5 Buku Viktor Frankl, Gak Cuma buat Anak Psikologi

- Viktor Frankl adalah penyintas kamp konsentrasi dan pelopor logoterapi
- Buku "Man's Search for Meaning" cerita pengalaman hidupnya
- "The Will to Meaning" mengupas teoritis logoterapi dan praktik
Nama Viktor Frankl memang lekat dengan dunia psikologi, tapi sebenarnya pemikiran dan tulisan-tulisannya bisa dinikmati oleh siapa saja. Buat kamu yang lagi nyari jawaban tentang arah hidup atau sekadar pengen refleksi, buku-buku Viktor Frankl bisa jadi teman yang cocok. Frankl dikenal sebagai tokoh penting dalam psikologi eksistensial dan penggagas logoterapi, sebuah pendekatan terapi yang menekankan pentingnya makna dalam kehidupan.
Pengalamannya sebagai penyintas kamp konsentrasi Nazi menjadi latar kuat dari banyak tulisannya. Walau berlatar belakang medis dan akademik, gaya tulisannya tetap mudah dipahami dan terasa dekat. Kalau kamu ingin mengenal pemikirannya tanpa harus jadi mahasiswa psikologi dulu, lima buku ini bisa jadi permulaan yang menarik.
1. Man's Search for Meaning

Buku ini adalah karya paling terkenal dari Viktor Frankl dan paling sering dijadikan referensi awal untuk mengenal pemikirannya. Dalam buku ini, Frankl membagikan kisah hidupnya saat ditahan di kamp konsentrasi, dan bagaimana ia tetap menemukan makna dalam penderitaan. Man’s Search for Meaning terbagi menjadi dua bagian; cerita personalnya dan penjelasan dasar logoterapi.
Salah satu kekuatan buku ini terletak pada cara Frankl menyampaikan pesan secara sederhana namun tetap menghantam emosi. Salah satu kutipan terkenalnya adalah, “He who has a why to live can bear almost any how". Buku ini cocok untuk siapa saja yang sedang merasa kehilangan arah atau sedang menjalani masa sulit.
2. The Will to Meaning

Kalau kamu sudah baca Man’s Search for Meaning dan ingin menggali lebih dalam soal logoterapi, The Will to Meaning bisa jadi lanjutan yang pas. Dalam buku ini Frankl banyak mengupas sisi teoritis logoterapi tapi tetap memberikan contoh nyata dari dunia praktik. Intinya, ia ingin menunjukkan bahwa dorongan untuk hidup bermakna adalah kebutuhan utama manusia.
Gaya tulisannya memang terasa lebih filosofis, tapi tetap bisa dicerna oleh pembaca umum yang suka reflektif. Salah satu kutipan menariknya adalah, “Ultimately, man should not ask what the meaning of his life is, but rather must recognize that it is he who is asked". Buku ini bisa menemani kamu yang sedang mengeksplor pertanyaan-pertanyaan eksistensial, terkhusus yang mulai mempertanyakan arah hidup.
3. Yes to Life: In Spite of Everything

Buku ini merupakan kumpulan kuliah Frankl yang disampaikan tak lama setelah ia bebas dari kamp konsentrasi. Dibandingkan karya-karya lainnya, nuansa dalam buku ini terasa lebih penuh harapan dan memberi semangat. Isinya menegaskan bahwa manusia tetap bisa berkata “ya” pada hidup, meskipun pernah mengalami hal-hal paling buruk.
Salah satu kutipan yang cukup menggugah dari buku ini adalah, “Everything depends on the attitude we take toward suffering". Buku ini adalah buku yang cocok dibaca saat kamu sedang merasa lelah, bingung, atau ingin mengisi ulang semangat hidup. Gaya bahasanya ringan dan cocok dibaca siapa saja, tidak terbatas pada pembaca psikologi.
4. The Doctor and the Soul

Kalau kamu tertarik dengan hubungan antara makna hidup dan penyembuhan batin, buku ini layak kamu baca. Frankl menjelaskan bahwa pencarian makna bisa menjadi bagian penting dalam proses penyembuhan psikologis seseorang. Ia juga mengangkat pentingnya nilai moral dan spiritual dalam kehidupan manusia.
Meski bahasanya lebih dalam dan terkesan serius, banyak bagian dari buku ini tetap bisa dinikmati dengan pendekatan santai. Ada kutipan yang cukup menonjol dari buku ini, yaitu, “Life ultimately means taking the responsibility to find the right answer to its problems". Bacaan ini cocok buat kamu yang suka refleksi tentang hubungan antara jiwa, makna, dan kesembuhan.
5. On the Theory and Therapy of Mental Disorders

Di antara empat judul lainnya, buku ini mungkin terasa paling akademik karena membahas dasar ilmiah dari pendekatan logoterapi. Frankl melihat gangguan mental bukan hanya sebagai gejala medis, tetapi juga sebagai kondisi yang bisa dikaitkan dengan hilangnya makna dalam hidup. Meskipun isinya lebih teknis, gagasannya tetap bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu kalimat yang cukup membekas dari buku ini adalah, “A human being is not one thing among others; things determine each other, but man is ultimately self-determining". Buku ini cocok buat kamu yang ingin melihat sisi ilmiah dari pemikiran Frankl, terutama jika kamu tertarik mendalami psikologi eksistensial lebih jauh.
Lewat tulisannya, Viktor Frankl mengajak kita melihat bahwa makna bisa ditemukan bahkan di saat-saat paling gelap sekalipun. Ia tidak hanya menuliskan teori, tapi juga menyampaikan pengalaman hidup yang memberi bobot pada setiap gagasannya. Buku-bukunya menjadi pengingat bahwa mencari makna hidup bukan cuma tugas akademisi atau psikolog, tapi bagian dari hidup manusia itu sendiri.
Kalau kamu sedang mencari bacaan yang bisa memberi sudut pandang baru tanpa terasa terlalu berat, rekomendasi buku Viktor Frankl bisa jadi pilihan yang tepat. Siapa tahu, dari salah satu buku ini kamu malah menemukan makna yang selama ini kamu cari.