9 Penyebab Umum Sexless Marriage, Pernikahan Minim Hubungan Seks
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernikahan bagi sebagian orang adalah jalur legal untuk melakukan hubungan seksual. Namun, sedikit berbeda, sexless marriage tidak memandang seks adalah hal esensial dalam pernikahan.
Keintiman fisik yang salah satunya diekspresikan lewat seks menjadi sesuatu yang dikesampingkan dalam sexless marriage. Hal tersebut kadang mengakibatkan pasangan merasa frustrasi karena kebutuhan seksualnya tidak terpenuhi.
Lalu, bagaimana hubungan bisa dikatakan sexless marriage dan apa saja penyebabnya?
Mengenal sexless marriage
Merujuk laman Healthline, buku "The Social Organization of Sexuality" mendefinisikan sexless marriage sebagai pasangan yang tidak terlibat dalam aktivitas seksual bersama atau melakukan hubungan seks dengan sangat minim.
Indikator minimal dalam sexless marriage bisa diukur dengan aktivitas intim yang terjadi kurang dari atau sama dengan 10 kali selama setahun. Namun, definisi keintiman bukan sesuatu yang baku dan bisa bervariasi untuk setiap pasangan.
Kurangnya keintiman fisik dalam pernikahan bisa menjadi masalah, tetapi bisa juga tidak, tergantung pasangan itu sendiri. Akan tetapi, apabila minimnya hubungan seks dianggap sebagai sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, maka ada cara untuk memperbaikinya dengan mengidentifikasi penyebabnya terlebih dulu.
Nah, di bawah ini akan dijelaskan beberapa penyebab umum sexless marriage.
Penyebab umum sexless marriage
1. Masalahan kesehatan
Dilansir Verywell Mind, isu utama yang bisa menjadi penyebab hubungan menjadi sexless marriage adalah berkaitan dengan kesehatan. Kesehatan fisik dan mental seseorang bisa sangat memengaruhi gairah seksual dan keinginan untuk mendapatkan keintiman fisik.
Masalah kesehatan dapat mengganggu proses fisiologis rangsangan pada laki-laki dan perempuan. Mengalami masalah dengan fungsi seksual adalah hal biasa, tetapi bila terus berlangsung selama beberapa bulan dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam hubungan, sebaiknya temui dokter.
2. Ketidakseimbangan gairah seksual
Dua individu yang disatukan dalam hubungan pernikahan adalah dua insan yang memiliki preferensi seksual berbeda. Setiap pasangan sangat umum untuk mempunyai keinginan melakukan frekuensi seks yang tidak sama, terlebih dorongan seks yang naik turun secara alami.
Ketika keinginan untuk berhubungan seks tidak sesuai dan berakhir saling menunggu, hal ini bisa memicu sexless marriage.
3. Melahirkan
Meski tidak ada ketentuan pasti kapan suami istri bisa berhubungan seksual lagi setelah perempuan melahirkan, tetapi waktu yang umumnya direkomendasikan adalah setidaknya 4 hingga 6 minggu untuk menunggu pemulihan, tergantung kondisi ibu.
Rentang waktu menunggu tersebut seharusnya tidak dipertimbangkan sebagai indikator sexless marriage, tetapi kesiapan istri secara mental dan fisik untuk melakukan seks setelah melahirkan tergantung masing-masing individu.
Perubahan fisik dan hormon selama hamil serta melahirkan, bisa memengaruhi berkurangnya libido sehingga minat untuk bersanggama berkurang.
4. Faktor stres
Stres yang berlebihan atau berlangsung selama terus-menerus dapat berdampak buruk bagi kesehatan, termasuk gairah seksual yang dimiliki. Ini karena hormon stres kortisol dapat menurunkan libido.
Selain alasan fisik mengapa stres menurunkan minat bercinta, dampak psikologis dari stres bisa membuat lelah dan cemas yang terus-menerus. Ketegangan tubuh dan alam bawah sadar yang waspada membuat seseorang tidak punya keinginan untuk melakukan hubungan seks.
5. Masalah dalam komunikasi
Editor’s picks
Pertengkaran dengan pasangan bisa mencegah untuk melakukan interaksi fisik yang intim. Konflik yang dihindari untuk dibicarakan bisa memicu untuk memperburuk cara berkomunikasi.
