Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Salmonelosis, Infeksi akibat Bakteri Salmonela

Ilustrasi seorang pria mengalami gangguan pencernaan, sakit perut, mual, dan muntah akibat keracunan makanan.
ilustrasi keracunan makanan (IDN Times/Novaya Siantita)
Intinya sih...
  • BPOM RI mengungkap kontaminasi mikrobiologis dan kimia terkait kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ini termasuk adanya bakteri salmonela, salah satu penyebab utama penyakit bawaan makanan.
  • Gejala infeksi salmonela dapat muncul 12–72 jam setelah kamu terinfeksi. Waspadai: diare, kram perut, demam, mual, muntah, dan hilang nafsu makan.
  • Infeksi salmonela biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang kurang matang dari hewan yang terinfeksi, seperti ayam atau telur. Ini terjadi karena banyak hewan yang membawa bakteri salmonela.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap adanya kontaminasi mikrobiologis dan kimia terkait kasus keracunan yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ini termasuk adanya bakteri salmonela yang dikenal sebagai salah satu penyebab utama penyakit bawaan makanan. Salmonelosis, infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri ini, bisa menimbulkan gejala serius mulai dari diare, demam, hingga komplikasi yang berbahaya jika tidak ditangani dengan baik.

Salmonelosis secara klinis dapat bervariasi mulai dari gastroenteritis akibat salmonela yang umum terjadi (ditandai dengan diare, kram perut, dan demam) hingga demam enterik (termasuk demam tifoid) yang merupakan penyakit sistemik dengan demam dan berpotensi mengancam jiwa, sehingga memerlukan terapi antibiotik segera.

Selain itu, dapat pula terjadi infeksi fokal maupun kondisi pembawa tanpa gejala. Bentuk salmonelosis yang paling sering dijumpai adalah gastroenteritis yang bersifat ringan, tidak berkomplikasi, dan bisa sembuh sendiri.

Berikut fakta seputar salmonelosis yang perlu kamu ketahui.

1. Gejala

Gejala infeksi salmonela dapat muncul 12–72 jam setelah kamu terinfeksi. Beberapa gejala yang dapat muncul antara lain:

  • Diare.
  • Kram perut.
  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Hilang nafsu makan.

Gejala umumnya berlangsung selama 4–7 hari. Namun, kamu juga dapat mengalami diare hingga 10 hari dan memerlukan waktu beberapa bulan agar usus kembali berfungsi dengan normal.

Kapan harus ke dokter?

Segera temui dokter jika kamu mengalami gejala-gejala  yang telah disebutkan di atas, terutama jika:

  • Diare berlangsung lebih dari tiga hari dan makin memburuk.
  • Demam lebih dari 38 derajat Celcius.
  • Ada darah dalam tinja.
  • Terus-terusan muntah.

2. Penyebab

Infeksi salmonela biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang kurang matang dari hewan yang terinfeksi, seperti ayam atau telur. Ini terjadi karena banyak hewan yang membawa bakteri salmonela.

Kamu juga bisa terinfeksi jika bakteri masuk ke mulut melalui:

  • Makanan lain yang terkontaminasi, misalnya sayuran yang dipotong dengan pisau yang sama untuk ayam mentah.
  • Air yang terkontaminasi.
  • Menyentuh hewan tanpa mencuci tangan setelahnya.
  • Kontak dengan orang yang terinfeksi.
  • Permukaan yang mengandung bakteri, seperti popok, keran, atau toilet.

Jika kamu sudah terinfeksi, kamu dapat menularkan salmonela selama bakteri masih ada di usus. Bahkan setelah gejala berhenti, kamu masih bisa menyebarkan salmonela selama beberapa bulan.

Sayangnya, cara mengetahui apakah makanan terkontaminasi bakteri salmonela tidak mudah. Bakteri salmonela dalam makanan hanya dapat terdeteksi melalui uji di laboratorium.

3. Faktor risiko

Bakteri Salmonella.
ilustrasi bakteri Salmonella (pixabay.com/WikiImages)

Infeksi salmonela dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi salmonela, yaitu:

  • Berusia di bawah 5 tahun (balita) atau di atas 65 tahun (lansia).

  • Memiliki daya tahan tubuh yang lemah.

  • Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, antibiotik, dan antasida.

  • Mengidap penyakit radang usus.

  • Memiliki hewan peliharaan di rumah, seperti anjing atau kucing.

4. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Pemeriksaan feses untuk mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan infeksi.
  • Tes darah untuk melihat tanda-tanda infeksi dan dehidrasi.

5. Pengobatan

Pengobatan salmonelosis tergantung tingkat keparahan penyakitnya. Pada kasus ringan, kamu biasanya dapat melakukan penanganan mandiri di rumah.

Berikut perawatan untuk salmonelosis.

Cairan

Orang yang mengalami diare sebaiknya minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.

