Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] SBLH SANG PENGURAI ANDAL

IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA
IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA

Halo semua! salam kenal kami dari Tim SMESA MEDIA dari SMK Negeri 1 Surabaya, selamat datang di mading digital kami, simak dan pastikan baca dengan baik ya. Bumi bukan hanya tempat kita tinggal, tapi juga rumah yang harus dijaga. Melalui SBLH, kami ingin mengajak kalian semua untuk lebih peduli terhadap alam, dimulai dari hal kecil di sekitar kita seperti sampah. Di sekolah kami, terdapat sebuah ekstrakurikuler yang berfokus pada pengelolaan sampah. Ekskul ini tidak hanya mengajarkan cara memilah dan mengolah sampah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

Lewat mading digital ini, mari kita mengenal lebih dekat bagaimana kegiatan sederhana bisa memberi dampak besar bagi kelestarian bumi. 🌍✨

Ketua: Alifya Faizah Cahya Putri

Anggota: Juneeta Fauzia, Noordania Zahra, Hanna Hanum Salsabila, Nadine Aisyah Agustine Whardana, Achilles AL-Akbar Faradilla.

Pembimbing: Aminatul Muhlisyah, S.T.

Oleh, Juneeta Fauzia dan Noordania.

Teks, Nadine Aisyah dan Alifya Faizah.

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA
IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA

Latar belakang

Menurut UU Nomor 8 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah merupakan  sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam berupa zat organik atau anorganik yang dianggap sudah tidak berguna lagi di lingkungan sekitar. Meskipun ada harapan bahwa jumlah sampah akan berkurang, faktanya justru sebaliknya, sampah makin hari makin bertambah. Permasalahan sampah ini menjadi masalah yang sangat kompleks dan tampaknya sulit untuk diselesaikan. Kata-kata “Reduce, Reuse, and Recycle” atau yang sering disebut dengan 3R, selalu diingatkan sebagai langkah penting dalam pengelolaan sampah. Prinsip ini mengajarkan kita untuk mengurangi penggunaan barang sekali pakai, menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai, dan mendaur ulang sampah sehingga tidak menjadi beban lingkungan.

Sayangnya, apatisme masyarakat masih menjadi kendala terbesar dalam penanganan sampah. Kepedulian yang kurang mengakibatkan sampah menumpuk di tempat-tempat yang tidak semestinya dan mencemari lingkungan sekitar, mulai dari air, udara, hingga tanah. Akibatnya, tidak hanya lingkungan yang rusak tetapi juga kesehatan masyarakat menjadi terancam karena berbagai penyakit dapat muncul dari pencemaran tersebut.

Sebanyak ini loh, sampah yang kita hasilkan.

Berharap sampah berkurang, tapi gaya hidup ga ramah lingkungan. Inilah realita yang terjadi di lingkungan kita, tingkat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pengelolaan sampah masih sangat rendah. Jika sikap seperti ini terus dibiarkan, maka masa depan bumi akan semakin suram akibat penumpukan sampah yang tidak terkendali. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) rata-rata satu orang Indonesia bisa menghasilkan sekitar 0,7-1kg sampah perhari, sedangkan penduduk Indonesia terdapat 270 juta jiwa. Berarti, sampah yang telah kita hasilkan mencapai lebih dari 175.000 ton perharinya, bahkan  setara dengan volume bangunan Burj Khalifa 17 kali lipat. Saking banyaknya, volume sampah di tempat pembuangan umum (TPU) tidak sebanding dengan kemampuan pengelolaannya.

Terlebih lagi limbah rumah tangga mendominasi komposisi sampah nasional pada tahun 2024 yang mencapai hingga 50,8% pertahun. Reduce, Reuse and Recycle setiap kali kalimat tersebut muncul, kita diingatkan untuk mengurangi sampah, menggunakan kembali barang yang masih layak dan mendaur ulang sampah. Namun sifat apatis masyarakatlah yang menyebabkan kerugian bagi lingkungan, kesadaran untuk mengelola sampah masih terbilang sangat kurang. Kalau terus apatis terhadap sampah di lingkungan sekitar, lalu bagaimana nasib bumi kita? jika kita mau beraksi untuk mengelola sampah, mungkin saat ini sampah di Indonesia tak akan mencapai 56,63 juta ton. Dengan bangga kita bisa hidup bersih bebas dari sampah.

Haruskah memilah sampah?

