Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Mendiang Raja Thailand yang Mungkin Belum Kamu Tahu

SEA-Globe

Pada hari Kamis kemarin (26/10), prosesi kremasi jasad mendiang raja Thailand Bhumibol Adulyadej dilaksanakan di Bangkok dengan upacara kenegaraan terlebih dahulu.

Dilaporkan oleh CNN, ribuan pelayat yang berdatangan dari seluruh penjuru Thailand berkumpul memadati jalan-jalan besar tempat iring-iringan diantar dari Istana Kerajaan menuju krematorium Sanam Luang.

Proses persiapan kremasi menghabiskan waktu setahun lamanya setelah mendiang raja bergelar Rama XI itu mangkat pada 13 Oktober tahun lalu.

Sebuah krematorium megah berlapis emas dibangun demi keperluan acara ini. Bangunan tersebut memiiliki tinggi 50 meter dan dinding-dindingnya sarat dengan ukiran tangan serta cat berwarna emas. Ditaksir krematorium itu memakan biaya $ 90 juta atau sekitar Rp1,2 triliun.

Memerintah selama 70 tahun, mendiang raja Bhumibol dikenal sebagai sosok pelindung keutuhan negara dan mediator bagi setiap konflik politik yang terjadi. Hal itu yang membuatnya sangat dicintai oleh masyarakat Thailand.

Berikut ini beberapa fakta tentang raja Bhumibol seperti dilansir oleh Deutsche Welle.

1. Raja Pertama yang Lahir di Luar Wilayah Thailand.

Thai.nu

Raja Bhumibol lahir di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat pada 5 Desember 1927 dari pasangan Pangeran Mahidol Adulyadej dan Putri Srinagarindra yang berasal dari Dinasti Chakri. Nama Bhumibol Adulyadej sendiri memiliki arti "Kekuatan Tanah Air, Kekuasaan yang Tak Tertandingi".

Hal itu terjadi karena ayahnya tengah menempuh studi kesehatan masyarakat di Universitas Harvard. Beliau baru kembali ke Thailand setahun kemudian setelah sang ayah lulus kuliah.

2. Menggemari Saksofon Saat Belajar di Swiss.

WTOP.com

Sempat sekolah di Swiss, tepatnya sekolah swasta École nouvelle de la Suisse romande yang berada di kota Lausanne. Beliau menyandang predikat lulusan ilmu sastra Perancis, Latin dan Yunani dari Gymnase Classique Cantonal (setingkat SMA) lalu pada tahun 1945 melanjutkan kuliah di Universitas Lausanne untuk mempelajari ilmu sains.

Pada masa-masa sekolah di Swiss inilah beliau menumbuhkan minat pada fotografi dan musik jazz. Beliau juga dikenal sebagai pemain saksofon yang mahir, sesuatu yang terus dia lakukan hingga saat menjadi raja.

3. Menjadi Raja di Usia 18 Tahun.

The Diplomat

Bhumibol menjadi raja pada usia 18 tahun, menggantikan kakaknya Aninda Mahidol yang mangkat pada 1946 di usia yang juga sangat muda, 20 tahun. Hal itu juga yang memaksa Bhumibol mengganti studi yang dia pelajari di Universitas Lausanne (dari ilmu sains ke politik dan hukum) sebagai persiapan untuk menjadi raja

Di masa-masa awal sebagai raja, Bhumibol menghadapi pertikaian antara militer yang ingin melucuti kekuasaan keluarga kerajaan dan kaum aristokrat kerajaan yang bertekad membangun sistem pemerintahan modern dengan kerajaan tetap sebagai pusatnya.

Perbedaan pendapat tersebut adalah hasil dari Revolusi Tahun 1932 yang mengakhiri kekuasaan absolut raja di Thailand selama 800 tahun.

4. Mengubah Pemerintahan Diktator Militer Menjadi Demokratis.

Nikkei.com

Militer memang begitu berpengaruh di Thailand usai Revousi 1932. Bahkan pada masa pemerintahan Perdana Menteri Plaek Phibunsongkhram (1938-1944), Bhumibol tidak memiliki kekuasaan sedikit pun.

Barulah pada masa PM Sarit Thanarat (1959-1963), kekuasaan raja kembali dipulihkan. Hal itu dimanfaatkan oleh raja Bhumibol dan sang permaisuri, Ratu Sirikit, untuk melakukan kunjungan diplomatik ke berbagai negara termasuk Indonesia.

Selain itu, beliau juga berpergian ke seluruh wilayah Thailand untuk menemui rakyatnya. Hal itu bertujuan untuk meraih simpati dan kepercayaan setelah bertahun-tahun kekuasaan raja dilucuti oleh militer. Hasilnya, sedikit demi sedikit rakyat mulai menaruh kepercayaan kepada raja Bhumibol. 

Yang paling diingat oleh rakyat adalah intervensinya dalam krisis politik 1992. Rakyat beramai-ramai memprotes upaya militer mengangkat Jenderal Suchinda Kraprayoon sebagai PM sebab trauma mereka atas pemerintahan diktator militer telah memuncak. Jalan-jalan Bangkok menjadi arena bentrok antara pengunjuk rasa dan tentara.

Di tengah kekhawatiran pecahnya perang sipil, raja Bhumibol memanggil Suchinda dan pemimpin gerakan pro-demokrasi, Mayjen Chamlong Srimuang ke istana. Beliau meminta keduanya menemukan solusi terbaik untuk krisis politik.

Tak lama kemudian, Suchinda memilih untuk mengundurkan diri dan membuka jalan bagi Thailand menuju demokrasi untuk pertama kalinya.

5. Memiliki Hak Paten.

Public Relations Department of Thailand

Mendiang raja Bhumibol memang dikenal sebagai sosok yang menggemari teknologi dan sains sejak masih muda. Status sebagai raja tak menghalanginya untuk mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan.

Beliau adalah satu-satunya raja Thailand yang memiliki hak paten atas temuannya. Dia memperolehnya pada tahun 1993 atas mesin aerator air limbah bernama "Chai Pattana", dan paten untuk metode pembuatan hujan pada tahun 1999 dan 2003.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Achmad Hidayat Alsair
EditorAchmad Hidayat Alsair
Follow Us