman, “Bacillus Cereus,” StatPearls - NCBI Bookshelf, January 23, 2023, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459121/.
"Bacillus Cereus." Cleveland Clinic. Diakses Oktober 2025.
"What Is Bacillus cereus?" WebMD. Diakses Oktober 2025.