Kehadiran sampah yang tidak bisa dikelola dengan baik ini dapat menimbulkan banyak efek negatif bagi lingkungan sekitar. Penyebabnya karena infrastruktur dan sistem pengelolaan sampah juga masih minim. Meskipun sudah menerapkan kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya, hal tersebut masih kurang efektif dan menjadi hambatan untuk mengelola sampah. Membuang sampah bukan hanya soal menjaga kebersihan, tetapi juga soal menjaga keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Memilah sampah merupakan langkah sederhana namun sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Sampah yang tidak dipilah akan menimbulkan berbagai masalah, seperti tanah menjadi tandus dan bahkan berpotensi memicu bencana alam seperti longsor di tempat pembuangan akhir. Dengan membiasakan diri memilah sampah organik dan anorganik, masyarakat dapat mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir serta mendukung proses daur ulang. Oleh karena itu, memilah sampah bukan sekadar kewajiban, melainkan juga wujud kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan yang pada akhirnya akan memberikan manfaat besar bagi kehidupan bersama.

Jika ditanya mengapa harus sungguh-sungguh membuang sampah dan memilahnya? Jawabannya sederhana: sampah yang tepat pengelolaannya bisa menjadi sumber penghasilan. Sampah organik yang diolah menjadi kompos atau ecoenzim mampu mendukung aktivitas pertanian dan penghijauan kota serta dapat dijual. Sementara itu, sampah plastik dan anorganik lainnya bisa didaur ulang menjadi barang bernilai jual dan dapat memberikan cuan bagi para pelaku usaha pengelolaan sampah.

SBLH Sang pengurai handal

            Pemilahan sampah sepulang sekolah, mungkin ditelinga beberapa orang terdengar asing. Namun tahukah kalian di sekolah kami pemilahan sampah sudah menjadi budaya. Mengingat permasalahan sampah di lingkungan yang tak ada habisnya, di sekolah kami terdapat ekstrakurikuler yang sangat berperan untuk mengurangi sampah, dikenal dengan Sekolah Berwawasan Lingkungan Hidup  atau disebut SBLH. SBLH mempunyai visi yaitu, mewujudkan sekolah yang berkelanjutan dan menjadi pelopor dalam upaya pelestarian lingkungan melalui keterlibatan aktif dan inovatif seluruh siswa. Adapun misi SBLH sebagai berikut,

Misi :       

  1. Melakukan berbagai kegiatan yang mendukung aksi peduli lingkungan

  2. Melaksanakan Aksi nyata peduli lingkungan

  3. Mempelajari ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan hidup

  4. Bekerja dan menjalin hubungan dengan pihak dalam sekolah ataupun luar sekolah terkait dengan lingkungan.

 Program SBLH ini berfokus pada pengolahan sampah, khususnya dari botol bekas dan berbagai jenis limbah lainnya. SBLH juga bekerja sama dengan tukang sampah utuk menjual kepada pihak ketiga lalu hasilnya dibagi rata, dalam 1 bulan SBLH bisa meraup uang hingga 1.000.000. mungkin terdengar sedikit, tetapi hal tersebut lebih baik daripada kita yang membayar untuk sampah. Sampah plastik seperti bungkus makanan, kantong plastik, gelas plastik dan sebagainnya melalui SBLH kami diajarkan bagaimana tata cara pembuatan paving block yang berkolaborasi dengan Human Inisiative, Institut Teknologi Surabaya (ITS)  dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya ( PPNS) pada taun 2025. Sedangkan sampah organik, seperti daun, kulit, sisa buah dan sayur SBLH mengolah limbah tersebut menjadi eco enzyme

Eco enzyme & paving block sebagai solusi

Dari program SBLH terdapat 2 aksi yang bisa diterapkan pada lingkungan sekitar yaitu dengan Eco enzyme dan Paving Block. Eco enzyme Adalah proses pengolahan sampah sisa rumah tangga seperti sayur, kulit buah, potongan buah dan lain sebagainya yang bermanfaat untuk pembersih serbaguna. Tak hanya itu eco enzyme juga berguna sebagai pupuk cair untuk meningkatkan kualitas tanah. Sedangkan Paving block merupakan salah satu jenis material untuk pembangunan jalan atau area parkir yang semakin populer di Indonesia. Paving block adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen, pasir dan air serta bisa dicetak dengan berbagai bentuk, sehingga memiliki pilihan bentuk yang beragam. Dengan Paving block juga memberikan permukaan jalan yang stabil dan tidak licin. Selain itu juga dapat bertahan hingga puluhan tahun dengan perawatan yang baik.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA
IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA

