Tren Diet Beragam, Mana yang Cocok untuk Kamu?

- Tren diet populer termasuk intermittent fasting, diet karnivora, dan clean eating.
- Intermittent fasting menawarkan fleksibilitas dan klaim manfaat kesehatan, cocok untuk orang dengan diabetes tipe 2.
- Diet karnivora fokus pada konsumsi produk hewani saja, bisa membantu menurunkan berat badan tapi memiliki risiko bagi kesehatan jantung, tetapi memiliki sejumlah risiko bagi kesehatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren diet makin beragam dan populer di kalangan masyarakat yang ingin menjalani pola hidup sehat atau mencapai berat badan ideal. Dari intermittent fasting hingga clean eating, masing-masing metode menawarkan keunggulannya sendiri.
Namun, diet yang cocok untuk satu orang mungkin tidak cocok orang lain. Memahami kebutuhan tubuh, gaya hidup, dan tujuan pribadi sangat penting sebelum memilih metode diet yang tepat.
Menanggapi beragam tren diet, yang mana beberapa di antaranya dapat berisiko bagi kesehatan apalagi jika tidak dilakukan dengan benar, IDN Times menghadirkan Jennifer Vidya, S.Gz, seorang nutrisionis dan konten kreator, dalam program Health Talk yang disiarkan langsung di Instagram @idntimes pada Senin (27/12/2024).
1. Diet yang sedang populer

Beberapa tren diet yang diminati adalah intermittent fasting (IF), diet karnivora, dan clean eating.
IF, yang sudah dikenal sejak lama, tetap menjadi metode diet terpopuler, terutama karena fleksibilitasnya dan klaim manfaat kesehatan.
Sementara itu, diet karnivora, yang berfokus pada konsumsi produk hewani saja, juga makin banyak diperbincangkan di media sosial.
Kemudian, clean eating, yang mengutamakan konsumsi makanan alami tanpa proses berlebih, menjadi pilihan bagi mereka yang ingin menjalani pola hidup sehat.
"Yang paling sering aku dapetin, seharusnya udah dari lama ya, tapi masih on trend Itu IF. Di Instagram aku itu juga ada carnivore diet. Habis itu ada juga, dari dulu juga ya ini, clean eating. Itu sih mungkin yang top 3 ya sekarang," jelas Jennifer.
Selain tren diet, Jennifer juga menyoroti fenomena makanan sehat yang viral di media sosial, seperti Tiffany's Plate, yang menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli pada kesehatan dan wellness.
2. Intermittent fasting cocok untuk orang dengan diabetes tipe 2

IF adalah pola makan yang mengatur periode makan dan puasa dalam satu hari.
Menurut Jennifer, salah satu manfaat kesehatan dari IF adalah mengontrol gula darah dan kolesterol. Oleh karena itu, jenis diet ini cocok untuk orang dengan diabetes tipe 2.
"Dan mungkin untuk orang yang terbiasa kalau jajan malam-malam, yang biasanya udah makan malam, tapi jam 8 sampai 10 malam tetap masih mau makan, mungkin ini cocok juga karena lebih mengontrol kapan boleh makan dan tidak," kata Jennifer.
"Tapi memang harus dikonsultasikan dulu ke tenaga kesehatan juga," tambahnya.
Walaupun diketahui bermanfaat bagi kesehatan dan dapat membantu menurunkan berat badan, tetapi IF tidak cocok untuk semua orang. Orang dengan diabetes tipe 1 atau mereka yang menggunakan insulin suntik sebaiknya menghindarinya karena risiko kesehatan yang mungkin timbul.
Selain itu, mereka yang memiliki riwayat gangguan makan (eating disorder) juga disarankan untuk tidak menjalani IF. Ini karena metode IF bisa memicu perilaku makan yang tidak sehat.
3. Diet karnivora

Diet karnivora adalah pola makan yang berfokus sepenuhnya pada konsumsi makanan hewani, seperti daging, ikan, dan produk susu. Pola diet ini mengeliminasi sumber makanan nabati.
Diet ini menarik perhatian karena diklaim dapat membantu menurunkan berat badan dan mengatasi beberapa kondisi autoimun. Namun, Jennifer mengingatkan bahwa diet ini memiliki risiko, terutama bagi mereka yang memiliki masalah kolesterol atau kesehatan jantung.
"Daging-dagingan dan olahannya itu tinggi lemak jenuh, yang bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL)," jelas Jennifer.
Pola makan ini sebaiknya dilakukan dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan medis untuk mencegah dampak buruk pada kesehatan jangka panjang.
4. Clean eating

Clean eating adalah pola makan yang fokus pada konsumsi makanan alami, segar, dan minim proses pengolahan. Prinsipnya adalah menghindari makanan olahan, tambahan gula, atau bahan kimia berlebih. Ini bertujuan agar makanan yang dikonsumsi lebih mendekati bentuk alaminya.
Pola makan ini cocok bagi individu yang ingin menjalani gaya hidup sehat dan memperbaiki kualitas asupan sehari-hari. Namun, Jennifer mengingatkan bahwa clean eating juga memiliki potensi risiko jika dijalankan secara berlebihan.
Salah satu risiko yang dapat muncul adalah ortoreksia, yaitu gangguan makan ketika seseorang menjadi terlalu obsesif terhadap makanan sehat.
Orang dengan ortoreksia bisa merasa sangat bersalah atau cemas jika mengonsumsi makanan yang mereka anggap "tidak sehat." Oleh karena itu, penting untuk menjalani clean eating dengan pendekatan yang seimbang, tanpa membiarkan pola makan ini mengganggu kesehatan mental atau kehidupan sosial.
"Hubungan toksik tidak harus dengan manusia saja, tapi bisa dengan makanan. Jadi lebih baik langsung dikonsultasikan ke tenaga kesehatan kalau sudah ada masalah makan," jelas Jennifer.
Dalam memilih pola diet, penting untuk memahami kebutuhan tubuh dan kondisi kesehatan masing-masing. Tren seperti intermittent fasting, diet karnivora, dan clean eating mungkin menawarkan manfaat tertentu, tetapi tidak semua cocok untuk semua orang. Pada akhirnya, diet terbaik adalah yang bisa dijalani secara konsisten dan mendukung kesehatan tubuh.