Rendahnya kualitas komunikasi bisa berkembang menjadi permasalahan seperti argumen, perasaan negatif, perilaku pasif agresif, bahkan ketidaksetiaan. Berkurangnya intensitas dan kualitas komunikasi yang dimiliki pasangan dapat mengakibatkan sexless marriage.
Baca Juga: 5 Tanda Kamu Terjebak dalam Sexless Marriage, Yakin Bertahan?
6. Disfungsi ereksi
Ketidakmampuan penis untuk melakukan atau mempertahankan ereksi dapat mempersulit tercapainya kepuasaan seks secara maskimal. Meskipun disfungsi ereksi adalah permasalahan yang kerap terjadi, tetapi itu bisa memengaruhi tingkat kecemasan, kepercayaan diri, hingga harga diri.
Seseorang yang mengalami disfungsi ereksi bisa memiliki minat yang lebih sedikit untuk melakukan seks hingga menemukan pengobatan yang tepat. Bila tidak diupayakan jalan keluar dan terjadi terus-menerus, hal ini bisa menyebabkan sexless marriage.
7. Rendahnya dorongan seksual
Dorongan untuk melakukan seks atau sex drive umumnnya memiliki tingkat yang berbeda bagi setiap orang. Namun, terdapat kelainan yang menyebabkan dorongan seks menjadi rendah, yang disebut dengan gangguan hasrat seksual hipoaktif.
Gangguan seksual ini bisa dialami laki-laki dan perempuan yang bahkan bisa tidak memiliki ketertarikan untuk melakukan seks sama sekali. Hal itu bisa mendorong terjadinya sexless marriage bila terus-menerus terjadi.
8. Riwayat kekerasan seksual
Pengalaman menjadi korban kekerasan seksual memiliki dampak jangka panjang bagi kondisi psikis penyintas, yang secara langsung dapat memengaruhi hubungan dengan pasangan.
Reaksi emosional seperti ketakutan dan rasa malu, tekanan dari trauma, dan distorsi terhadap citra diri bisa memiliki dampak serius untuk kehidupan seks. Riwayat kekerasan seksual bisa menjadi faktor penyebab pasangan menjalin sexless marriage.
9. Masalah lainnya
Ada banyak faktor lain yang bisa berkontribusi terhadap frekuensi pasangan berhubungan seks. Masalah seperti kondisi mental yang tidak stabil juga bisa menyebabkan hilangnya energi atau tidak tertarik terhadap aktivitas seksual.
Beberapa faktor yang mungkin memengaruhi keinginan seseorang untuk tidak melakukan seks adalah antara lain bertambahnya usia, rasa bosan, masalah keuangan, sedang berduka, kelelahan, hingga masalah citra diri yang negatif.
Cara menyikapi sexless marriage
Untuk memutuskan apakah rendahnya frekuensi keintiman fisik melalui aktivitas seks merupakan masalah atau tidak, ini sepenuhnya dikembalikan kepada masing-masing pasangan yang menjalani pernikahan. Bila menganggap hal tersebut bisa diterima, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan setelah memastikan kedua belah pihak telah menyepakatinya.
Akan tetapi, bila terdapat perbedaan pendapat dalam memandang hal tersebut, maka itu bisa dipertimbangkan sebagai kondisi sexless marriage yang perlu penanganan lebih lanjut. Cobalah untuk berdiskusi secara terbuka dengan pasangan dan tetap berusaha memahami kondisi pasangan.
Konsultasi dengan psikolog atau terapis profesional mungkin akan lebih membantu apabila kamu dan pasangan tidak tahu harus memulai dari mana. Pastikan untuk saling terbuka, mendengarkan, dan berkomunikasi secara asertif agar tidak menyakiti pasangan.
Tidak semua hubungan dengan frekuensi seks yang minim lantas menjadi bermasalah. Namun, jika kamu merasa berada dalam hubungan sexless marriage, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengomunikasikannya dengan pasangan untuk mencari solusi bersama. Sebagian besar penyebab sexless marriage bisa ditangani dengan berkompromi.
Lagi pula kamu tidak sendirian menghadapi ini, bukan? Bicarakan baik-baik dengan pasanganmu, ya. Bila masih belum menemukan solusi, pertimbangkan untuk menemui terapis, psikolog, konselor profesional.
Penulis: Dian Rahma Fika Alnina
Baca Juga: 5 Dampak Sexless Marriage, Pernikahan dengan Frekuensi Seks Minim