Sebagai generasi penerus bangsa, permasalahan sampah adalah tanggung jawab kita semua. Melakukan berbagai upaya untuk menjaga lingkungan sudah menjadi kewajiban bukan pilihan. Pengelolaan sampah yang efektif membutuhkan kesadaran tinggi, kerja sama, serta fasilitas pengolahan yang memadai dan ramah lingkungan. Melalui pendidikan, sosialisasi, serta kebijakan yang tegas, kita dapat membangun budaya peduli lingkungan yang bertujuan melindungi bumi. Mulailah dengan kebiasaan sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah di rumah, dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Jika kita berani beraksi untuk berkontribusi, maka masalah sampah yang menjadi beban lingkungan bisa diatasi. Dengan begitu bumi asri, masa depan terjamin menuju generasi Indonesia emas 2045.

Infografik

IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA
IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA

Sampah, sebuah benda yang terlihat sepele setiap hari kita hasilkan ternyata punya dampak yang sangat besar hingga mengancam nyawa mahluk hidup dan juga alam. Sekarang pilihan ada di tangan kita, apakah mau tetap apatis dan hancurkan sekitar mu. Atau memulai aksi untuk mencapai reaksi yang signifikan. Jika bukan dari kita, mulai dari siapa?

Teks: Noordania

Infografik

IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA
IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA

SBLH artinya bukan sebelah, ya! Ekstrakurikuler Sekolah Berwawasan Lingkungan Hidup Ini ternyata punya banyak cara untuk mengatasi permasalahan sampah loh. Apalagi anggota SBLH yang hanya berjumlah kurang dari 20 mampu untuk mengurus permasalahan sampah 3000 siswa, masa kita yang hanya mengurus sampah diri sendiri saja sudah tidak bisa sihh!? Huu cupu!! 🤪

Teks: Noordania

Rubrik Diskusi--Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA
IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA

Sustainable Aviation Fuel memiliki potensi dan impact yang sangat besar di lingkungan. Apalagi dengan bahan bakar berbasis jelantah ini bisa sangat membantu berbagai macam pihak. Dan juga dengan berkembangnya SAF ini pertamina juga berkontribusi mendukung pencapaian sustainable development Goals (SDG's) dan juga Environmental, Social & Governance (ESG) Di mulai dengan terbukanya potensi lapangan pekerjaan di masyarakat lokal. kemudian operasional airline yang tidak perlu menggantikan mesin karena SAF bersifat drop-in sudah kompatibel dengan semua mesin. Lalu juga pastinya berdampak besar dan signifikan untuk lingkungan, dengan berkurangnya emisi karbon hingga 80 persen yang membuat udara lingkungan lebih fresh!

Bayangin, nih, kamu makan gorengan, minyaknya buat bahan bakar pesawat! Jangan sampai gorengannya terbang pesawat nya kamu makan, ya!

Teks: Noordania

Foto Bercerita: SBLH sang Pengurai Andal

IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA
IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA

Halo! Kami, dari Tim Smesa Media dari SMK Negeri 1 Surabaya, pada kesempatan kali ini, kami perwakilan dari jurusan DKV dan Broadcasting mengikuti lomba mading digital IDN TIMES. Kami mengangkat tema pengelolaan sampah yang sesuai dengan program kami yaitu, SBLH sang pengurai andal. Melalui foto bercerita ini, kita mendokumentasikan rangkaian proses pembuatan yang dimulai dari, diskusi penentuan konsep dan tema, proses design cover mading, riset esai, penentuan konsep video, riset rubrik diskusi Pertamina dan infografis. Langkah terakhir yang kita lakukan adalah finishing foto bercerita hingga upload di laman artikel IDN TIMES.

Foto Bercerita: SBLH sang Pengurai Andal

IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA
IDN Times Xplore/SMESAMEDIA_SMKN 1 SURABAYA

Setelah menentukan konsep dan tema kami memulai riset di lingkungan sekolah, berdiskusi dengan Bu Yunita selaku koordinator SBLH untuk mengetahui tata cara membuat eco enzym. SBLH juga berkolaborasi dengan ITS, PPNS, dan HI terkait pembuatan Paving Block, lho! Berbagai rangkaian kita jalani hingga finishing video dan foto bercerita kami siap untuk dikirim. Menjaga lingkungan sudah kewajiban kita. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, jadi bagian eco warrior, bumi lestari masa depan berseri!

Mau tahu selengkapnya tentang berbagai aksi yang sudah kita lakukan? Yuk, mampir ke Instagram kami @sblh_smkn1sby!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us