Dehidrasi berarti tubuh tidak memiliki cukup air. Tanda-tanda dehidrasi meliputi: jarang atau tidak buang air kecil, urine berwarna sangat gelap, rasa haus berlebihan, mulut atau tenggorokan kering, merasa pusing atau melayang, serta menangis tanpa mengeluarkan air mata.

Jangan menunggu! Dehidrasi dapat terjadi dengan cepat pada anak kecil. Berikan cairan tambahan kepada anak yang mengalami diare atau muntah, misalnya oralit.

Obat antidiare

Bicarakan dengan dokter sebelum menggunakan obat antidiare.

Mengonsumsi obat antidiare mungkin membantu meredakan diare dan kram, tetapi dapat membuat penyakit berlangsung lebih lama.

Beberapa orang tidak boleh menggunakan obat antidiare jika:

  • Mengalami diare berdarah.
  • Diare disertai demam.
  • Diare berlangsung lebih dari dua hari.

Jangan gunakan obat antidiare yang mengandung bismuth subsalisilat pada anak di bawah usia 12 tahun.

Antibiotik

Antibiotik kadang digunakan untuk mengobati penyakit usus yang berat, atau pada orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit parah. Namun kabar baiknya, sebagian besar orang dengan infeksi salmonela dapat pulih tanpa perlu antibiotik.

6. Hewan yang bisa menyebabkan salmonelosis

Lalat menempel di daging ayam mentah.
ilustrasi lalat menempel di daging ayam mentah (commons.wikimedia.org/Judgefloro)

Selain berasal dari makanan, infeksi salmonela juga bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau menjadi pembawa bakteri. Hampir semua jenis hewan berpotensi membawa salmonela pada bulu, kulit, sisik, atau rambut, lalu berpindah ke manusia melalui tangan yang kemudian menyentuh mulut.

Beberapa hewan yang sering menjadi sumber penularan antara lain:

  • Amfibi (katak dan kodok).
  • Reptil (kura-kura, kadal, dan ular).
  • Burung (ayam, bebek, kalkun, dan burung liar).
  • Hewan ternak (sapi, kambing, domba, dan babi).
  • Hewan peliharaan (anjing, kucing, burung, dan hewan kecil).

Karena itu, menjaga kebersihan tangan setelah berinteraksi dengan hewan sangat penting untuk mencegah salmonelosis.

7. Cara mencegah penyakit bawaan makanan

Sebagai konsumsi, kamu sebaiknya mengikuti langkah-langkah ini:

  • Cuci dinding bagian dalam dan rak lemari es, talenan, meja dapur, serta peralatan yang mungkin bersentuhan dengan makanan terkontaminasi; kemudian lakukan desinfeksi dengan larutan 1 sendok makan pemutih klorin dalam 1 galon air panas; keringkan dengan kain bersih atau tisu sekali pakai yang belum pernah digunakan.
  • Cuci dan disinfeksi permukaan yang digunakan untuk menyajikan atau menyimpan produk yang berpotensi terkontaminasi.
  • Cuci tangan dengan air hangat dan sabun setelah proses pembersihan dan disinfeksi.
  • Anak-anak, lansia, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah sebaiknya menghindari konsumsi kecambah mentah dalam bentuk apa pun.
  • Pemilik hewan peliharaan harus berhati-hati untuk mencegah kontaminasi silang saat menyiapkan makanan hewan. Pastikan untuk segera mengambil dan mencuci bersih wadah makanan setelah hewan selesai makan, serta mencegah anak-anak, lansia, atau orang dengan sistem imun lemah menyentuh atau terpapar makanan maupun hewan yang mungkin telah memakan makanan terkontaminasi.
  • Konsumen juga dapat secara sukarela melaporkan kejadian, keluhan, atau efek samping (penyakit atau reaksi alergi serius) yang terkait dengan produk makanan.

Kasus dugaan keracunan MBG mengingatkan kita bahwa salmonelosis bukan ancaman sepele, bukan cuma statistik. Infeksi ini bisa berasal dari makanan maupun hewan di sekitar, sehingga kebersihan dan pengolahan makanan yang tepat adalah kunci pencegahan.

Referensi

"Salmonella". Cleveland Clinic. Diakses pada Oktober 2025.

"Salmonella infection". Mayo Clinic. Diakses pada Oktober 2025.

"Salmonella Infection (Salmonellosis)". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Oktober 2025.

"Treatment of Salmonella Infection." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Oktober 2025.

Ralph A. Giannella, “Salmonella,” Medical Microbiology - NCBI Bookshelf, 1996, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8435/.

"Salmonella." Healthdirect. Diakses pada Oktober 2025.

"Salmonella (Salmonellosis)." FDA. Diakses pada Oktober 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

7 Ciri Virus yang Sering Kita Abaikan, Kenali agar Terhindar!

02 Okt 2025, 19:36 WIBHealth