Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengertian Bias Gender dan Contoh yang Umum Terjadi

ilustrasi gender (unsplash.com/Dainis Graveris)

Melansir Koalisi Perempuan, bias gender adalah pandangan dan sikap yang lebih mengutamakan satu jenis kelamin daripada jenis kelamin lainnya sebagai akibat pengaturan dan kepercayaan budaya yang lebih berpihak kepada jenis kelamin tertentu.

Bias gender dapat terjadi karena terdapat kesenjangan angka capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara laki-laki dan perempuan. Hal ini akan memungkinkan akses yang didapat perempuan terhadap hasil pembangunan seperti kesehatan, pendidikan, pendapatan, dan lain sebagainya masih rendah dibandingkan dengan laki-laki.

Bias gender ini rupanya masih banyak terjadi di sekitar kita. Karena hal ini dirasa merugikan satu pihak, maka penting bagi kita untuk dapat mencegahnya terjadi. Oleh karena itu kita perlu pemahaman lebih dalam tentang bias gender. Berikut contoh bias gender yang bisa jadi sering kamu temui.

1.Marginalisasi

ilustrasi marginalisasi (unsplash.com/cowomen)

Marginalisasi merupakan suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Pemikiran semacam ini bisa muncul karena adanya anggapan bahwa gender sama dengan seks. Dengan sikap yang seperti ini maka banyak yang beranggapan bahwa pekerja perempuan berfungsi sebagai pencari nafkah tambahan.

Jika hal ini terjadi maka pendapatan yang diberikan kepada pekerja perempuan pun akan lebih sedikit dari pekerja laki-laki. Inilah yang menyebabkan terjadinya proses pemiskinan akibat alasan gender. Pekerja perempuan juga lebih sering mengalami PHK dibanding pekerja laki-laki. Hal ini jelas merugikan kaum perempuan.

2.Subordinasi

ilustrasi subordinasi (unsplash.com/itsrandyrooi)

Setiap manusia pada dasarnya mempunyai hak yang sama untuk hidup. Namun nyatanya masih banyak yang melakukan subordinasi dalam kehidupan kita. Subordinasi adalah suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh suatu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain.

Pada kehidupan di zaman sekarang nilai-nilai sosial dan budaya di masyarakat masih memilah peran laki-laki dan perempuan. Perempuan dinilai bertanggung jawab dalam urusan rumah dan reproduksi sedangkan laki-laki bertanggung jawab dalam urusan di luar atau publik.

3.Stereotip

ilustrasi stereotip (unsplash.com/Aaron Huben)

Bias gender yang selanjutnya akan kita bahas ini tak kalah merugikannya dari jenis-jenis yang sebelumnya. Stereotip atau pelabelan negatif adalah pemberian citra atau label kepada seseorang atau kelompok berdasarkan anggapan yang salah atau sesaat.

Stereotip yang sering terjadi di kalangan masyarakat saat ini adalah anggapan bahwa kaum perempuan adalah makhluk yang lemah, cengeng, emosional, sasaran untuk digoda, bahkan dinilai tidak bisa mengambil keputusan dengan baik. Pelabelan seperti ini bisa saja terjadi karena adanya kebiasaan yang akhirnya membudaya di kalangan masyarakat.

4.Kekerasan berbasis gender

ilustrasi kekerasan seksual (unsplash.com/carolinahdzz)

Kekerasan diartikan sebagai tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyarakat, atau negara terhadap jenis kelamin lainnya. Mengutip European Commision, kekerasan berbasis gender adalah kekerasan yang ditujukan terhadap seseorang karena jenis kelamin orang tersebut atau kekerasan yang memengaruhi orang dengan jenis kelamin tertentu secara tidak proporsional.

Seringnya perempuan menjadi sasaran korban kekerasan laki-laki. Meski tidak menutup kemungkinan, laki-laki juga bisa menjadi korban kekerasan. Hal tersebut juga berhubungan dengan anggapan bahwa perempuan adalah makhluk lemah yang mudah untuk dilawan.

Hal tersebut menjadi bentuk bias gender yang sering kita temui kasusnya di kalangan masyarakat umum. Adanya kekeliruan tentang pemahaman gender dapat menyebabkan perbedaan penempatan karakter perempuan dan laki-laki. Jika perempuan dianggap makhluk yang lemah dan cengeng maka laki-laki akan dianggap sebagai makhluk yang gagah dan kuat. Berbagai kekerasan yang sering terjadi di antaranya KDRT, pemerkosaan, pelecehan seksual, prostitusi, dan sebagainya.

5.Beban ganda

ilustrasi beban ganda (unsplash.com/bruce mars)

Beban ganda atau disebut juga dengan double burden menempatkan perempuan mempunyai beban pekerjaan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perempuan selalu ditempatkan pada tanggung jawabnya untuk memikul beban yang ganda.

Perempuan selalu dinilai memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan rumah seperti memasak, mencucui, menyapu, dan mengurus rumah. Padahal sebenarnya ini bukanlah hal permanen yang hanya bisa dilakukan oleh perempuan. Akibatnya mereka akan mengalami penggandaan tugas atau double burden tadi.

Menormalkan bias gender ini akan mengakibatkan diskriminasi gender yang dapat merugikan satu pihak. Untuk dapat mencegahnya maka kita perlu mengubah pola pikir masyarakat terhadap gender. Hal ini bisa dilakukan dengan cara edukasi sedini mungkin. Dengan begitu diharapkan kesetaraan gender dapat terwujud dan berjalan lebih baik dari sebelumya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us